BACA JUGA: Polisi Siaga Satu
Inilah kisah Iwan (30), seperti yang diberitakan Radar Lampung (Grup JPNN), Rabu (1/12).----------
SENYUM Iwan (30) mengembang saat Radar Lampung ingin mewawancarainya di Balai Pertemuan Umat (BPU) Rawalaut, Kelurahan Panjang Selatan, Panjang
Keramaian di BPU Rawalaut itu terkait perayaan Hari AIDS Sedunia
BACA JUGA: Polisi Acak-acak Kasur Rutan
JOTHI dan lembaga yang peduli terhadap virus ini membuka stan informasiSaat ditemui, Iwan ditemani Devi, seorang transgender yang juga peduli terhadap penanggulangan penularan HIV/AIDS
BACA JUGA: Mahasiswa Demo Anti Seks Bebas
’’Kalau ingin mewawancarai orang yang terinfeksi, silakanTetapi biasanya menggunakan nama inisial dan alamat rumah yang disamarkan,” ujar Devi.Iwan yang ada di sebelahnya langsung menyambut niat wartawan koran ini untuk mewawancarainya’’Mau tanya apa? Saya akan menjawab kok kalau ditanya,” ujar pria kelahiran Jakarta itu
Di sela-sela wawancara, akhirnya Iwan mengizinkan namanya ditulis lengkap, namun alamatnya tidak dipublikasikanDari mulutnya mengalir cerita yang membuat Iwan harus terinfeksi virus mematikan ituHal itu terjadi lantaran dirinya mengonsumsi narkoba
Lelaki bertubuh kurus ini mulai mengonsumsi narkoba jenis putaw sejak duduk di bangku SMA, tepatnya saat berusia 17 tahunMengonsumsi putaw membuatnya harus menggunakan jarum suntik bersama.
Selain putaw, Iwan juga mengonsumsi narkoba jenis lainnyaAkibat kecanduan narkoba, berat badan pria ini turun drastis hingga 42 kilogram dengan tinggi badan lebih dari 170 sentimeter
Diakui Iwan, dahulu badannya kerap lelah dan lemasLalu pada 2007, dia ke dokter spesialis, dan dokter menanyakan riwayat narkoba kepadanyaMenurut dokter, dia berpotensi terinfeksi HIV, dan hasilnya memang demikian setelah menjalani dua kali tes’’Saya sempat shock, tetapi hanya seminggu,” kenang Iwan.
Di masa-masa sulit tersebut, Iwan hanya menceritakan ini kepada teman yang dia percayai dan kakak laki-lakinya untuk meminta dukunganTahun 2007, dia pindah ke BandarlampungKepindahan tersebut juga lantaran wanita yang dinikahinya pada 2004 berasal dari Kota Tapis Berseri iniNamun, orang tua Iwan tidak diberitahukan tentang kondisinya’’Mereka sudah tua dan saya takut mereka shockHanya abang saya yang tahuKeluarga besar istri saya juga tidak tahuSaya dan istri sepakat untuk tidak memberi tahu,” tuturnya.
Meski harus menanggung beban, Iwan mengaku masih bersyukur sang istri tidak terinfeksi’’Bahkan, kami sudah punya anak yang umurnya lima tahunMereka berdua tidak terinfeksi dan saya menjaga untuk tidak tertularSaya juga sudah mengecek mereka,” katanya
Iwan melanjutkan, istrinya tidak terinfeksi karena ia mengikuti anjuran untuk berhubungan suami istri tanpa kondom saat CD4 atau kadar sel darah putihnya sedang berada dalam angka 500-700Selain itu, dia juga harus menyesuaikan dengan masa subur istrinya’’Jika tidak seperti itu, saya menggunakan kondom,” ujarnya.
Sementara, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Lampung drHery Djoko Subandriyo menjelaskan, CD4 orang normal berada pada kadar 700-1.700’’Untuk yang terinfeksi AIDS berada di bawah 300Bisa saja kalau istri dan anaknya tidak tertular,” ujarnya.
Lalu bagaimana hubungan sosial Iwan dengan sekitarnya? Iwan mengakui saat ini dia tidak menceritakan kondisinya kepada keluarga besar dan tetanggaNamun secara tegas, dia menyatakan siap jika masyarakat mengetahui tentang kondisinya’’Selama ini juga tidak pernah ada yang bertanya,” kata dia.
Lebih jauh Iwan mengakui Lampung memang provinsi yang awam terhadap HIV/AIDSUntuk itu, dia bergabung besama JOTHI agar hak-hak orang yang terinfeksi dapat terpenuhi
Kepada orang-orang yang terinfeksi, Iwan berpesan untuk tidak menutup diri’’Mereka juga harus menerima kenyataan dan mencari tahu tentang cara-cara penanggulangannya,” pungkas Iwan.(dina/c1/ais)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Anggota Polres akan Dipecat
Redaktur : Tim Redaksi