jpnn.com - DENPASAR - Mungkin bagi sebagian orang, mencoba berkeliling dunia adalah cita-cita belaka. Tapi tidak dengan Shintaro Fujisawa. Hanya dengan modal ngamen, pria asal Jepang ini bisa keliling dunia.
Di antara, para wisatawan asal negeri Sakura yang berkunjung ke Bali, Shintaro Fujisawa bisa jadi yang paling unik.
BACA JUGA: Hebat! Dengan Keterbatasan Fisik Merantau Numpang Truk, Kini...
Pria berumur 37 tahun tersebut terlihat paling beda saat terekam baliexpressnews.com (JPNN Group) di kawasan Kuta.
Ya, siapa sangka lelaki yang doyan memakai kimono atau pakaian khas Jepang ini sanggup membiayai hidup dan berkeliling ke berbagai negara hanya bermodalkan gitar akustik.
BACA JUGA: Hahaha, Tertawa Mengenang Gerhana di Jaman Pak Harto
Memang belum semua negara berhasil dkunjunginya. Sampai saat ini baru tiga negara yang sudah disinggahinya. Satu di antaranya adalah Indonesia.
Tapi, dia menargetkan bisa keliling dunia dalam waktu dekat.
BACA JUGA: Sepenggal Cerita Ogoh-ogoh Bali di Sudut Belitung
“Awalnya, modal sangat pas-pasan. Hanya sekitar JP 20 ribu atau sekitar Rp 2,3 juta. Saya berangkat dari Jepang ke Australia sekitar lima bulan yang lalu,” jelas Shin, panggilan akrabnya.
Pria asal Osaka ini, mengaku masih membujang karena tujuan hidupnya adalah ingin berkeliling dunia.
Dirinya juga mengaku tidak terlalu pintar. Shin hanya lulusan Koutouakkou (SMA, red) dan menamatkannya sampai lima tahun lamanya. Anak kedua dari tiga bersaudara ini, ingin berkeliling dunia selama tiga tahun lamanya.
Orang tuanya pun sangat setuju dan mengizinkan pergi keliling dunia dengan modal nekat. Dan, untuk mewujudkan impiannya itu, Shin sampai rela mengundurkan diri sebagai tenaga marketing di salah satu perusahaan keamanan di Jepang.
“Tujuan saya yang ingin keliling dunia dalam waktu yang lama mengharuskan saya untuk berhenti dalam pekerjaan saya,” jelasnya.
Namanya perjalanan keliling, tidak selamanya berjalan sesuai harapan. Pada saat di Cairns, Australia, dirinya harus menyambung hidup dengan mengamen di jalanan.
“Waktu itu, tabungan saya sangat tipis. Awal-awal mengamen, dirinya hanya mendapat AUD 20 atau setara Rp 195 ribu.
Bahkan, dirinya harus tidur di jalan karena biaya sewa tempat tinggal yang cukup mahal disana. Lagu yang dimainkan oleh Shin memang tidak semua orang dapat memahaminya, karena hampir seluruh lagu adalah berbahasa Jepang.
Tidak seperti kebanyakan orang yang normal, tangan kirinya cacat karena kecelakaan. Jari telunjuknya putus akibat kecelakaan kerja yang dideritanya sejak beberapa tahun terakhir.
“Cacat ini saya dapat ketika saya bekerja di pabrik pembuatan karpet di Osaka ketika saya berumur 15 tahun. Syaraf jari-jari kiri saya sekarang bermasalah, sehingga saya harus belajar menjadi kidal,” tuturnya.
Lagu yang cukup sering dilantunkan oleh Shin setiap kali mengamen adalah berjudul O Muite Arukoo atau yang lebih populer dengan judul Sukiyaki.
Lagu ini cukup populer di dunia, dan bahkan pernah menduduki peringkat pertama dalam tangga lagu di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri, lagu ini pernah dipopulerkan oleh grup Warkop DKI yang diplesetkan menjadi ‘Nyanyian Kode’.
Makna lagu ini sebenarnya cukup mendalam. Dirinya menjelaskan, lagu ini memiliki makna agar orang-orang selalu tegar dalam menjalani cobaan yang ada.
“Selalu melihat keatas, dan jangan melihat kebawah. Karena kesedihan harus kita lawan,” ungkap Shin.
Mungkin dengan lagu ini, Shin bisa kuat untuk melalui rintangan dan cobaan dalam perjalanannya keliling dunia.
Dari Australia, pundi-pundi uang pun mengalir. Dengan mengamen, dirinya bisa hidup di Australia selama tiga bulan lamanya. Setelah itu, dirinya menuju Selandia Baru.
Disana, Shin juga mengamen untuk menyambung hidup. Total pemasukan dari mengamen di dua negara saja sudah mencapai AUD 5 ribu (Rp 48 juta).
Sampai akhirnya dia tiba di Bali sekitar seminggu yang lalu. Dengan modal seadanya, pria ini tinggal di sebuah losmen di Jalan Poppies 2.
“Harganya disini sangat murah. Hanya Rp 80 ribu per malam,” tuturnya. Mengamen pun dijalani oleh Shin. Di depan salah satu mall di Pantai Kuta, selama tiga hari total dirinya sudah mendapatkan Rp 900 ribu. Namun, masih ada halangan yang dihadapi.
“Pernah saya diusir mengamen oleh salah satu petugas keamanan mall itu,” jelasnya.
Meskipun begitu, Shin sangat suka dengan masakan Indonesia. “Saya paling suka nasi campur dan ayam bakar,” ungkapnya.
Menurutnya, masyarakat Bali sangat ramah. Dirinya pun sangat betah tinggal di Bali. “Pernah saya makan di rumah makan. Karena setiap hari saya makan disana, pemilik rumah makan tersebut menggratiskan makanan saya. Saya sangat bersyukur sekali,” jelas Shin yang fasih mengatakan terimakasih, selamat tinggal, dan selamat malam tersebut.
Minggu depan, rencananya Shin akan pergi menuju Jogjakarta dan Jakarta. Setelah itu, dirinya akan menuju Singapura dan Malaysia.
“Saya akan keliling di wilayah Asia dulu. Setelah itu ke Eropa, Afrika, Amerika, dan terakhir akan balik ke Jepang,” tuturnya.
Dirinya mengestimasi, perjalanan yang dilakukan akan berlangsung selama tiga tahun lamanya. Semoga Bali dan Indonesia bisa memiliki kesan yang bagus untuk Shin. “Terima kasih banyak ya,” pungkasnya. (*/alit binawan/mus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PILU! 20 Tahun jadi Honorer Tiba-tiba Dipecat
Redaktur : Tim Redaksi