Sudah hampir sepuluh bulan Wina Meiliah berada di rumah sakit karena harus mendampingi secara total putri bungsunya, Shafa, 4, yang diserang penyakit langkaGara-gara penyakit tersebut, untuk bernapas pun bocah itu harus berjuang keras
BACA JUGA: Tetap Terjaga di Solo, Dua Kelompok Tarawih dan Dua Imam dalam Satu Masjid
M
PENYAKIT yang menyerang Shafa itu bernama guillain barre syndrome (GBS)
BACA JUGA: Laporkan Perselingkuhan Suami, Polwan Malah Jadi Terdakwa
Itu adalah penyakit langka yang membuat tubuh menjadi lemah dan kehilangan kepekaanSaking langkanya, menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih, penyakit itu terjadi hanya satu atau dua kasus per 100 ribu di dunia setiap tahun
BACA JUGA: Kisah Sabar, Pria yang Bertekad Taklukkan Puncak Tertinggi Eropa dengan Satu Kaki
Itu disampaikan Menkes ketika menjenguk Shafa di RS St Carolus pada Senin lalu (1/8).Shafa dirawat di rumah sakit itu sejak Oktober 2010Ketika dijenguk Menkes Senin lalu (1/8), dia sedang dalam proses dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM)Hingga kemarin (5/8), Shafa masih terbaring di ICU RSCM
Di saat Shafa tengah beristirahat kemarin siang, di ruang tunggu basement gedung A RSCM, ibunya, Wina, dengan setia menungguBeberapa kali perempuan 38 tahun itu terlihat menyeka keringat di wajahnyaSuhu udara di ruangan berukuran 6 x 6 meter persegi itu memang membuat gerah tubuhSatu kipas angin tak mampu melawan panasnya hawa di ruangan tersebut.
"Saya tak boleh meninggalkan anak sayaTakut kalau sewaktu-waktu dipanggil," kata perempuan yang tinggal di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur, itu
Setiap Shafa menangis Wina harus segera lari ke lantai 6 gedung A, tempat buah hatinya itu dirawatJika tidak ada panggilan dari Shafa, dia beristirahat meski sekadar rebahan di kasur lipat tipis yang selalu dia bawa
Perempuan kelahiran Jakarta, 7 Mei 1973, itu menjelaskan, Shafa sudah tidak terlalu rewel jika dibandingkan dengan ketika dirawat di RS St CarolusPadahal, saat di St Carolus, Shafa diperbolehkan membawa semua mainan yang ada di rumah meski dirawat di ruang ICU yang harus steril
Tapi, setelah dirawat di RSCM, Wina mengatakan bahwa pihak rumah sakit tidak memperkenankan pasien membawa mainan seperti bonekaTapi, lanjut Wina, suasana ICU di RSCM-lah yang membuat anak ketiganya itu sedikit lebih tenangJarang menangis.
Wina menjelaskan, di ICU RSCM Shafa dirawat di ruangan khusus anak-anakBerbeda dengan di RS St Carolus yang bercampur dengan pasien dewasa"Di Carolus dulu Shafa sempat melihat orang-orang dengan berbagai penyakitBahkan, dia juga pernah melihat pasien cuci darah," kata anak ketiga di antara enam bersaudara itu.
Tapi, sekarang setelah dirawat di ruang khusus anak-anak Shafa terlihat sedikit lebih tenangDia hanya sedikit rewel menjelang beduk magrib berbunyi.
Setelah dirujuk ke RSCM mulai Senin lalu (1/8), Wina mengatakan bahwa kondisi putrinya belum mengalami perkembangan berartiTerkait upaya dokter yang melakukan terapi kepada Shafa, Wina menuturkan, sejatinya hal yang sama juga pernah dilakukan di RS St CarolusMeski begitu, Wina berharap agar tenaga medis di RSCM bisa segera menyembuhkan Shafa.
Wina menuturkan, terapi yang dilakukan untuk putrinya adalah mengganti ventilator dengan mesin oksigen biasa"Kadar oksigennya juga dikurangi," ujar WinaTerapi terbaru dilakukan mulai Rabu (3/8) pukul 14.30 hingga Kamis (4/8) pukul 09.00Setelah Shafa menjalani terapi pelepasan ventilator itu, Wina mengatakan bahwa putrinya kembali KO.
Setelah beristirahat sebentar, Shafa mengeluh dadanya sesakAkhirnya terapi itu dihentikanMeskipun mendapatkan keluhan tersebut, Wina tetap gigih memompa semangat Shafa agar giat latihan bernapas tanpa mengguakan mesin"Jika tidak, dia bisa ketergantungan menggunakan mesin," jelas dia.
Ketika Shafa ngambek dan ogah latihan bernapas, Wina harus mengeluarkan jurus-jurus jitu untuk membujuk ShafaDi antaranya, dengan iming-iming membelikan busana lebaran yang serba pinkBocah kelahiran 30 Desember 2006 itu fanatik dengan warna pink.
Penanganan lain yang didapat Shafa sekarang adalah layanan kejiwaan oleh psikiaterWina mengatakan, petugas psikiater melatih secara perlahan-lahan untuk mengurangi kebiasaan Shafa menangisMenurut penjelasan dokter, semakin sering menangis upaya terapi latihan bernapas tanpa mesin menjadi sia-sia.
Selain itu, saat ini Wina mendapatkan pola pendekatan baru untuk mendampingi anaknya yang sedang sakitPsikiater mengatakan, Wina tidak boleh terlalu "dekat" dengan ShafaSemakin sering didekati, Shafa akan merasa dimanjakanJika sudah demikian, dia bisa sering rewelKebiasaan seperti ketika dirawat di RS St Carolus sejak Oktober tahun lalu bahwa Wina mendampingi Shafa cukup dekat harus dikurangi.
Sejatinya Wina cukup berat mengikuti anjuran tersebutSebagai seorang ibu yang pernah kehilangan anak gara-gara berjuang melawan penyakit, Wina ingin selalu dekan dengan ShafaTapi, sementara dia mengalahWina lebih memilih mengikuti anjuran dokter untuk sedikit menjauh dari Shafa.
Wina lantas sempat curhat tentang pengalaman menyedihkan kehilangan seorang putriDia menuturkan, anak pertamanya yang bernama Nadia Zulsyika meninggal pada usia satu tahun lebih dua bulanNadia meninggal karena serangan meningitis"Bagaimanapun, Shafa tidak boleh seperti ituDia harus sembuh," harap istri Zulkarnain Febriansyah itu.
Upaya Wina mendampingi Shafa bisa dibilang totalKetika Shafa masih riang dan belum sakit, perhatian Wina terbelah antara pekerjaan dan anakShafa saat itu diasuh oleh seorang pembantu
Tapi, setelah Shafa diserang GBS, agar total mendampingi, Wina keluar dari pekerjaannya sebagai staf keuangan di sebuah perusahaan asuransi swasta"Biarlah sekarang saya di sini menunggu total perawatan anak sayaSuami juga sangat mendukung," kata dia.
Di satu sisi, keputusan keluar dari pekerjaan tepat karena Shafa bisa terpantau lebih optimalTapi, di sisi lain, sumber keuangan untuk biaya penyembuhan Shafa hanya bergantung kepada Zulkarnain dan para donatur.
Wina menuturkan, usaha suaminya menggaet donatur, antara lain, dilakukan melalui blogspot dan situs jejaring FacebookWina sedikit tertutup saat ditanya berapa rekening yang masuk dari jalan tersebutDia hanya mengatakan, sumbangan donator berkisar Rp 1 juta hingga Rp 5 juta.
Wina mengatakan, dirinya cukup prihatin terhadap mahalnya biaya pengobatan penderita GBSDengan penyakit yang diderita anaknya itu, dia semakin sadar bahwa karunia yang diberikan Allah cukup besar"Bayangkan, Anda sekarang bisa bernapas secara gratisCoba bandingkan dengan nasib anak saya yang setiap napasnya harus diganti dengan uang (menggunakan ventilator, Red)," kata perempuan lulusan SMA itu.
Dia mengaku sering meneteskan air mata setiap ditanya wartawan tentang biaya perawatan yang cukup mahalWina sempat putus asa atas sangat tingginya tagihan biaya perawatan anaknya itu
Tagihan pengobatan Shafa di RSCM memang hingga sekarang belum keluarTapi, selama dirawat di RS St Carolus, Wina sudah menghabiskan uang sekitar Rp 600 jutaSetiap bulan dia mendapatkan slip tagihan dari rumah sakitSaking seringnya menerima slip, Wina menyebut slip tersebut dengan istilah surat cinta"Setiap suster memberikan, saya bilang surat cinta lagi ya," kata Wina lantas tersenyum kecil(c4/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ke London, Menelusuri Dampak Teror di Norwegia
Redaktur : Tim Redaksi