jpnn.com - Cakrawala Arteviana bertualang menjelajahi pelosok Nusantara. Di usia yang masih remaja, si cantik ini mantap memutuskan jadi penjelajah nusantara.
Ramlan Harun, Ternate
BACA JUGA: Kisah Pernikahan Sejenis, Bang Akbar Ternyata Syaela Indri
Gadis berambut keriting itu sudah menghidupkan mesin vespanya ketika dihampiri Malut Post (Jawa Pos Group).
Begitu mengetahui hendak diajak ngobrol, Cakrawala Arteviana dengan sigap mematikan kendaraannya. Ia lalu mengajak masuk kembali ke Kedai Kopi Coffeetarian di Koloncucu, Ternate Utara.
BACA JUGA: Kalimat Brigpol Firman Sehari Sebelum Tewas, Bikin Merinding
Cakrawala, dara asal Manado, Sulawesi Utara, baru dua pekan di Ternate. Ia datang dari Manado hanya ditemani vespa bututnya, menumpangi kapal Pelni.
Ternate menjadi persinggahan pertamanya begitu lepas dari Manado.
BACA JUGA: Kisah Yanti yang Tega Jual Anaknya ke Orang Kaya
Namun sebelum menjelajah ke Ternate, kelahiran 28 Februari 1998 ini sudah lebih dulu bertualang ke Gorontalo awal tahun kemarin. "Lalu balik ke Manado, terus jelajah lagi ke Ternate," tuturnya, Selasa (14/11).
Dara bernama unik ini memang sudah menyukai jelajah sejak lulus SMP pada 2012 silam. Saat itu, ia juga sudah mulai jatuh cinta pada vespa.
Pamannya yang pecinta motor klasik menjadi pemantiknya mencintai kendaraan asal Italia itu.
"Awalnya jelajah dalam Kota Manado dan sekitarnya dulu. Setelah lulus SMA baru keluar-keluar," sambung Cakrawala.
Dari Ternate, ia mengagendakan perjalanannya berlanjut ke Pulau Halmahera. Puas di Halmahera, Cakrawala baru akan menyeberang ke Merauke, Papua.
"Mentoknya di perbatasan Merauke. Jalan-jalan sambil menikmati pesona Indonesia. Indonesia ini luas dan keindahan alamnya sangat menjanjikan," ungkapnya.
Dari Merauke, perjalanan mengelilingi Indonesia akan diteruskan. "Jadi titik mulai itu dari (Indonesia) tengah ke Merauke kemudian hingga ke Sabang. Biar lengkap,” ucapnya.
Salah satu ciri yang membuatnya mudah dikenali adalah vespa klasik hitam yang selalu menemaninya.
Vespa modifikasi itu memuat seluruh perlengkapan “tempurnya”, termasuk tikar dan ransel berisi pakaian.
Dia memang menjelajah dengan biaya sendiri. Tak ayal, Cakrawala kadang harus tertahan lama di suatu daerah untuk mengumpulkan uang yang mulai menipis.
Ia melakukan pekerjaan apa saja, mulai dari menjadi barista, pelayan toko, hingga mengamen.
Di Ternate, misalnya, Cakrawala menjadi barista di Coffeetarian. Juga mencuci sepatu di Ternate Shoes Cleaner.
Sedangkan untuk tempat tinggal, ia tampak nyaman di sekretariat Scooter Fals di Sango, Ternate Tengah.
"Sejak di Manado sudah terbiasa kerja seperti ini. Untuk menambah ongkos perjalanan," cetusnya.
Cakrawala mengaku baru akan melanjutkan perjalanan jika ongkos sudah mencukupi. Menurutnya, proses jelajah itu sendiri harus dinikmati tiap menitnya. Tak perlu terburu-buru.
Kecintaan pada jelajah, juga kondisi ekonomi, membuat Cakrawala tak bisa melanjutkan pendidikan selepas SMA. Baginya, kedua adiknya lebih membutuhkan biaya ketimbang dirinya.
Tak heran, ia lebih memilih bertualang sembari bekerja di sepanjang perjalanan. “Apa saja saya kerjakan, asalkan uangnya halal,” ucapnya.
Lantaran tak bisa melanjutkan pendidikan, Cakrawala menganggap jalanan adalah sekolahnya. “Banyak hal yang tidak kita dapatkan di rumah itu ada di jalan,” ujarnya.
Sebagai seorang perempuan, Cakrawala mengaku mendapat banyak tantangan selama perjalanan.
Ia kerap dianggap lemah oleh kaum pria. "Karena dianggap lemah sehingga dijadikan “mainan” oleh para lelaki,” akunya.
Untungnya, Cakrawala termasuk orang yang tak ambil pusing dengan anggapan-anggapan itu. Apalagi kedua orangtuanya mendukung aktivitas jelajahnya.
"Yang penting bisa tahan sakit saja. Kalau di jalan itu kan separoh nyawa sudah tidak ada, mati itu konsekuensinya. Jadi tantangan-tantang seperti itu harus kita hadapi,” tandasnya. (tr-04/kai)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Eka Bima Pengin Ikut Audisi LDI tapi Umurnya Lampaui Syarat
Redaktur & Reporter : Soetomo