Singapura Pertimbangkan Perlakuan Istimewa untuk Orang yang Sudah Divaksin

Senin, 04 Januari 2021 – 20:03 WIB
Patung Merlion di Singapura. Foto: AFP

jpnn.com, SINGAPURA - Singapura akan mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan perjalanan bagi orang-orang yang telah divaksinasi COVID-19, termasuk mereka yang berencana mengunjungi negara itu untuk Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang diselenggarakan Mei.

Pusat bisnis dan pariwisata Asia Tenggara itu telah melarang perjalanan rekreasi karena pandemi, dan membuat perjanjian bisnis dan perjalanan resmi yang terbatas dengan negara-negara tertentu.

BACA JUGA: Resmi! Malaysia dan Singapura Pilih Batalkan Proyek Kereta Cepat

Sebagian besar penduduk Singapura yang kembali harus mengisolasi diri di hotel yang ditentukan atau di rumah hingga dua minggu.

"Jika ada bukti yang jelas bahwa risiko penularan dapat diturunkan secara signifikan (dengan vaksin), kami pasti akan mempertimbangkan beberapa pelonggaran untuk aturan SHN (pemberitahuan tinggal di rumah) bagi pelancong yang divaksinasi," kata wakil kepala satuan tugas virus pemerintah, Lawrence Wong, di parlemen, Senin.

BACA JUGA: Singapura Tolak Semua WNA yang Pernah Mengunjungi Negara Ini

Negara pulau kaya, yang sebagian besar memberantas penyakit secara lokal, itu minggu lalu menjadi salah satu negara pertama di Asia yang memulai program inokulasi nasional.

Studi pemerintah menunjukkan hampir 60 persen orang bersedia divaksinasi, kata Kementerian Kesehatan Singapura pada Senin.

BACA JUGA: Virus Corona Varian Inggris Diduga Sudah Masuk Singapura, Indonesia Waspada

Namun, beberapa orang menyatakan keraguan karena rendahnya risiko infeksi di Singapura dan kekhawatiran tentang kemungkinan efek samping dari vaksin yang dikembangkan dengan cepat.

Wong mengatakan pembatasan juga dapat ditinjau bagi pelancong yang divaksinasi untuk hadir pada WEF, yang biasanya menarik kehadiran ribuan politisi, pebisnis, dan selebritas dari seluruh dunia.

Pertemuan tahunan itu telah dipindahkan dari tempat asalnya di Davos, Swiss, karena kekhawatiran virus di Eropa. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler