jpnn.com, JAKARTA - Terlepas dari kasus hukum yang menjeratnya, Setya Novanto tetap punya sisi lain di mata orang-orang terdekatnya. Sosok Setnov dianggap pribadi yang hangat dan menyenangkan.
"Saya menganggap Pak Setnov adalah sosok yang baik, hangat dan setia kawan. Sehingga banyak pula temannya," kata Wakil Ketua Dewan Pakar DPP Partai Golkar Mahyudin, mengawali pembicaraannya kepada Indopos, Jumat (17/11).
BACA JUGA: Setya Novanto Segera Lengser dari Golkar
Mahyudin dikenal dekat dengan Setnov. Itu bisa terlihat saat dirinya ada di dalam kediaman Setya Novanto di Jalan Wijaya XIII, Kebayoran Jakarta Selatan, saat KPK berupaya melakukan jemput paksa pada Rabu (15/11) malam.
Meski pada akhirnya usaha tersebut gagal, karena pria yang akrab disapa Setnov itu tak dapat ditemukan di rumahnya. Melihat kasus yang menerpa koleganya itu, Mahyudin pun menjelaskan bahwa dirinya tetap berharap segala tuduhan yang disangkakan KPK tidak benar.
BACA JUGA: Ditahan KPK, Papa Tak Bisa ke Mana-Mana
"Pastinya, kami tetap berharap Pak Setnov tidak bersalah. Dia orang yang menyenangkan. Maka tak salah dia pun terpilih menjadi Ketua DPR RI dan Ketua Umum Golkar," tuturnya.
Mahyudin, yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua MPR RI menjelaskan, Partai Golkar pun tak akan tinggal diam atas kasus yang menerpa ketua umumnya, yakni akan memberikan bantuan hukum. "Dewan Pimpinan Pusat (DPP) tentu akan memberi bantuan hukum," ungkap Mahyudin.
BACA JUGA: Fredrich Pertanyakan Dasar Hukum KPK Menahan Orang Sakit
Pendapat lain juga diucapkan Ketua Harian DPP Partai Golkar, Nurdin Halid. Dia memastikan Setya Novanto tidak melarikan diri dari jeratan hukum. "Pak Novanto itu contoh yang baik, taat azas dan harus dijelaskan secara obyektif. Kebenaran akan berpihak pada pak Novanto. Kalau melarikan diri dari dulu. Pak Novanto karakternya tidak seperti itu," bela Nurdin Halid, saat dihubungi wartawan.
Nurdin mengaku prihatin atas kasus yang menjerat Setnov yang tidak diharapkan oleh pihaknya terjadi. Namun dia meminta KPK menjunjung tinggi hukum yang berlaku di negara ini yang menganut azas praduga tak bersalah dalam menangani kasus Setnov. "Sebagai ketua harian, saya prihatin. Sesuatu yang tidak kami harapkan. Junjung tinggi hukum, azas praduga tak bersalah," ujarnya.
Nurdin juga yakin Setnov taat hukum menghadiri pemanggilan KPK sebagai saksi maupun tersangka kasus e-KTP. "Saya yakin Novanto taat hukum. Selama ini beliau tidak mangkir, beliau tidak menghindar karena ada tugas negara," katanya.
Sementara Sekretaris Dewan Pakar Partai Golkar Firman Soebagyo berpendapat. Dirinya mengaku Setya Novanto adalah orang baik. Hingga kemudian dirinya meyakini bahwa tak ada upaya sang ketua umumnya itu melarikan diri dari kejaran KPK.
"Kamis pukul 20.00 wib kemarin beliau akan menyerahkan diri ke KPK. Namun dalam perjalanannya terkena musibah kecelakaan dan telah dilakukan penyidikan oleh kepolisian," ujarnya.
Bahkan dia yakin tidak ada rekayasa dalam kecelakaan itu. "Polri pun sudah bikin pernyataan bahwa kecelakaan itu murni, tidak ada unsur rekayasa," terangnya.
Dia meminta kepada semua pihak untuk mengikuti hasil penyidikan Polri tersebut dan tidak membuat sepekulasi apapun. "Sekarang kalau sudah pada posisi ini kan tinggal tunggu aja," tegasnya.
Pandangan lainnya juga diutarakan Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham. Dirinya meyakini Setnov adalah sosok yang kooperatif terhadap proses hukum di KPK nantinya.
"Pak Novanto sebenarnya tidak lari, tapi karena berdasarkan pertimbangan dari penasihat hukum bahwa ketika berbicara tentang perlu atau tidaknya izin dari Presiden untuk diperiksa, maka ada banyak perbedaan pandangan. Hingga kemudian terjadilah kecelakaan yang membuat dirinya harus masuk rumah sakit," kata Idrus.
Dengan melihat realitas yang ada, Idrus berharap kepada seluruh pihak untuk menghindari kegaduhan politik. Ia menambahkan, jangan sampai muncul anggapan adanya perang antar-institusi.
"Kalau saya ketemu dengan Pak Novanto akan saya sampaikan pertimbangan supaya ini cepat selesai dan jangan ada kegaduhan. Jangan sampai terkesan bahwa institusi Golkar berperang dengan KPK, institusi DPR berperang dengan KPK. Kemudian ada lagi Polri. Sama sekali harus kami hindari," tuturnya. (dilianto/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumat Keramat! Setya Novanto jadi Tahanan KPK
Redaktur : Tim Redaksi