Kisah Lesung Batu Dapat Melihat Persembunyian Musuh

Sabtu, 16 April 2016 – 11:03 WIB
Lesung Batu milik Keluarga Nawo-Datumbanua Subanen di Desa Tombatu. Konon, lesung ini dapat menjadi teleskop untuk melihat keberadaan musuh. FOTO: Andreas Pinontoan/Manado Post/Jawa Pos Grup

jpnn.com - Kekayaan budaya menjadi sumber menarik membuka identitas bahkan kesaktian tou (orang) Minahasa. Salah satunya, keberadaan lesung batu magis.

Dari  sekian lesung batu yang digunakan untuk pertanian ada cerita irasional yang percaya atau tidak memiliki kemampuan magis. Salah satunya Lesung Batu di Katuahan, milik Keluarga Nawo Datumbanua Subanen atau Tonaas Bako (setingkat camat) di Desa Tombatu I.

BACA JUGA: Sungguh Mencekam, Menghadirkan Suasana Perang

Menurut budayawan Jan Manoppo, kegunaan lesung batu di samping menumbuk biji pertanian, juga dijadikan tempat pembuatan ramuan obat tradisional oleh Walian Subanen.

Pada zaman perang melawan Bangsa Portugis yang ingin menguasai rempah-rempah di tanah Minahasa, para pendahulu menggunakan lesung batu seperti teleskop. Untuk melihat keberadaan tentara Portugis serta mengetahui ukuran wilayah dari suatu daerah.

BACA JUGA: Ternyata Banyak Mercy dan BMW Berseliweran di Ibu Kota Korea Utara

“Jadi dulu ada dotu yang melakukan ritual adat dengan menuangkan air ke dalam lesung. Kemudian air dalam lesung akan kelihatan keberadaan musuh,” ungkapnya dilansir Manado Post (Grup JPNN).

Dulu, sekira tahun 1930 ada seorang petani ulet bernama Niklas Tumbelaka biasa dipanggil Tari. Ia dikenal sebagai orang yang rajin bekerja, tetapi juga pemberani. Saking beraninya, Tari menggulingkan lesung batu dari puncak Gunung Katuahan. Untung tidak pecah. Tapi, setelah pulang ke rumah, Tari jatuh sakit.

BACA JUGA: Mendarat di Pyongyang, Jangan Coba Sembunyikan Barang Elektronik

Sehingga dipanggillah orang pintar Tonsawang yang menyembuhkannya dengan ramuan magis. Meskipun ia sembuh, tetapi tidak bertahan lama Tari meninggal.

Akhirnya, sekira tahun 2000, sang pemilik Nenek Subane, muncul dalam mimpi salah seorang warga desa. Nenek meminta mengembalikan batu itu ke posisi semula di Gunung Katuahan.

“Setelah berkoordinasi dengan tua tua desa, diadakan ritual adat untuk mengembalikan batu itu. Hingga kini tidak ada yang berani menyentuh lesung ini,” ujar Manoppo.(JPG/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cinta Beda Agama tak Direstui, Dokter Cantik Kabur dari Rumah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler