jpnn.com, SURABAYA - Manajemen Persebaya Surabaya menilai usulan kenaikan tarif Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) yang tertuang dalam raperda retribusi sangat memberatkan.
Mereka pun berharap usulan itu diubah. Kalaupun naik, angkanya diharapkan masih rasional.
BACA JUGA: Persebaya Terancam Terusir dari Surabaya
Suara keberatan Persebaya tersebut ditangkap DPRD Surabaya. Legislatif bakal mengkaji kembali usulan dalam raperda tersebut.
BACA JUGA: Persebaya Terancam Terusir dari Surabaya
BACA JUGA: Robert Rene Alberts Beber Kelemahan Terbesar Persib
”Setelah membaca drafnya, kami pun berpendapat usulan kenaikan tarif itu terlalu mahal,” kata Ketua Pansus Pemakaian Kekayaan Daerah DPRD Surabaya Baktiono kepada Jawa Pos, Minggu (7/7).
Pansus itulah yang saat ini membahas raperda retribusi Surabaya yang didalamnya memuat usulan kenaikan tarif GBT.
BACA JUGA: Gemas Lihat Performa Persebaya, Djadjang Nurdjaman: Keterlaluan
Sesuai draf dalam raperda retribusi yang diusulkan Pemkot Surabaya itu tarif sewa GBT bakal naik 15 kali lipat dari tarif sebelumnya.
Tarifnya dipatok Rp 444,6 juta. Tarif itu untuk sewa per hari. Untuk sewa per jamnya mencapai Rp 22 juta.
Sesuai perda retribusi nomor 2 tahun 2013, tarif GBT saat ini dibanderol Rp 30 juta untuk pertandingan level Liga 1. Untuk pertandingan internasional, tarifnya Rp 70 juta.
Jika diputuskan tarifnya Rp 444,6 juta, hal tersebut dipandang Persebaya sangat memberatkan penyewa GBT. Tidak terkecuali Persebaya.
Dengan tarif sebesar itu, untuk penyelenggaraan satu pertandingan, Persebaya bisa mengeluarkan ongkos Rp 700 juta sampai Rp 1 miliar.
Sebab, selain harus membayar sewa stadion, juga masih ada biaya keamanan, lahan parkir, dan lain-lain.
Nah, jika penyewanya merasa nilai itu menyulitkan dan memberatkan, dewan pun menilai sangat wajar kalau tarif tersebut harus diubah.
”Kalau Persebaya menilai itu kemahalan dan tidak mau menyewa lantas memilih bertanding di luar Surabaya, Surabaya juga yang malu. Masa tim Surabaya menjamu tamunya di luar Surabaya,” sebut Baktiono.
Apalagi, selama ini Persebaya juga kesulitan berlatih di Surabaya. Persebaya seakan selalu dipersulit untuk berlatih di Gelora 10 Nopember, Surabaya.
”Situasi ini harus diakhiri. Persebaya ini kebanggaannya Surabaya. Persebaya harus bermain dan berlatih di Surabaya,” tegasnya.
Karena itu, pansus yang dipimpinnya akan mengajak Persebaya, Bonek, masyarakat olahraga, dan Pemkot Surabaya duduk bareng.
Mereka akan mengkaji kembali usulan tarif yang tertuang dalam draf raperda retribusi yang kini dalam pembahasan Pansus Pemakaian Kekayaan Daerah DPRD Surabaya.
”Kami rumuskan bersama berapa nilai yang tepat. Sebab, kalau nilai yang diusulkan pemkot sekarang, memang terlalu tinggi,” katanya.
Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana merasa kaget begitu mengetahui usulan perubahan tarif GBT tersebut.
Menurutnya, selama ini penentuan tarif retribusi diserahkan langsung ke satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang mengelola fasilitas tersebut.
”Gedene. Nanti coba saya cek ke pansusnya,” ucapnya.
Whisnu menambahkan tarif yang masuk ke draf raperda tersebut berasal dari hitungan tim appraisal.
Jika tarif GBT dipatok Rp 444,6 juta per hari, hal tersebut dinilai terlalu mahal. Apalagi, selain tarif sewa stadion, juga masih ada tarif tambahan seperti sewa lahan parkir.
Apakah itu artinya Whisnu akan mendorong usulan tarif tersebut diturunkan?
”Iya, lah,” ujar politikus PDI Perjuangan itu. (fim/sal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kalteng Putra vs Borneo FC: Kandang Bukan Keuntungan
Redaktur : Tim Redaksi