Menjalani pendidikan doktor (PhD) ibarat cerita sejumlah orang buta yang berdebat tentang seekor gajah. Begitu perumpamaan yang dirasakan Amirullah, warga Indonesia yang baru saja menyelesaikan pendidikan PhD-nya di Victoria University, Melbourne.
Tentunya kita tidak asing lagi dengan cerita tentang tiga orang buta dan seekor gajah. Ketiga orang tersebut merasa paling suka dan paling tahu tentang gajah. Alasan mengapa mereka menyukai binatang yang satu ini adalah karena mereka memiliki kemiripan sifat. Misalnya mereka dan gajah biasanya hanya tidur 4 jam dalam sehari, sehingga memiliki banyak waktu untuk aktivitas lain.
BACA JUGA: Sukses Merayakan Indonesia di Melbourne
Suatu hari mereka berdebat sengit tentang binatang kesukaan mereka ini.Yang tak kalah menariknya ialah mereka bertiga ini menganggap bahwa pendapatnyalah yang paling tepat tentang seperti apa sebenarnya gajah itu. Bahkan mereka telah menghabiskan waktu dan hanya tidur 4-5 jam sehari hanya untuk mencari tahu tentang potret gajah.
Si buta pertama berpendapat bahwa dia yakin gajah itu besar, hangat dan empuk. Si buta kedua membantahnya, karena keyakinannya adalah sebaliknya yakni gajah itu panjang and keras. Sedangkan si buta ketiga dengan sangat meyakinkan membantah kedua rekannya, karena menurut pengalamnnya secara langsung gajah itu tinggi dan kokoh.
BACA JUGA: Tulus, Nidji dan NOAH Goyang Melbourne di Konser Soundsekerta 2015
Amirullah (kedua dari kanan) baru saja menyelesaikan pendidikan PhD-nya pada Victoria University Melbourne.
Ternyata setelah perdebatan tak berujung itu tidak menghasilkan kesepakatan, dihadirkanlah saksi orang pandai yang dapat dipercaya dapat berlaku adil oleh ketiga orang ini. Menurut orang pandai tersebut si buta pertama tidaklah salah karena yang diraba, dipegang dan dipeluk ialah perut gajah sehingga dia berpendapat bahwa gajah itu hangat dan emput.
BACA JUGA: PPATK Telusuri Dana Terorisme dari Seorang Warga Australia
Si buta kedua juga benar karena yang dia pegang adalah ekor gajah maka dia bersikukuh kalau gajah itu kecil dan keras. Begitupula si buta ketiga, hanya memegang kaki gajah yang tinggi dan kokoh.
Inilah yang menyebabkan ketiga orang buta ini mengambil kesimpulan yang sangat berbeda terhadap satu objek yang sama. Akhirnya ketiga orang ini sepakat untuk saling memuji kebenaran pendapat rekannya.
Jika ilustrasi di atas dihubungkan dengan penelitian, maka dapat dikatakan bahwa gajah menjadi ilustrasi obyek sebuah penelitian. Sedangkan si buta adalah peneliti itu sendiri.
Boleh saja peneliti memiliki pendapat yang berbeda tentang suatu objek penelitian sesuai pengetahuan dan pengalamannya masing-masing, namun perlu disepakati bahwa perbedaan itu akan menambah pengetahuan peneliti itu sendiri.
Bahkan ketidaktahuan tentang apa yang ada di lapangan sering menghadirkan asumsi menarik sebelum penelitian dimulai. Ketidakmampuan memprediksi hasil pasti suatu penelitian inilah yang membuat penelitian menjadi semakin menarik karena akan penuh kejutan.
Kejutan itu menurut saya merupakan sebuah refleksi perasaan peneliti ketika menemukan hal baru. Seperti halnya ketiga bagian tubuh gajah yang berbeda menurut ketiga orang buta di atas, merefleksikan tiga sudut pandang peneliti dalam memahami satu obyek penelitian.
Begitupun sebuah penelitian, dengan cara melihat objek yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda, memungkinkan untuk melahirkan hasil penelitian yang berbeda pula.
Dengan kata lain boleh saja seorang peneliti melihat objek yang sama menggunakan pendekatan yang berbeda maka memungkinkan melahirkan kesimpulan yang berbeda. Apalagi jika beberapa peneliti mengkaji satu obyek yang sama namun karena menggunakan pendekatan berbeda maka bisa melahirkan kesimpulan yang berbeda pula.
Untuk melahirkan sebuah kesimpulan tentang sesuatu yang diperdebatkan sudah pasti dilakukan dengan usaha yang keras dan penuh komitmen. Seorang peneliti, misalnya ketika sedang menyelesaikan penelitian doktornya, hampir dipastikan waktu tidur yang sangat sedikit antara 4- 5 jam sehari selama 3- 4 tahun bahkan lebih hanya untuk menghasilkan satu kesimpulan penelitian.
Bukanlah benar atau salah yang diutamakan dalam mengambil kesimpulan suatu penelitian, tetapi yang tak kalah pentingnya adalah argumen yang strong dan weak. Argumen yang kuat tentu didukung oleh berbagai referensi disertai bukti yang memadai.
Seperti halnya cerita ketiga orang buta dan gajah tadi, jika seorang peneliti mampu mengombinasikan ketiga cara orang buta dalam memegang sang gajah maka akan melahirkan sebuah penelitian yang sangat menarik.
Bagi saya, menariknya dalam perjalanan penelitian ketika mampu melihat objek penelitian secara komprehensif, holistik dan sistematis. Jadi bukan hanya satu bagian saja seperti tubuh gajah atau ekor gajah saja, sehingga jika ditanya tentang potret gajah sejatinya jawabannya adalah gajah itu besar- hangat- empuk; panjang- keras; tinggi- kokoh.
Pandangan yang menyeluruh ini penting tidak hanya bagi seseorang yang sedang menjalani pendidikan doktor tetapi juga bagi peneliti lain hingga hasil temuannya dapat bermanfaat di bidangnya masing-masing.
Tentu apa yang disimpulkan oleh ketiga orang buta tentang gajah itu tidaklah sempurna dan tentu tidaklah mudah. Demikian pula dalam sebuah penelitian akan menghadapi berbagai tantangan dan keterbatasan.
Pengalaman saya, misalnya, membagi waktu untuk menjaga anak yang belum berusia sekolah ketika saya dan istri sama-sama menjadi mahasiswa PhD menjadi tantangan unik dalam perjalanan riset saya. Salah satu konsekuensinya ialah kami jarang ikut kegiatan akademik bersama, karena salah satunya harus mengurus urusan keluarga.
Namun di tengah kesulitan tersebut juga ada kemudahan. Dukungan pembimbing yang baik dan terarah, fasilitas pembelajaran yang bisa diakses di manapun dan kapanpun, dan juga dukungan akademik dari pihak kampus membuat riset saya dapat terlaksana.
Bagi saya, tugas yang berat ialah mengubah keterbatasan menjadi sebuah kekuatan atau cara dan jarak pandang yang lebih jauh, agar dapat melihat objek penelitian dari sudut pandang yang lebih luas pula.
Ibarat gajah yang besar- kuat- kokoh diharapkan dapat memberikan manfaat kepada kehidupan manusia, walaupun dihasilkan oleh orang buta namun berani berpendapat. Demikian pula peneliti menjalankan aktivitas penelitiannya menghabiskan waktu, tenaga, dan materi hanya untuk menghasilkan sebuah kesimpulan penelitian untuk dimanfaatkan oleh manusia.
*) Amirullah adalah Dosen Universitas Negeri Makassar dan baru menyelesaikan PhD di bidang Language Policy, Identity, Bilingualism & Bilingual Education, and Pedagogy di Victoria University, Melbourne. Tulisan ini adalah pendapat pribadi.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tawaran Perjalanan Unik, Pasar Baru Bagi Turis China di Australia