Sipir Cantik Berhijab, Diisengi Napi yang Minta Nomor Hp

Jumat, 18 Maret 2016 – 00:30 WIB
Inggit Gerina Lestari Putri (ketiga dari kanan). Foto: Khoirunnisak/Sumeks/JPG

jpnn.com - BAGI Inggit Gerina Lestari Putri, bekerja di tempat yang dihuni ribuan narapidana pria merupakan sebuah tantangan. Lima tahun sudah dia bekerja di lembaga pemasyarakatan (lapas).

KHOIRUNNISAK -  Palembang

BACA JUGA: Kisah Perih Para PSK, Tarif Rp 400 Ribu Hanya Terima...

CUACA panas menyengat, saat Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group) berkunjung ke rumah tahanan negara (Rutan) klas I A Pakjo Palembang, kemarin (16/3). Terlihat Inggit, duduk bersama reken-rekannya bekerja, usai melaksanakan apel siang untuk warga binaan.

Perempuan kelahiran 1992 itu mengawali karirnya sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) pada 2010. Begitu lulus, dia ditempatkan di Lapas Klas IIA Lubuklinggau. “Cuma seminggu di sana,” tutur Inggit.

BACA JUGA: Heboh! Pertama Kali Ada Pasangan LGBT Digerebek

Kemudian dia dipindah tugaskan ke Rutan Klas IA Pakjo Palembang, kini dia menjadi staf bagian keuangan. Sebelumnya dia pernah bertugas mengurus tahanan. “Masih ada rasa takut-takut, kalau berpapasan langsung dengan napi," kenang Inggit, yang ayahnya dulu pegawai di Rutan Merdeka Palembang.

Bekerja di kerumunan pria, tak jarang Inggit digoda saat mengecek sel tahanan. Tingkah warga binaan itu ada-ada saja. “Ada yang memanggil-manggil nama, minta nomer Hp (handphone,red),” tutur sarjana hukum alumnus Universitas Palembang itu.

BACA JUGA: Owi/Butet Selalu Kena Kutukan Istora, Hendra Menyesal Sedikit karena...

Meski digoda demikian, Inggit mencoba tidak sombong. Dia tetap berusaha membalas dengan ramah. Bekerja di rutan, menurutnya juga enak. Seperti bisa bertemu orang penting, saat semisal ada kunjungan Menteri Hukum dan HAM. Lainnya, bertemu pejabat yang tersandung kasus korupsi.

Inggit bersyukur, sejak 2010 ditugaskan di sana, belum pernah mendapat pelecehan dari napi. Dia tetap menjaga jarak, apalagi kebanyakan napi orang yang sudah berumur.

“Tapi ada juga yang ramah, mereka  memiliki banyak aktivitas keterampilan mulai dari keagamaan hingga keterampilan mengasah batu akik,” tutur perempuan berkulit putih itu.

Anak keempat dari lima bersaudara itu, juga kerap dilibatkan dalam melakukan razia ke sel-sel tahanan. Kerap didapati barang terlarang, seperti sajam yang dibuat dari sikat gigit atau sendok.

”Banyak yang tidak mau dirazia, tapi saat digeledah mereka tidak bisa berkutik," tegasnya.

Diakuinya, napi di Rutan Klas IA Pakjo Palembang ini sudah lebih dari 1.500 orang, atau over kapasitas. Saat hari raya, baik Idulfitri atau Iduladha, biasanya paling ramai kunjungan untuk napi. Imbasnnya, Inggit pun tidak dapat berkumpul dengan keluarga di hari raya itu jika sedang piket.

“Tapi ada rasa bahagia, bisa melihat napi bisa bertemu dengan keluarganya di hari raya,” imbuhnya.

Menurutnya, pelayanan di rutan sekarang semakin baik. Khususnya saat antrean waktu berkunjung, baik dari tamu maupun napi, lebih merasa nyaman.

“Sebagai rumah kedua, bagi napi mereka bisa berbuat lebih baik lagi setelah keluar nanti. Berharap tidak lagi kembali ke sini (rutan,red),” pungkas perempuan berhijab itu. (*/air/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Striker Anyar Persib Disebut Legenda di Klub Lamanya, O Iya?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler