Setoran Rp 1 M Tetap Lanjut

Kamis, 05 Mei 2016 – 18:05 WIB
Rambe Kamarul Zaman. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - POLEMIK kewajiban menyetor Rp 1 miliar untuk setiap calon Ketua Umum Partai Golkar masih bergulir. Belum ada keputusan resmi pascarekomendasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menyatakan itu bisa masuk perbuatan gratifikasi. 

KPK memandang, caketum  maupun pemilik hak suara di pemilihan orang nomor satu di Partai Beringin banyak yang merupakan penyelenggara negara. Namun, Ketua Komite Pemilihan di Munaslub Partai Golkar Rambe Kamarul Zaman berpendapat lain. 

BACA JUGA: Reformasi Tata Kelola Kompetisi

Ia menyatakan bahwa itu bukan gratifikasi. Kecuali jika uang sumbangan itu digunakan untuk mempengaruhi pemilih. Dia pun menambahkan, pernyataan Wakil Ketua Komite Etik Munaslub PG Lawrence Siburian, yang menyatakan akan menghentikan penarikan sumbangan dari caketum itu salah. Juga bukan keputusan resmi.

"Intinya pernyataan beliau itu tidak resmi. Kita suruh konsultasi, bukan hasilnya untuk menginformasikan ke media. Yang diinformasikan juga salah," kata Rambe kepada JPNN, Kamis (5/5).

BACA JUGA: Belasan Manusia Keji Menjahati Yuyun

Rambe pun mengisyaratkan bahwa penarikan sumbangan itu tetap akan dilanjutkan. Apalagi, itu sudah menjadi keputusan DPP PG. Lalu bagaimana solusinya? Berikut petikan wawancara wartawan JPNN M. Kusdharmadi dengan Rambe, Kamis (5/5).

Bagaimana tanggapan anda terkait hasil konsultasi Komite Etik dan KPK kemarin (4/5), soal kewajiban penyetoran dana Rp 1 miliar untuk setiap caketum PG?

BACA JUGA: Ahok yang Pikun

Intinya adalah pernyataan beliau (Lawrence)  tidak resmi. Kita suruh berkonsultasi, bukan hasilnya untuk diinformasikan ke media. Dan informasi yang disampaikan juga salah. Dia tidak boleh memutuskan.

Kita juga sudah mengumpulkan sumbangan dari kader muga Golkar. Hasilnya sudah terkumpul 300 juta rupiah. Masa itu juga tidak boleh?

Lalu apa yang menurut anda tidak boleh?

Yang tidak boleh ialah mengumpulkan dana untuk mempengaruhi pemilih. Ini kan tidak ada dipengaruhi sama sekali dengan dana itu. Rangkaian ini dilakukan dalam konteksnya mensukseskan acara itu. Tidak digunakan untuk mempengaruhi.

Tapi itu ada pejabat atau penyelenggara negara yang menjadi caketum dan pemilik hak suara? Apa itu tidak masuk gratifikasi?

Kalau memang misalnya dianggap itu antarpejabat negara, misal pejabat negara menyerahkan, kemudian pejabat negara yang menerima, itu memang betul. Karena di partai politik (Golkar) itu kan ada Ketua DPR, anggota DPR,  Ketua DPRD, anggota DPRD, gubernur, wali kota, bupati, dan hanya menteri yang tidak ada. Lalu apakah itu bisa disebut sebagai gratifikasi? Kan itu menyerahkan untuk kegiatan parpol sifatnya. Bukan untuk mempengaruhi.

Lalu bagaimana yang terbaik menurut Anda?

Jika pejabat negara selaku ketua DPRD, DPR, atau lainnya jika menyumbang itu dianggap gratifikasi antarpejabat negara dalam setiap kegiatan partai politik, jalan keluarnya harusnya setiap pejabat negara yang ikut mencalonkan diri harus non aktif. Tapi kan itu jadi sulit. Padahal parpol itu mengumpulkan dana secara gotong royong. Jadi, menurut saya, tidak usah khawatir. Kecuali kalau duit itu digunakan untuk mempengaruhi pemilih. Kan ini tidak.

Bagaimana dengan sikap Komite Etik Munaslub PG?

Makanya Komite Etik, menegakkan aturan. Jadi, yang kemarin wakil ketua komite etik itu tidak resmi menyampaikan keputusan, dan kami anggap apa yang disampaikan ke media itu tidak tepat.  Soal ini kan sudah menjadi keputusan DPP. Jadi, tetap lanjut. Memang, teknisnya itu jangan dipergunakan untuk mempengaruhi kepentingan seseorang.

Jadi apa tetap akan menarik sumbangan, termasuk dari caketum dan lainnya?

Jadi yang mau saja menyumbang, silakan.

Jadi dibatalkan yang Rp 1 miliar?

Tidak, kita lihat nanti. Nanti ada rapat DPP. Soal ini kan sudah menjadi keputusan DPP. Jadi, tetap lanjut. Memang, teknisnya itu jangan dipergunakan untuk mempengaruhi kepentingan seseorang. (**)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Borobudur itu Mutiara...Ayolaaah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler