jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengapresiasi Kemendikbudristek dalam sosialisasi kurikulum prototipe.
Ini setelah Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek mengundang akademisi, pegiat pendidikan, dan perwakilan organisasi guru dalam diskusi terpumpun mengenai kebijakan kurikulum pada Rabu, 5 Januari.
BACA JUGA: Gim, Salah Satu Jurusan Andalan Kurikulum Prototipe, Bakal Ada di 270 SMK
"Kami P2G sangat apresiasi forum penting ini. Kepala BSKAP membuka ruang bagi kami pegiat pendidikan, organisasi guru, para guru yang berada di level pelaksana kebijakan kurikulum, memberikan masukan, kritik, saran," terang Satriwan di Jakarta, Rabu (5/1).
Guru SMA yang dikenal sering mengkritisi pemerintah ini melanjutkan, dibukanya ruang komunikasi antara pejabat Kemendikbudristek dengan pegiat pendidikan terlebih organisiasi guru, akan menciptakan transparansi, sinergisitas, dan gotong-rotong dalam memulihkan pendidikan pascapandemi. Khususnya bagaimana kurikulum prototipe akan dilaksanakan ke depan.
BACA JUGA: DPR Dukung Kurikulum Prototipe Kemendikbudristek, Lebih Fleksibel untuk Guru & Siswa
Menurut Satriwan, Anindito Aditomo selaku kepala BSKAP menyimak betul semua yang mereka utarakan. Evaluasi, kritik, dan masukan bagaimana program sekolah penggerak 6 bulan dijalankan, apa kendalanya. Termasuk antisipasi tantangan implementasi kurikulum prototipe nanti.
"Ruang dialog terbuka begini hendaknya dirawat terus. Dan kepala BSKAP sudah memulainya," lanjut Satriwan.
BACA JUGA: Organisasi Guru: Peserta PPPK Tahap I yang Lulus Passing Grade Langsung Diangkat, Jangan Dites Lagi
Turut hadir dalam diskusi terpumpun ialah Imam Prasodjo (UI), Haidar Bagir (Cendekiawan Muslim), Iwan Pranoto (ITB), Cecep Darmawan (UPI), Anita Lie, Inggriani Liem, Satria Dharma, Satriwan Salim (P2G), Danang Hidayatullah (IGI), Heru Purnomo (FSGI), Bukik Setiawan (YGB), dan beberapa pegiat pendidikan lainnya.
Sebagaimana diketahui, secara nasional sekolah/madrasah di Indonesia sudah menggunakan kurikulum 2013. Sementara itu karena pandemi, Kemendikbudristek membuat kebijakan kurikulum darurat sejak Agustus 2020.
Berisi penyederhanaan dan pemangkasan materi pelajaran sehingga lebih adaptif di masa krisis dan tidak membebani siswa termasuk guru.
Dalam perkembangannya, Kemendikbudristek merencanakan desain kurikulum prototipe yang diterapkan secara opsional bagi sekolah-sekolah di Indonesia.
Sebagai tahap awal, kurikulum prototipe mulai dipraktikkan sejak Juli 2021 terhadap 2.500 sekolah, yang kemudian dikenal sebagai program sekolah penggerak.
Tujuan utama kurikulum ini adalah memperbaiki kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik, termasuk di dalamnya pemulihan pendidilkan yang mengalami distraksi karena pandemi. Paradigma merdeka belajar menjadi spirit dalam pengembangan kurikulum nasional tersebut. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesya Mohamad