Siapa Pertama Sebarkan Paham Khilafah di Indonesia?

Jumat, 26 Mei 2017 – 08:38 WIB
Hizbut Tahrir Indonesia. Foto: Radar Lampung/JPNN

jpnn.com, BOGOR - Pemerintah memutuskan membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kini, banyak yang mempertanyakan siapa orang pertama pembawa organisasi penganut paham kekhalifahan ini masuk tanah air.

Sebagian kalangan menilai KH Raden Abdullah Bin Nuh sebagai pembawa paham yang dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila itu.

BACA JUGA: Pembubaran HTI dalam Tinjauan Konstitusi

Kabar tersebut dibantah Pimpinan Yayasan Islamic Center Al Gajaly Bogor, KH Mustofa Abdullah Bin Nuh.

Putra Abdullah bin Nuh ini menegaskan penyebaran paham khilafah pertama di Indonesia bukan oleh ayahandanya. Melainkan oleh Al Ustaz Abdurrahman Al Baghdadi.

BACA JUGA: Jubir HTI: UU Tak Larang Ormas Berasas Islam

“Kami ingin menjelaskan bahwa KH Raden Abdullah Bin Nuh bukan pendiri dan penyebar HTI, tetapi pendiri HTI itu sendiri saya tidak jelas, siapa tapi pembawanya adalah Al Ustaz Abdurrahman Al Baghdadi,” ungkapnya di sela sela konferensi pers di Islamic Center Al Ghazaly, Bogor, seperti diberitakan Radar Bogor (Jawa Pos Group).

Ulama yang kerap akrab disapa Kiai Toto ini membenarkan, bahwa almarhum ayahnya sempat bertemu dengan Al Baghdadi di Sidney, Australia sekitar tahun 80-an.

BACA JUGA: Dampingi HTI, Yusril Ingatkan Jokowi Tak Ulangi Kesalahan Bung Karno

Ia mengatakan Al Baghdad justru yang mengidolakan sosok KH Raden Abdullah Bin Nuh, sehingga ikut tinggal di Bogor.

“Saat itu, Al Baghdadi sangat mengidolakan dan terpincut dengan sosok mama (sebutan KH Abdullah Bin Nuh), dan ketika mama pulang ke Indonesia, Al Baghdadi ikut dan tinggal di Bogor,” ucap kiai yang baru menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor itu.

Dia menjelaskan Al Baghdadi mulai mengenal Hizbut Tahrir di Libanon ketika masih remaja. Maka, ketika mulai memasuki wilayah Indonesia, Al Baghdadi mulai menyebarkan paham yang dianutnya.

Kiai Toto mengatakan almarhum ayahnya merupakan sosok yang menghargai dan mempelajari semua pemahaman tentang Islam.

Almarhum juga tidak bertindak diskriminatif meski berbeda pemahaman. Itu yang membuat sosok Abdullah Bin Nuh dicintai umat muslim.

“Oleh karena itu, wajar saja kemudian timbul statement-statement dari pihak yang merasa Mama ini sebagai bapaknya, yang sering kita dengar adalah dari saudara kita Hizbut Tahrir. Di sini saya luruskan bahwa Mama tidak ada hubungannya dengan HTI," terangnya.

Menurutnya, jika dikatakan Abdullah bi Nuh berkaitan dengan HTI, maka hal tersebut hanyalah sebuah klaim belaka. Sama halnya seperti anggapan orang Syiah yang merasa Abdullah bin Nuh sudah masuk Syiah karena almarhum bergaul dengan mereka menggunakan bahasa Arab-Tiongkok.

“Nah teman-teman kita di Hizbut Tahrir juga geer (Gede Rasa) ketika mengatakan Mama sebagai pendiri Hizbut Tahrir. Tapi mohon maaf kepada saudara-saudaraku dari Hizbut Tahrir, karena ini lebih dari sekadar geer dan sudah mulai memasukkan hal-hal yang perlu diluruskan,” ucapnya.

Untuk itu, Kiai Toto menghimbau kepada seluruh anggota HTI untuk kembali pada ahlussunnah wal jamaah.

“Saya mengajak kepada HTI untuk kembali kepada ahlussunnah wal jamaah, apalagi umat Islam 90 persen adalah ahlussunnah wal jamaah,” tandasnya.(cr3/c)

BACA ARTIKEL LAINNYA... HTI Dibubarkan? Lebih Cepat Lebih Baik!


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler