jpnn.com - PAK Raden memang sudah berpulang pada Oktober tahun lalu. Tapi, Shelvy Arifin masih mengingat benar pesan pria bernama asli Suyadi itu, yang disampaikan beberapa bulan sebelumnya.
M. HILMI SETIAWAN, Jakarta
BACA JUGA: Mengenang 83 Tahun Perebutan Kapal Perang Belanda De Seven Provincien
”Si Unyil nanti tidak boleh hanya menjadi tontonan, tapi mesti juga jadi tuntunan,” tutur Shelvy, menirukan Pak Raden.
Nanti yang dimaksud Suyadi itu merujuk ke rencana Perum Produksi Film Negara (PFN) yang dipimpin Shelvy untuk memproduksi versi animasi tiga dimensi (3D) Si Unyil. Ketika diskusi antara Shelvy dan Suyadi itu berlangsung, rencana tersebut baru masuk tahap awal riset.
BACA JUGA: Distrik Trikora: Tak Ada Listrik, Tertutup Kabut, tapi Ada Bule Belanda
Shelvy harus menemui Suyadi karena pria kelahiran Jember itu merupakan pencipta karakter Si Unyil, serial boneka tangan yang menjadi primadona di televisi pada 1980-an. ”Pak Raden saat itu juga berpesan agar setting suasana Si Unyil tetap dipertahankan di desa,” tutur Shelvy.
Setahun berselang, Shelvy dan tim tak hanya mengingat, tapi juga melaksanakan betul pesan-pesan Pak Raden itu. Dalam versi animasi nanti, Unyil tetap digambarkan tinggal di desa, tentu dengan sedikit polesan era kekinian.
BACA JUGA: Tentang Kesibukan Prajurit Memasak di KRI Soeharso
Unyil juga masih akan berkopiah khas dengan sarung yang diletakkan di pundak seperti versi asli dulu. Selain itu, jika dalam satu episode Si Unyil atau teman-temannya berbuat nakal, hukumannya harus ada di episode yang sama. Tidak akan dimasukkan ke episode berikutnya.
Tujuannya, terang Shelvy, anak-anak tidak mencontoh kenakalan Si Unyil dengan mengetahui sanksinya karena tidak ketinggalan di episode berikutnya. ”Itu sesuai pesan Pak Raden tentang tontonan dan tuntunan,” katanya.
Meski tidak mau membocorkan jalan cerita, perempuan kelahiran 19 April 1972 itu memastikan, di versi animasi, Si Unyil tetap dihadirkan sebagai anak yang tidak sempurna. Sebagaimana lazimnya anak-anak, Si Unyil juga punya sisi nakal dan usil.
”Di versi boneka dulu, Si Unyil juga pernah mencuri mangga Pak Raden,” kenangnya.
Kini proses praproduksi kelahiran kembali Si Unyil sudah berjalan sekitar 80 persen. Proses tersebut meliputi penciptaan karakter desain, desain modeling, dan desain lingkungan. Kemudian, akan disusul proses pascaproduksi yang tinggal memoles saja.
Idenya sudah muncul saat Shelvy ditunjuk sebagai bos Perum PFN pada Juli 2013. Si Unyil versi baru tersebut akan menjadi semacam ”kado” bagi anak-anak Indonesia. Karena itu, peluncurannya akan dipaskan dengan perayaan Hari Ulang Tahun Ke-71 Indonesia pada 17 Agustus nanti.
Shelvy menuturkan, produksi animasi 3D Si Unyil tersebut digarap secara gotong royong oleh lima studio animasi. Kelimanya dijaring Perum PFN bekerja sama dengan Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (Ainaki).
Untuk alasan privasi dan ketenangan dalam bekerja, Shelvy tidak bersedia membeberkan nama-nama lima studio itu. Yang pasti, dua di antaranya berada di Jakarta, dua lainnya di Denpasar, dan satu di Jogjakarta.
Mantan general manager (GM) PT Balai Pustaka (Persero) itu menuturkan, serial Si Unyil yang sekarang sedang diproduksi untuk satu season penuh. Season perdana itu dirancang berisi 13 episode. Setiap episode terdiri atas dua cerita. Durasi per episode sekitar 22 menit.
