jpnn.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur melakukan langkah konkret untuk menstabilkan kembali harga cabai di pasaran yang sempat melonjak.
Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyampaikan dua penyebab kenaikan harga cabai rawit.
BACA JUGA: Khofifah Bersama Maruf Amin Lepas Keberangkatan 449 Jemaah Haji Asal Jatim
Pertama, tingginya curah hujan yang menimbulkan serangan penyakit pada tanaman.
Hal ini berdampak pada penurunan produksi dan jadwal tanam cabai mundur.
BACA JUGA: Proses PPDB SMA/SMK di Jatim Dimulai Hari Ini, Khofifah Sebut Ada Kuota Khusus
Di daerah dataran rendah, seharusnya penanaman cabai dilakukan April 2022.
"Namun karena curah hujan yang masih tinggi, akhirnya luas tanam berkurang," kata Gubernur Khofifah, Selasa (7/6).
BACA JUGA: Malam-Malam Susuri Sungai Kalimas, Gubernur Khofifah Temukan Keindahan Ini, Lihat
Tidak hanya ancaman hujan, penyebab kedua ialah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) terhadap komoditas cabai.
Pada periode April di Jatim, kata Khofifah, terdapat empat serangan, yakni hama lalat buah seluas 32,4 hektare, trips 15,55 hektare, dan kutu kebul 2,21 hektare.
Penambahan serangan penyakit virus kuning seluas 34,03 hektare, antraknose 12,31 hektare, bercak daun 8,4 hektare, dan layu fusarium 2,5 hektare.
Agar Serangan OPT di beberapa lokasi sentra (daerah dataran tinggi) bisa dikendalikan, Khofifah mengatakan bahwa Pemprov Jatim menggunakan agens pengendali hayati.
“Sekarang di beberapa lokasi mulai tumbuh tunas baru sehingga diharapkan dapat membantu ketersediaan cabai rawit jelang Iduladha,” ujarnya.
Sementara itu, strategi berbeda diterapkan untuk mengatasi permasalahan komoditas cabai di daerah dataran rendah.
Khofifah meminta untuk segera menanam cabai rawit menggunakan varietas genjah dengan usia panen 70-80 hari, yaitu varietas bhaskoro dan dewata.
“Ini diharapkan dapat mendukung ketersediaan cabai pada Juli, utamanya menjelang Iduladha,” tuturnya.
Meski begitu, Khofifah tetap optimistis upaya menurunkan harga cabai rawit dan harga cabai besar di Jatim dapat dilakukan.
Secara umum, kontribusi hortikultura strategis Jawa Timur terhadap nasional untuk komoditas cabai besar senilai 9,4 atau menduduki urutan empat nasional.
Sementara itu, komoditas cabai rawit menyumbang 41,8 persen atau yang tertinggi secara nasional.
"Apalagi, potensi luas tanam komoditas cabai besar di Jawa Timur pada 2021 mencapai 15.398 hektare dengan produksi mencapai 127.429 ton," imbuhnya.
Lima kabupaten produsen cabai besar tertinggi 2021 di Jawa Timur antara lain, Kabupaten Malang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Probolinggo.
Menurut dia, perkembangan komoditas cabai besar pada Januari-Maret 2022, yaitu luas tanam mencapai 2.525 hektare dengan produksi 33.350 ton dan konsumsi 17.082 ton per kapita setiap tahun.
Produksi cabai besar masih surplus 16.268 ton. Selanjutnya, pada April sebesar 63 persen dan prognosa pada Mei menunjukkan luas tanam cabai besar sebesar 1.285 hektare dengan sasaran produksi 11.892 ton sehingga diperkirakan mendapatkan surplus 503 ton.
“Jadi, kebutuhan cabai besar di Jawa Timur terbagi untuk memenuhi kebutuhan industri sekitar 80 persen dan untuk rumah tangga 20 persen dari total produksi,” jelas Khofifah.
Sementara itu, potensi luas tanam komoditas cabai rawit di Jawa Timur pada 2021 mencapai 70.892 hektare dengan produksi mencapai 578.883 ton.
Ada lima kabupaten produksi cabai rawit tertinggi 2021 di Jatim, yakni Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Tuban.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Hadi Sulistyo menambahkan, perkembangan komoditas cabai rawit pada Januari–Maret 2022, yaitu luas tanam mencapai 14.562 hektare dengan hasil panen 164.806 ton dan konsumsi 218.273 ton per kapita tiap tahun.
Dengan demikian, produksi cabai rawit masih surplus 146.533 ton. Dilanjutkan April sebesar 63 persen dan prognosa pada Mei menunjukkan bahwa luas tanam cabai rawit, yaitu 6.274 ha dengan sasaran produksi 104.007 ton sehingga diperkirakan mendapatkan surplus 91.825 ton.
“Kebutuhan cabai rawit untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kurang lebih 85 persen hingga 90 persen dan kebutuhan industri 10-15 persen dari total produksi," tandas Hadi.
Data Siskaperbapo menunjukkan harga cabai di Jawa Timur mengalami kenaikan.
Harga rata-rata Jawa Timur untuk komoditas cabai rawit Merah per 7 Juni Rp 84.823, meningkat 241,48 persen (Rp 59.983) dibandingkan harga pada 10 Mei sebesar Rp 24.840.
Sementara itu, harga rata-rata komoditas cabai merah besar per 7 Juni 2022 sebesar Rp 62.144, meningkat 78,58 persen (Rp 27.346) dibandingkan harga pada 10 Mei sebesar Rp 34.798. (adv/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi