jpnn.com - Berawal dari hobi berseluncur di atas ombak atau surfing, Shalomoan Nagana kini berhasil mendirikan sebuah perusahaan penjualan papan seluncur bertaraf internasional.
Angger Ghita Reza, Bali
BACA JUGA: Kisah Sang Juara Azan, 6 Tahun Dikerangkeng di Tengah Sawah
KESAN sederhana terlihat pada sosok Shalomoan Nagana. Saat baliexpressnews.com (Jawa Pos Group) menemuinya, pemilik outlet penjualan papan surfing ternama di Jalan Dewi Sri No 7A, Kuta, Badung itu tak menampakkan diri sebagai bos di depan anak buahnya.
Perbincangan dengan Shalomoan pun mengalir dan santai. Pria asal medan itu lantas menuturkan awal mula bersentuhan dengan papan surfing.
BACA JUGA: Kisah Lesung Batu Dapat Melihat Persembunyian Musuh
Awal mula Shalomoan berbisnis papan surfing justru bermula dari rasa prihatin terhadap fakta yang ada di Bali. Sebab, meski Bali kaya dengan ombaknya, tapi pemilik bisnis papan surfing justru orang luar negeri.
Dari situ, Shalomoan lantas merantau ke Australia. Di Negeri Kanguru itu ia hanya berfokus pada cara membuat papan surfing yang benar. “Saat itu saya melihat tempat yang paling tepat belajar bikin papan surfing yang punya kualitas oke ya ke Australia,” ujarnnya.
BACA JUGA: Sungguh Mencekam, Menghadirkan Suasana Perang
Setelah Shalomoan merasa punya ilmu cukup, dia memutuskan pulang ke Bali dan mulai membuka usaha pembuatan papan surfing pada 2000. Cuma saat itu ada kendala. Yakni masalah bahan baku.
Karenanya, ia terpaksa mendatangkan bahan baku papan surfing dengan mengimpor langsung dari Australia. Meski lebih mahal, namun dia merasa ada keuntungan impor ke Australia. Terutama berkaitan dengan branding produk.
Ternyata asumsi Shalomoan terbukti. Meski papan surfing buatannya diproduksi di Bali, namun kini krasinya diakui dunia.
“Pengerjaannya tetap di Bali. Tapi, bahan baku pembuatan papan surfing kita impor langsung dari Australia, sehingga memiliki standar kualitas sama dengan Australia dan Amerika” katanya.
Ia menjual dua jenis papan surfing. Satu jenis berbahan fiber, lainnya berbahan epoxy.
Khusus untuk yang berjenis epoxy memiliki keunggulan karena bobotnya lebih ringan, tapi lebih kuat dibandingkan papan berbahan fiber. Selain itu, harga papan surfing buatan Shalomoan juga relatif terjangkau dibandingkan produk impor
“Untuk yang short board Rp 4,5 juta, minimal Rp 6,5 juta. Sementara yang long board seharga Rp 8 juta,” tambahnya.
Namun soal omzet bulanan, ia tak mau menyebut angka pasti. “Ya, sebulan bisa laku 100 papan surfing. Kalikan saja,” kilahnya sembari tersenyum.
Tapi berbisnis papan surfing juga bukannya tanpa kendala. Faktor alam menjadi masalahnya. “Kendalanya itu diombak. Di bulan Januari hingga Maret kondisi ombak kecil sehingga menyebabkan penjualan menurun,” pungkasnya.(mus/jpg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata Banyak Mercy dan BMW Berseliweran di Ibu Kota Korea Utara
Redaktur : Tim Redaksi