Tampilan serial Si Unyil dan kawan-kawan versi baru itu bakal mirip serial Adit & Sopo Jarwo atau Keluarga Somat yang tengah tayang di televisi. Atau jika dibandingkan dengan produk asing, akan sama dengan Upin & Ipin atau BoBoiBoy dari Malaysia.
Shelvy mengatakan, total ongkos yang dikeluarkan untuk produksi serial Si Unyil itu sekitar Rp 6 miliar. Sementara kalau sudah jadi nanti, harga jual hak siarnya diperkirakan Rp 30 juta sampai Rp 40 juta per episode. Seandainya laku Rp 40 juta per episode, pendapatan total dari hak siar Rp 520 juta.
Namun, Shelvy menampik jika proyek Si Unyil Reborn itu disebut proyek merugi. Dia menjelaskan, harga jual film animasi apa pun, baik di Indonesia maupun mancanegara, jauh lebih kecil daripada biaya produksinya. Misalnya serial Masha & the Bear maupun animasi bioskop Frozen. Harga jual hak siarnya jauh jika dibandingkan dengan biaya produksi.
Dia mencontohkan Mickey Mouse. ”Penjualan produk-produknya terus berjalan sampai sekarang. Sementara tayangan animasinya itu-itu saja,” katanya.
Selain itu, lanjut Shelvy, hak siar bisa dijual berkali-kali. Harga jual kembali itu bisa lebih mahal atau lebih murah.
Dalam penggarapan serial Si Unyil itu, Perum PFN menunjuk sutradara animasi kawakan Chandra Endroputro. Dihubungi secara terpisah, Chandra mengatakan bahwa tantangan terberat adalah menciptakan karakter Si Unyil.
Dia menjelaskan, teknik pembuatan karakter untuk serial boneka tangan dengan animasi berbeda. ”Tidak bisa tampilan dalam format boneka tangan plek-ketimplek dibuat format animasi,” jelasnya.
Menurut sutradara film GWK yang menyabet Piala Citra 2015 sebagai Film Animasi Terbaik itu, pembuatan karakter Si Unyil dalam format animasi 3D tidak cukup sebatas menampilkan sosok bocah berkopiah dengan sarung di pundaknya. Namun, lebih dari itu, pembuatan karakter harus benar-benar bisa memunculkan aura Si Unyil.
Di versi animasi kelak, Si Unyil yang dia suguhkan adalah anak pada masa peralihan TK ke SD. Dia cerdik, senang bermain, baik hati, suka menolong, pantang menyerah, dan berjiwa setia kawan tinggi.
”Melalui Si Unyil ini, kami ingin anak-anak mengidentifikasi dirinya. Mengembalikan ke dunia anak-anak,” tuturnya.
Khusus casting, menurut dia, sampai saat ini belum tuntas. Soal siapa yang bakal menjadi pengisi suara Si Unyil, Chandra menuturkan sampai sekarang belum ditetapkan.
Bagi dia, urusan casting tidak bisa terburu-buru. ”Yang pasti, mencari artis populer untuk pengisi suara Si Unyil tidak ada benefit-nya. Susah mencari artis yang bisa mengalahkan kepopuleran Si Unyil,” katanya.
National Chairman Ainaki Ardian Elkana berharap kelahiran kembali Si Unyil dalam format animasi 3D bisa menjadi titik balik industri animasi nasional. ”Semoga ceritanya benar-benar kuat sehingga bisa seperti Doraemon. Teknis gerakan Doraemon itu sederhana, tapi mendunia dan digandrungi segala usia karena ceritanya kuat,” ujar Ardian.
Jika harapan itu terwujud, Pak Raden sepertinya akan turut bahagia di alam sana. Juga, mungkin tak akan berkeberatan sekalipun mangganya dicuri… (*/c11/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awalnya 4 Murid, Kini Sudah Lahirkan Puluhan Desainer Papan Atas
Redaktur : Tim Redaksi