jpnn.com, BALI - Memberantas narkoba tidak selalu harus dengan tindakan tegas. Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali Brigjen (Pol) Gde Sugianyar Dwi Putra memilih mengedepankan pendekatan kemanusiaan untuk memerangi narkoba.
Laporan AS Prayogi, Bali
BACA JUGA: Mengunjungi Petilasan Mbah Maridjan di Merapi
SEBAGAI putra asli Bali, Sugianyar sangat prihatin dengan peredaran narkoba di daerah asalnya. Dia mengantongi data tentang kasus narkoba di Bali.
"Data kami menunjukkan 60 persen yang terlibat kasus narkoba di Bali adalah orang asli Bali," kata ujar Sugianyar saat ditemui JPNN.com di Tabanan pada akhir pekan lalu.
BACA JUGA: Suyanto, Pria Lamongan Tamatan SMK Merantau ke AS, Pulang Bikin Pesawat Bensin
Alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1987 itu berada di Tabanan dalam rangka menghadiri kegiatan yang digelar BNNP Bali. Kegiatannya berupa sosialisasi dan edukasi bahaya narkoba melalui kompetisi tenis meja antar desa se-Kabupaten Tabanan.
Menurutnya, narkoba tidak hanya beredar di wilayah perkotaan di Bali. Sebab, peredaran barang haram itu juga menjangkau kawasan perdesaan di Pulau Dewata.
BACA JUGA: Brigjen Sugianyar: Jerinx dan Nora Masih Sebagai Sukarelawan Antinarkoba BNNP Bali
"Di Bali ini narkoba sudah sampai ke desa-desa. Sebagian besar, bahkan 90 persen dari narkoba yang dipakai orang Bali itu jenis sabu-sabu," katanya.
Memang Sugianyar harus menegakkan hukum. Namun, ketika melaksanakan tugas, dia juga kerap merasa terenyuh saat mendapati kenyataan pahit di lapangan.
Pria kelahiran Gianyar, 14 September 1964, itu mencontohkan ketika dirinya menerima pengaduan seorang janda yang putranya menjadi pemadat alias pencandu narkoba.
Menurut Sugianyar, pencandu itu masih kelas II SMP. Bocah itu sudah mengonsumsi sabu-sabu sejak masih duduk di bangku kelas I SMP. "Diawali merokok, lalu ke narkoba" ucap Sugianyar.
Kecanduan narkoba mendorong bocah itu menjadi pencuri. Ibunya yang hanya mengandalkan pensiun mendiang suaminya pun benar-benar kerepotan mengontrol putranya tersebut.
"Uang pensiun buat makan sehari-hari, ditaruh di mana saja hilang dicuri oleh anaknya untuk beli sabu-sabu," kata Sugianyar.
Mantan Kabid Humas Polda Bali itu pun tergerak menolong janda tersebut dengan menawarkan rehabilitasi bagi putranya yang kecanduan narkoba.
Namun, sehari sebelum dijemput untuk menjalani proses rehabilitasi, bocah itu justru ditangkap polisi karena terlibat pencurian.
"Sedih rasanya ketika narkoba sudah menyasar anak sekolah," kata Sugianyar.
Mantan kepala BNNP Nusa Tenggara Barat (NTB) itu juga pernah mendapati kenyataan pahit ketika menangkap pasangan suami istri penyelundup narkoba di Bandara Lombok.
Penyelundup itu berupaya menyelundupkan sabu-sabu dengan menyimpannya di dalam anus. "Istilahnya roket," tutur Sugianyar.
Ternyata, wanita itu belum lama melahirkan. "Anaknya baru tiga bulan, dititipkan ke neneknya," beber Brigjen Sugianyar.
Menurutnya, penindakan memang penting untuk memerangi narkoba. Namun, pendekatan secara humanis juga tak bisa ditinggalkan.
"Pendekatan secara humanis kini menjadi tren baru yang ditularkan BNNP Bali dalam memerangi peredaran narkoba," kata suami Lina Meidevita itu.
Hal yang sering ditekankan Sugianyar ialah pentingnya rehabilitasi bagi pencandu narkoba yang bersedia mengaku secara sukarela. Bapak empat anak itu menegaskan para pencadu narkoba merupakan korban.
Sayangnya, masih banyak pihak tak percaya soal pencandu yang secara sukarela mengaku dan mengajukan rehabilitasi tak akan diproses hukum.
"Kami harus meyakinkan betul bahwa itu memang amanat undang-undang. Negara wajib merehalitasi kelompok pencandu atau korban penyalahgunaan, asalkan bukan bagian dari pengedar atau bandar," kata Sugianyar.
Mantan Wakapolda Sulawesi Tengah itu mengkhawatirkan pencandu yang tak direhabilitasi akan terjerumus lebih dalam.
"Kalau pencandu dibiarkan, akhirnya meningkat jadi pengedar," tegasnya.
Oleh karena itu, BNNP Bali di bawah komando Sugianyar terus menggandeng tokoh masyarakat, pentolan pemuda, perangkat desa, hingga Sekehe Teruna Teruni (STT) atau karang taruna dalam rangka sosialisasi dan edukasi tentang bahaya narkoba.
Kompetisi olahraga pun menjadi salah satu cara BNNP Bali mengajak masyarakat menjauhi narkoba.
"Pendekatan kami selalu soft power melalui kegiatan-kegiatan positif, seperti, kesenian, olahraga, dan sebagainya," kata Sugianyar.
BNNP Bali juga menggenjot program berbasis kepemudaan dalam rangka memerangi narkoba di desa-desa. Program itu bernama Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM).
Selain itu, BNNP Bali juga melakukan gerakan door to door (dari pintu ke pintu) untuk memopulerkan gerakan Desa Bersih Narkoba (Desa Bersinar).
Di luar itu, masih ada jurus lain yang digunakan Sugianyar. Kini, BNNP Bali menggunakan kesenian untuk menyosialisasikan bahaya narkoba.
Oleh karena itu, Sugianyar menggandeng para seniman, seperti, pelantun lagu Taksu Bali, Gek Ocha Putri, dan musisi fenomenal, Gus Mantra
Sosialisasi dan edukasi yang dilaksanakan pun tidak hanya melalui kegiatan tatap muka. BNNP Bali juga menggunakan teknologi dengan membuat kanal di YouTube.
Saat ini, kantor BNNP Bali di kawasan Kreneng, Denpasar, disulap menjadi tempat yang ramah dan terbuka, termasuk untuk studio podcast.
"BNN hanya koordinator yang ditunjuk negara untuk mencegah peredaran narkoba, tetapi menjadi tugas kita semua untuk menyadarkan lingkungan masing-masing," ucap Sugianyar.
Gus Mantra pun memuji ikhtiar Sugianyar dan BNNP Bali. Dia meyakini upaya memerangi narkoba melalui pendekatan yang humanis justru lebih menyentuh.
"Sekarang kita baru tahu bahwa BNN Bali saat ini lebih berkesenian. Pendekatannya (untuk memerangi narkoba, Red) lebih berkebudayaan," ucapnya Gus Mantra. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy