Signifikansi Prakarya dan Seni dalam Kurikulum Merdeka

Odemus Bei Witono - Direktur Perkumpulan Strada dan Mahasiswa Doktoral Filsafat STF Driyarkara

Jumat, 05 April 2024 – 12:45 WIB
Direktur Perkumpulan Strada dan Mahasiswa Doktoral Filsafat STF Driyarkara Odemus Bei Witono. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com - Definisi yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tentang prakarya dan seni mungkin hanya menggores permukaan dari kompleksitas dan signifikansi suatu karya estetis.

Prakarya, yang sering dijelaskan sebagai pekerjaan tangan dalam konteks pendidikan formal, sebenarnya merupakan pintu gerbang menuju warisan kreatif manusia yang lebih dalam.

BACA JUGA: Kurikulum Merdeka: Layak Menjadi Kurikulum Nasional

Keterampilan seperti menjahit atau membuat kerajinan tangan bukan sekadar aktivitas sekolah, tetapi merupakan pendasaran dari ekspresi manusia kreatif dan produktif.

Begitu pula dengan seni; tidak cukup hanya dipandang sebagai penciptaan karya-karya indah semata, tetapi merupakan refleksi mendalam dari jiwa dan budaya manusia.

BACA JUGA: Navigasi Pendidikan Setelah Pemilu 2024

Ketika manusia mengeksploitasi kedua bidang ini dalam Kurikulum Merdeka, para pendidik dan peserta didik sebenarnya membuka pintu menuju penemuan diri, pengembangan identitas, dan penguasaan atas warisan budaya yang menjadi jiwa dan identitas bangsa.

Jadi, apa yang mungkin tampak sebagai sekadar pelajaran di sekolah, sebenarnya adalah fondasi dari ekspresi, identitas, dan kedalaman kemanusiaan.

BACA JUGA: Tantangan Implementasi Model Kompetensi Kepala Sekolah di Indonesia

Melalui pendidikan prakarya dan seni, para pendidik sebenarnya tidak hanya memberikan pelajaran tentang teknik menggambar atau membuat kerajinan tangan, tetapi juga menggali akar-akar budaya yang melandasi kreativitas manusia.

Kegiatan estetis lebih lanjut, selain terkait dengan pembelajaran di ruang kelas; juga merupakan perjalanan menuju pemahaman lebih dalam tentang siapa masing-masing individu sebenarnya, dari mana berasal, dan bagaimana mereka dapat menyampaikan identitas melalui ekspresi kreatif.

Dengan mengakses warisan budaya melalui seni, orang tidak hanya memperkaya diri sendiri, tetapi juga membangun fondasi untuk memperkuat identitas budaya bangsa.

Sementara itu, pengalaman menghadiri pameran seni dan pertunjukan menjadi jendela yang membuka wawasan seseorang terhadap kreativitas manusia dalam berbagai bentuknya.

Ketika seseorang melihat karya seni yang dihasilkan oleh para murid, orang itu tidak hanya menyaksikan keindahan visual semata, tetapi juga menyelami kedalaman emosi dan pikiran yang terpancar dari setiap goresan dan warna.

Pengalaman estetis tidak hanya menginspirasi orang muda untuk terus berkarya dan mengembangkan keterampilan seni sendiri, tetapi juga memberikan bukti nyata akan kekayaan kreativitas yang ada di kalangan generasi muda.

Dengan demikian, pengalaman seni tidak hanya berdampak pada tingkat individu, tetapi juga memperkaya keseluruhan masyarakat dengan keberagaman dan keindahan ekspresi manusia.

Partisipasi dalam kegiatan seni seperti pameran dan pertunjukan selain untuk menghargai hasil karya seniman muda, juga merupakan panggung penting dalam menciptakan lingkungan yang merangsang dan mendukung pertumbuhan bakat-bakat baru.

Mereka tidak hanya sekadar menampilkan karya seni, tetapi juga membuka pintu bagi pengembangan diri dan pengalaman berharga dalam berkomunikasi secara luas.

Dengan berani mengekspresikan diri dan berbagi karya dengan masyarakat, para siswa dapat memperkuat kepercayaan diri, sekaligus mengasah kemampuan berkomunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Apresiasi dan dukungan dari masyarakat dapat memberikan dorongan bagi para murid untuk terus berkarya, dan validasi atas ekspresi kreatif mereka, mengokohkan pentingnya seni dalam perkembangan individu dan masyarakat.

Di balik setiap goresan dan karya seni memukau, terdapat sebuah proses pembelajaran menarik dan dalam.

Para murid dapat belajar teknik dasar, dan menemukan cara untuk mengungkapkan emosi dan gagasan mereka melalui setiap sentuhan halus dari ujung jari mereka.

Proses ini tidak hanya mengasah keterampilan teknis, tetapi juga menggali kedalaman batin individu dan mengajarkan mereka tentang kemampuan berkomunikasi secara visual.

Dengan demikian, pendidikan seni bukanlah sekadar pelajaran di dalam kelas, tetapi merupakan perjalanan menuju pemahaman diri yang lebih dalam dan pengembangan keterampilan yang esensial untuk sukses dalam kehidupan.

Proses pelatihan dalam prakarya dan seni dapat mengasah keterampilan teknis, dan menggali sensitivitas artistik mendasar.

Melalui penajaman kemampuan artistik, murid diarahkan untuk menciptakan karya seni bermakna sesuai tahapan perkembangan mereka.

Pendidikan keterampilan seni bukan hanya tambahan pelajaran estetika, melainkan sarana mengembangkan kreativitas yang didasarkan pada pemikiran kritis terhadap realitas sekitar.

Dalam analisis Ernest Boyer (dalam craiginzana.com, 2024) seni estetika membantu seseorang melihat hubungan dan memberikan makna yang lebih kohesif pada dunia kita.

Oleh karena itu, Proses refleksi dan kontemplasi murid tidak hanya ekspresi diri, tetapi juga mencerminkan dinamika kehidupan sehari-hari yang mereka alami.

Karya seni sebagai hasil proses perenungan mendalam memberikan kepuasan tidak hanya bagi seniman, tetapi juga menimbulkan kegembiraan luar biasa bagi para murid yang terlibat.

Setiap goresan atau sentuhan menjadi ekspresi jiwa dan pikiran mereka, mengubah ide menjadi realitas konkret.

Kegembiraan para murid selain berasal dari keindahan visual, juga dari kesadaran akan kemampuan mereka dalam mengolah gagasan menjadi karya berarti.

Dengan demikian, pendidikan prakarya dan seni tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga membangun fondasi pengembangan pribadi dan kreativitas mendalam bagi para murid.

Sebagai catatan akhir, signifikansi pendidikan prakarya dan seni di lingkungan sekolah tidak boleh diragukan lagi.

Pendidikan ini tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan keterampilan teknis dalam menghasilkan karya seni, tetapi juga untuk membantu mengembangkan sensitivitas dan apresiasi seni yang mendalam pada para murid.

Melalui proses pembelajaran yang melibatkan ekspresi kreatif dan pemikiran mendalam, diharapkan para murid dapat menghasilkan karya seni memiliki dimensi estetika berkualitas, dan mampu menyampaikan pesan dan emosi yang mendalam.

Peran guru dalam mendampingi para murid dalam pembelajaran prakarya dan seni sangat penting.

Dengan kreativitas dan dedikasi, guru dapat memberikan dorongan dan fasilitasi yang diperlukan agar para murid dapat mengembangkan potensi seni mereka sepenuhnya.

Dengan memberikan peluang-peluang baik dan lingkungan mendukung, guru dapat membantu para murid mengeksplorasi berbagai teknik dan media seni serta mendorong mereka untuk melampaui batasan kreativitas mereka sendiri.

Dengan demikian, melalui pendidikan prakarya dan seni di sekolah, para murid diharapkan dapat tumbuh menjadi individu sensitif terhadap seni dan mampu menghasilkan karya-karya yang memperkaya budaya dan kehidupan manusia.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler