jpnn.com - Durian bentuknya kasar, berduri, kurang elok dipandang. Tapi tunggulah sampai ia terbelah. Aroma khas tiada duanya. Manis dan legit membuatnya digemari sepanjang masa.
Laporan Dina Angelina dan Muhammad Yodiq
BACA JUGA: Bumil Dilarang Makan Durian, Mitos atau Fakta?
Dengan jemari kirinya Syukur memberi isyarat angka lima. Dia tak bisa bicara dengan bibir yang sedang mengulum, memisahkan daging buah dari bijinya.
Isyarat itu menunjukkan ini buah kelima yang dia nikmati bersama empat rekannya. Semuanya pelaut. Dan semuanya tampak sepakat; awal tahun, rembang petang di pinggiran Sungai Mahakam adalah waktu dan tempat yang pas untuk mabuk duren.
BACA JUGA: Kala Hasto dan Yasonna Habiskan Malam dengan 80 Durian
Bertubuh tinggi, tambun, rambut keperakan, namun dengan suara lembut, beberapa saat kemudian Syukur berbincang lancar dengan Kaltim Post (Jawa Pos Group). Durian dan berbagai buah lain dianggapnya beti, alias beda-beda tipis. Hanya selingan, dan bisa dipilih jika kapal tempatnya bekerja sedang lego jangkar.
Bedanya, durian terutama yang khas Kaltim, bagi Syukur ada nostalgia. Lahir besar di Tenggarong, Syukur tahu awal-awal tahun adalah waktu tepat untuk berburu buah berduri itu.
BACA JUGA: Dengan Kebijakan Mentan Amran, Durian Kini Surplus 733 Ton
Hal yang dilakoninya sejak kanak-kanak. Durian Melak favoritnya. Tak terlalu besar. Makan dua sampai tiga tidak enek. Harga terjangkau kocek.
Tak payah dia mengompori sejumlah temannya untuk bergabung. Karena memang sejawatnya itu juga penggemar durian. Jadilah lima sekawan ini menghabiskan 12 biji durian pada pekan pertama Januari diiringi azan Asar dari toa masjid yang berseberangan dengan lapak pedagang.
“Saya cari durian jatuh. Kualitas dan masaknya paling bagus,” kata Syukur. Dia sempat keheranan saat penjual mengoceh semua yang dijual di lapaknya adalah durian jatuh.
Sebelum Syukur bertanya lebih jauh, penjual dengan nada meyakinkan berdiplomasi, durian ini jatuh dari bak mobil ke lapak. Jatuh dari pohon ke tanah seperti dicari Syukur itu bukan urusannya.
****
Sebagaimana Samarinda, Balikpapan turut menjadi penikmat durian asal Kutai Barat tersebut. Saat musim seperti sekarang, sangat mudah menemukan penjaja durian. Hampir jadi pemandangan di setiap sudut kota.
Salah satu penjual durian yang laris manis; Rezky Buah di Jalan MT Haryono. Setiap kali melewati kios ini, pasti banyak pengendara yang tak kuasa untuk tidak melirik. Bagaimana tidak, harum aroma khas durian begitu menarik perhatian.
Rezky Buah mendatangkan seluruh durian dagangannya dari Melak. Harganya pun bervariasi menyesuaikan ukuran dan kualitas. Mulai Rp 10 ribu, Rp 25 ribu, dan Rp 50 ribu per biji. “Semua kami datangkan dari Melak. Lagi musim durian di sana,” ucap Kardi, penjual di Rezky Buah.
Durian dipasok langsung petani di Melak. Tentu tak asal terima. Setiap durian yang datang harus disortir. Biasanya pengantaran durian dilakukan dua kali seminggu. Setiap pengiriman berkisar 2.000 biji untuk tujuh cabang Rezky Buah di Balikpapan.
“Kami beli dari pemasok juga hitungnya per biji. Kalau lagi sepi, bisa terjual 100 biji per malam. Kalau ramai bisa 200 biji,” ungkapnya.
Dia bercerita, selama ini durian yang beredar di Balikpapan hanya dipasok dari tiga lokasi. Di antaranya, Banjarmasin, Palu, dan Melak.
Kardi menuturkan, setiap durian dari ketiga lokasi tersebut memiliki perbedaan jenis. Misalnya, Palu yang terkenal dengan durian montong. Tentu berbeda dengan durian asal Melak.
“Kalau durian Palu baru musim pada awal tahun, biasanya Januari sampai Februari. Jadwal panen selama tiga bulan dalam satu tahun,” katanya.
Durian asal Palu merupakan tumpuan utama penjualan kiosnya. Melihat kualitasnya yang jauh lebih baik, harganya pun jauh berbeda dibanding durian lokal. “Jualnya diukur per kilogram. Saat mahal bisa mencapai Rp 50 ribu per kilo. Paling murah Rp 35 ribu per kilo. Kalau durian lokal ini yang sambil mengisi masa luang panen dari Palu,” ujarnya.
Menurut dia, selama ini konsumen yang membeli juga tidak memilih. Hanya tinggal mengikuti musim panen alias ketersediaan. Misalnya sekarang yang ramai musim durian Melak. Beberapa bulan mendatang berubah karena jadwal panen durian Palu.
“Apa yang ramai saat itu, ya, mereka beli saja. Walau durian Palu datang dengan harga jauh lebih mahal, ada saja yang beli. Mereka sudah paham karena perbedaan kualitas,” sebutnya.
***
Durian Melak adalah satu dari sekian jenis durian yang dikenal konsumen Kaltim. Jika sedang musim durian, buah kebanggaan warga lokal ini harus bersaing sikut untuk merayu lidah dan kocek konsumen.
Sebab, durian asal Kalimantan Selatan, Palu, dan Bali juga menyerbu masuk. Membanjiri pasar-pasar tradisional, pasar kaget di pinggiran jalan, hingga supermarket.
Meski telah punya nama dan melegenda, tapi market share durian Melak tentu tak sama jika dibanding tiga atau empat dekade lalu. Kian tergerus zaman. Terpinggirkan oleh banyak faktor. Karena harga, kontinuitas pasokan, dan peralihan selera konsumen.
Setidaknya lihatlah apa yang didapati ketika Kaltim Post melakukan survei ke salah satu minimarket ternama di Balikpapan. Tak ditemukan jenis durian dari Melak. Sebagian besar durian yang masuk ke Hypermart berasal dari luar Kaltim; Palu dan Bali. Alasannya melihat dari sisi kualitas dan harga yang terjangkau.
Kepala Divisi Groceries dan Non Food Hypermart Balikpapan Trade Mall Muhammad Fahrur Rosidin mengatakan, untuk pasokan durian pihaknya menggandeng pemasok lokal.
“Kami tidak bisa ambil dari gudang sendiri, karena tidak menjangkau area Kalimantan. Terlalu jauh jaraknya. Bisa matang di peti kemas alias jalan,” ujarnya.
Belum lagi jadwal bongkar-muat di pelabuhan terhitung lama, tidak praktis. Karena itu, butuh jasa pemasok yang mengatur dan menyortir durian hingga tiba di swalayan.
Fahrur bercerita, sebagian besar pemasok lokal di Kaltim mendatangkan durian dari Palu dan Bali. Alur distribusinya, pemasok mengambil langsung durian dari Palu. Kemudian menyortir di gudangnya. Mereka akan memilah lagi mana durian yang dikirim untuk swalayan hingga pengecer. Pihaknya tinggal menjual durian terbaik karena sudah tersortir.
Seluruh produk pertanian yang masuk ke Hypermart, sebutnya memiliki syarat atau aturan seperti petunjuk pelaksanaan (juklak). Misalnya untuk buah-buahan, semua masuk berdasarkan standar diameter atau ukuran tertentu.
Jadi, pemasok tidak bisa mengirim semua barang pasokannya ke Hypermart. Maka dari itu, biasanya pasokan durian terbaik didahulukan untuk pasar modern. Tentunya durian sudah sesuai dengan syarat yang diterapkan swalayan tersebut. “Durian datang dalam bentuk packing karung anyaman bambu atau karton kertas tebal,” imbuhnya.
Dalam sekali order, Hypermart bisa meminta pasokan durian minimal 500 kilogram. Apalagi dalam masa musim panen, mutu produk, dan pasaran sangat bagus, total pengiriman durian dalam satu bulan sekitar 1,5–2 ton.
“Kalau lagi tidak musim, stok sedikit membuat harga tinggi. Soal harga juga mengikuti saat terima dari pemasok karena kami hanya eksekusi jual,” sebutnya.
Setiap kali stok durian habis, pihaknya tinggal mengontak pemasok untuk meminta tambahan. Terutama saat masa musim durian, permintaan bisa begitu tinggi.
Saat durian sedang musim, Hypermart bisa menjual dengan harga murah karena produk banyak dan mutu bagus. “Biasanya awal tahun banjir durian. Mungkin karena di Palu habis terkena musibah gempa, jadi terkendala dalam pasokan durian. Baru banyak masuk Februari,” ujarnya.
Dia bercerita, setiap kali order dengan jumlah berkisar 500 kg ini biasanya untuk stok selama satu hingga dua pekan. Sebagian besar durian yang masuk masih berwarna hijau, artinya belum matang. Sehingga masih bertahan untuk dijual beberapa hari ke depan di swalayan.
Ada yang butuh 1–3 hari lagi hingga durian dapat dikonsumsi. Namun, ada pula durian yang datang dalam kondisi sudah hampir matang.
“Persentasenya kami terima 70 persen mentah untuk stok, 30 persen matang atau siap jual,” ujarnya.
Perlu trik juga untuk membuat durian terjaga dan terawat baik. Terutama untuk durian yang belum tua, petugas swalayan akan menutupinya dengan terpal. Tujuannya, menjaga suhu panas durian tersebut. Kemudian, jika aroma durian sudah mulai tercium, pertanda durian siap jual dan konsumsi.
Fahrur mengungkapkan, biasanya pembeli tidak melihat rasa, tapi harga. Ketika durian ditawarkan dengan harga miring sedikit saja, pembeli sudah bisa tertarik. Namun, apabila harga sedang tinggi dan tidak musim buah tersebut, pembeli juga tidak memaksakan diri. Meski begitu, tetap saja ada konsumen yang membeli durian. Bisa dibilang pencinta durian.
Menurut dia, sejauh ini, respons pembeli durian sangat bagus. Durian tak pernah sepi peminat, buah yang jadi item andalan di Hypermart. Dia mengakui, durian mampu mendatangkan konsumen alias daya tarik untuk masuk ke supermarket itu. Terutama saat weekend, pihaknya memberikan display, banner, hingga booth khusus untuk durian.
“Sehingga yang datang bisa bertubi-tubi. Durian termasuk buah eksotik yang dapat menarik perhatian pembeli,” ujarnya.
***
Kembali ke durian Melak. Penyebutan label tersebut bukan tanpa alasan. Karena durian tersebut memang tanaman asli, tumbuh dan berkembang di sekitar Melak. Bahkan, bibit tersebut sudah bersertifikasi nasional.
“Namanya durian ligit dan mawar. Yang ditemukan melalui kontes,” ujar Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim Ibrahim.
Menurut dia, durian tersebut lebih baik saat dibudidayakan, ketimbang durian dari luar, seperti durian Thailand yang bernama montok sitongkong alias durian montong. Durian lokal memiliki bau lebih menyengat. “Saya tidak merekomendasikan masyarakat menanam bibit durian dari luar Kaltim,” kata dia.
Durian Thailand itu telah dikembangkan di kawasan Penajam Pasir Utara (PPU), Kecamatan Sepaku. Hasil tinjauannya, durian Thailand matangnya tidak merata. “Kadang sebagian saja (matangnya),” sebutnya.
Durian lokal berbeda. Matangnya merata, tentunya kualitas lebih baik. Apalagi untuk bersaing secara ekonomis, sangat memadai.
“Harga tidak begitu mahal. Makanya saya katakan, jangan terpengaruh dengan buah-buahan dari luar. Cintailah buah-buahan Nusantara. Lebih nikmat makan buah Nusantara daripada buah dari luar,” katanya memberi isyarat untuk menangkal agar buah lokal tak terpinggirkan atau dikalahkan.
Setiap daerah, kata dia, punya ciri khas masing-masing. Kalau di Kaltim durian ligit dan mawar. “Apalagi buah durian aslinya berasal dari Kalimantan. Termasuk bibit-bibit yang beredar di daerah lain,” ungkap Ibrahim. (tim kp)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Heboh Bau Durian di Pesawat, Begini Tanggapan Kemenhub
Redaktur : Tim Redaksi