Si Anak itu Memeluk dan Berbisik, 'Ibu Guru Sayang'

Selasa, 25 November 2014 – 07:40 WIB
BU GURU upacara. Mereka tetap Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - HARI ini merupakan Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang ke-69. Banyak keluh kesah dan sukacita termasuk harapan dari para pendidik,  yang dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa.

Lamsihar Simatupang (47) guru yang mengajar di SDN 152996, Tapian Nauli IV, Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumut, Senin (24/11) mengatakan, dunia pendidikan saat ini sudah berbeda dengan dulu.

BACA JUGA: Kegigihan Edi Priyanto, Demi Cita-Cita Setiap Hari Tempuh 12 Km dengan Kursi Roda

“Kalau dulu, jika melihat guru, maka murid akan berupaya sembunyi agar jangan dilihat oleh guru. Nah, sekarang bedanya, jika siswa melihat guru, siswa tersebut tidak akan menegur guru, bahkan tidak peduli dengan guru tersebut,” jelasnya.

Menurut dia, di sinilah letak perbedaan moral pelajar saat ini dengan pelajar dulu. Pembeda lainnya, saat ini sering guru diadukan ke polisi karena memukul siswa.

BACA JUGA: Serunya Belajar di Sekolah Terbaik AS

Dia pun cerita mengenai hal-hal kecil, namun bermakna mendalam. Suatu hari, saat istrirahat, dan guru-guru duduk di teras sekolah, ada anak kelas II yang tiba-tiba datang dan memeluknya dari belakang dan dari mulut siswi tersebut terucap kata ‘ibu guru sayang’.

"Hati saya pada waktu itu terenyuh mendengar kalimat tersebut, yang berarti pelajar tersebut bukan hanya menganggap gurunya sebatas guru, namun dianggapnya sebagai orangtua yang mendidik mereka," ujarnya.

BACA JUGA: Peraih Adhi Makayasa Letda Laut (P) Egistya Pranda Berbagi Kisah

“Untuk duka sebagai guru, kisahnya banyak. Namun hal itu merupakan jalan hidup selaku pendidik, baik itu saat pulang ke rumah yang harus menunggu angkutan selama 1 jam, maupun masalah ekonomi yang belum bisa mengimbangi pendapatan akibat kenaikan BBM. Namun saya berharap kiranya dunia pendidikan dapat maju di tangan para guru,” jelasnya.

Sementara itu, Rita Kasih (53) salah seorang guru di SD 085117 Sibuluan, Sibolga mengatakan, saat melihat anak-anak itu, para pendidik harus lebih semangat memberikan pelajaran untuk bekal masa depan mereka.

“Memang harus diakui bahwa perhatian pemerintah kepada para guru semakin hari semakin bagus. Kalau dulu kita mengajar, anak-anak banyak diamnya, namun kalau sekarang anak-anak sudah banyak bertanya. Hal ini mengartikan bahwa anak-anak itu sudah semakin paham akan pelajaran tersebut,” jelas ibu guru ini.

Namun menurutnya, ada sisi negatif yang saat ini semakin memprihatinkan. Di mana, saat ini para murid-murid itu sudah berkurang rasa hormatnya kepada para guru, bahkan rasa kepedulian kepada sesama juga sudah mulai berkurang.

Hal ini sebenarnya sudah menjadi permasalahan secara umum.

“Ini sebenarnya sudah menjadi pembahasan para guru, baik itu saat mengikuti diklat pendidikan maupun jika ada sharing bagi tenaga pendidik. Inilah sebenarnya yang menjadi sumber adanya tawuran pelajar,” jelasnya.

Menurut ibu guru yang telah mengabdi selama kurang lebih 32 tahun ini, sebenarnya solusi untuk masalah tersebut diharapkan adanya peningkatan kerja sama antara orangtua dengan para pendidik, termasuk peningkatan nilai iman kepada anak-anak.

Sebab saat ini yang terjadi, jika ada permasalahan pada anak didik, orang tua sering tidak mau tahu. Namun jika ada bantuan yang disalurkan melalui pelajar, maka orangtua akan cepat-cepat datang ke sekolah untuk mengurusnya. (Mis)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengenal Abdul Manan, Presiden Pertama Suku Bajo Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler