Siapa Sesungguhnya Dibela Zulhas dan Teten? Industri Negara China atau UMKM Indonesia

Sabtu, 18 Maret 2023 – 17:01 WIB
Dokumentasi - Adian Napitupulu berharap semoga para menteri tak memberi data yang salah ke Presiden Jokowi terkait dampak pakaian bekas terhadap UMKM. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Persatuan Nasional Aktivis 98 (Sekjen PENA 98) Adian Napitupulu mempertanyakan langkah Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki yang akhir-akhir ini mempeributkan pakaian bekas atau thrifting.

"Kalau dikatakan bahwa pakaian thrifting itu membunuh UMKM, maka izin saya mau bertanya, data apa yang digunakan para menteri itu? Menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia impor pakaian jadi dari negara China menguasai 80 persen pasar di Indonesia," kata Adian dalam keterangannya, Sabtu (18/3).

BACA JUGA: Mendag Izinkan Masyarakat Jualan Barang Bekas, Tetapi Tidak Boleh Impor

Dia mencontohkan pada 2019, impor pakaian jadi dari China 64.660 ton, sementara menurut data BPS busana bekas impor di tahun yang sama hanya 417 ton atau tidak sampai 0,6 persen.

Di 2020 impor pakaian jadi dari China sebesar 51.790 ton, sementara busana bekas impor hanya 66 ton atau 0,13 persen.

BACA JUGA: Sentuh Barang Bekas Impor di Pekanbaru, Zulhas: Memegang saja Saya Bersin

Pada 2021 impor pakaian jadi dari China 57.110 ton, sementara busana bekas sebesar hanya 8 ton atau 0,01 persen.

"Jika impor pakaian jadi dari China mencapai 80 persen lalu pakaian jadi impor Bangladesh, India, Vietnam, dan beberapa negara lain sekitar 15 persen, maka sisa ruang pasar bagi produk dalam negeri cuma tersisa maksimal 5 persen. Itu pun sudah diperebutkan antara perusahaan besar seperti Sritex, ribuan UMKM, dan oakaian bekas impor," kata dia.

BACA JUGA: Mak Ganjar Sulsel Ajak Ibu Rumah Tangga Menyulap Barang Bekas Jadi Cuan

Dari 417 ton impor pakaian bekas itu pun tidak semuanya bisa dijual ke konsumen karena ada yang tidak layak jual.

Rata-rata yang bisa terjual hanya sekitar 25-30 persen saja atau di kisaran seratus ton.

"Jika dikatakan bahwa pakaian bekas impor itu tidak membayar pajak, maka itu juga bisa diperdebatkan karena data yang saya sampaikan di atas adalah data BPS yang tentunya juga harus tercatat juga di bea cukai," kata dia.

Dari seluruh angka di atas, Adian mempertankan siapa sesungguhnya yang membunuh UMKM.

"Mungkin urut-urutannya seperti ini. UMKM 80 persen dibunuh pakaian jadi impor dari China, sementara pakaian jadi impor China saat ini tidak dibunuh, tetapi sedang digerogoti oleh pakaian bekas impor," kata dia.

"Jadi, siapa sesungguhnya yang dibela oleh Mendag dan Menkop UMKM? Industri pakaian jadi di negara China atau UMKM Indonesia. Ayo, kita sama-sama jujur," kata dia.

Anggota DPR RI itu mempertanyakan mengapa para menteri itu berlomba-lomba mengejar, membakar, dan menuduh pakaian bekas itu menjadi tersangka tunggal pelaku pembunuhan UMKM.

"Kenapa para menteri itu tidak berupaya mengevaluasi peraturan dan jajarannya untuk memberi ruang hidup lebih besar, melatih cara produksi, cara pemasaran, bahkan kalau perlu membantu para UMKM itu menerobos pasar luar negeri. Sekali lagi, mencari kambing hitam memang jauh lebih mudah dari pada memperbaiki diri," kata dia.

Dari data di atas, Adian mengaku tidak menemukan argumentasi rasional upaya pemburuan pelaku thrifting, selain dari permintaan para importir pakaian jadi yang menguasai 80 persen pasar Indonesia.

Atau, lanjut Adian, ada permintaan istri pejabat yang tidak rela ada tukang ojek online memakai sepatu merek Bally dan pedagang sayur menggunakan jaket Balenciaga.

"Atau mungkin anak para pejabat penggemar Rubicon protes keras ketika montir bengkel tempat Rubicon ganti oli ternyata pakai kaos branded. Semoga nanti tidak ada kasus orang miskin dipukuli karena pakai baju branded yang dia beli di Gede Bage atau Pasar Senen yang kebetulan sama warna, merek, dan motif dengan baju branded anak pejabat pemilik Rubicon itu. Konon anak pejabat kaya sering tersinggung berat kalau dapat saingan," jelas dia.

Adian juga tidak ingin para menteri memberi data dan cerita yang tidak benar pada Presiden Jokowi terkait dampak pakaian bekas impor terhadap UMKM dan dampak pakaian baru impor dari China.

Secara pribadi, Adian mengaku sebagai penggemar barang bekas. Adian merasa membeli bahan bangunan bekas bagian dari komitmen menyelamatkan bumi dengan mengurangi sekian meter pemotongan gunung marmer dan mengurangi penebangan pohon untuk furnitur.

"Gerilya pakaian bekas, khususnya jaket kulit menjadi hiburan tersendiri untuk saya," kata dia. (Tan/JPNN)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pospera Apresiasi Polda Kepri yang Ungkap Penyelundupan Barang Bekas


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler