Seusai Tur Everest, Buddha Air Tabrak Lereng Gunung

Tiga Awak dan 16 Penumpang Tewas

Senin, 26 September 2011 – 11:17 WIB

KATHMANDU - Wisata berakhir bencanaItulah yang terjadi pada pesawat kecil tipe turboprop (berbaling-baling) milik maskapai penerbangan Buddha Air di Nepal kemarin (25/9)

BACA JUGA: Australia Tahan Warganya Bepergian ke Indonesia

Selesai membawa para wisatawan dalam perjalanan tur ke sekitar kawasan Gunung Everest, pesawat tersebut menabrak lereng gunung dan hancur
Penumpang dan awak pesawat yang seluruhnya berjumlah 19 orang tewas.

Badan pesawat Beechcraft 1900D itu hancur berkeping-keping

BACA JUGA: Putin jadi Presiden Rusia Lagi

Bahkan, sebagian besar juga dalam kondisi hangus
Hanya bagian ekspor yang masih agak utuh.

"Semua orang yang berada di dalam pesawat Buddha Air-103 itu tewas

BACA JUGA: RI Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Pesawat jatuh di kawasan perbukitan Kotdanda," ujar Bimlesh Lal Karna, kepala tim SAR Bandara Internasional Tribhuwan, Kathmandu, kemarin.

Para korban terdiri atas 13 wisatawan asingMenurut Menteri Pariwisata Nepal Ganeshraj Joshi, mereka adalah 10 warga India, dua Amerika Serikat (AS), dan seorang warga JepangPesawat itu juga membawa tiga penumpang asal Nepal dan tiga kruDua wisatawan AS diidentifikasi sebagai Andrew Wade dan Natalie NeilanSedangkan turis asal Jepang bernama Toshinoti Uejima

Sejauh ini belum bisa dipastikan penyebab kecelakaanPesawat jatuh di Bukit Kotdanda di Desa Bisankunarayan, sekitar 10 km selatan Kathmandu, ibu kota NepalMenurut jubir kepolisian Binod Singh, salah seorang  korban sebetulnya masih hidup saat kecelakaan tersebut"Kami langsung melarikan dia ke rumah sakit, tetapi dia kemudian tewas," katanya

Singh menyebut, tim SAR sebetulnya telah menemukan seluruh korbanTapi, evakuasi mengalami kendalaSebab, helikopter penyelamat tidak bisa segera mendarat di lokasi karena buruknya cuaca

Reuters, yang datang ke lokasi musibah melalui jalan yang berlumpur dan sulit, menyaksikan mayat korban yang hangus dan hancurTelepon seluler (ponsel), sepatu, dan benda-benda lain milik para korban berceceran di lereng gunung tersebut

Pesawat milik maskapai swasta tersebut sedang menuju Kathmandu setelah selesai keliling EverestBuddha Air menawarkan paket Everest Experience kepada wisatawan dengan tarif 8.240 rupee (sekitar Rp 1,5 juta) per orang untuk terbang keliling puncak gunung tertinggi di dunia itu dan beberapa puncak di sekitarnya selama satu jam dari Kathmandu.

Seorang saksi mata, Haribol Poudel, kepada Avenues Television menceritakan bahwa saat kecelakaan itu terjadi, lokasi sekitar dipenuhi kabut tebal sehingga mengganggu jarak pandangSetelah menabrak lereng gunung, kata dia, pesawat menimpa atap sebuah rumah di desa sekitar dan kemudian hancur menjadi beberapa bagianUntungnya, tidak sampai jatuh korban dari kalangan penduduk.

Otoritas bandara menyatakan bahwa mereka kehilangan kontak dengan pesawat tersebut sekitar pukul 07.30 waktu setempat (sekitar pukul 09.15 WIB) selang beberapa menit sebelum pesawat tersebut jatuh"Ketika kami tiba di lokasi kecelakaan, kami menemukan jenazah para korban terserak hingga radius 25 meter dari lokasi jatuhnya pesawat yang dikelilingi pepohonan," terang Shamsher Rana, seorang anggota polisi yang ikut dalam proses evakuasi

Sejumlah saksi lain menggambarkan bahwa pesawat itu terbang sangat rendah sebelum celaka atau mengalami musibah"Kami kaget mengapa ada pesawat yang terbang sangat rendahSelanjutnya, pesawat itu menabrak bukit,  dan terdengar ledakan yang sangat keras," tutur seorang saksi kepada Avenues Television.

Buddha Air belum memberikan keterangan apapun soal musibah ituMereka berjanji akan memberikan pernyataan resmi segeraTapi, dalam situsnya, maskapai penerbangan tersebut menyatakan bahwa pesawat Beechcraft termasuk paling aman dioperasikan untuk jalur domestik dan sesuai dengan kondisi wilayah pegunungan(AFP/AP/RTR/cak/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Saleh Pulang, Yaman Kian Panas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler