Sistem Seleksi CPNS tak Berkeadilan Sosial

Minggu, 29 Desember 2013 – 08:38 WIB
Peserta tes CPNS dari honorer kategori dua (K2) di Jambi. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - PEKANBARU - Tes penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) harus mengakomodir kearifan lokal dan berkeadilan sosial.

Menurut akademisi yang juga Purek II IPDN Jatinangor, Prof Dr Wirman Syafri MSi, ada yang agak salah kaprah dengan rekrutmen CPNS selama ini.

BACA JUGA: Penangguhan Penahanan Ditolak, Atut Coba Tahanan Kota

"Dengan sistem computer assesment test (CAT) selama ini, kita memang mendapatkan kualitas calon PNS yang bagus. Akan tetapi itu tidak sesuai dengan administrasi yang demokratis dan berkeadilan sosial," ujar Wirman.

Hal itu dikatakannya kepada Riau Pos (Grup JPNN), Sabtu (28/12) usai menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Administrasi dengan tema "Tren Perkembangan Ilmu Administrasi Publik" di auditorium Sutan Balia Fisip Unri.

BACA JUGA: Negara Rugi Bayar Gaji Atut

Hadir juga sebagai pembicara, dosen Fisip Unri Dr Tuti Khairani Harahap SSos MSi. Seminar ini ditaja Fisip Unri bersama penerbit Erlangga Cabang Pekanbaru.

Menurut Wirman, mengelola negara yang notabene tidak sama dengan sektor privat. Dalam sektor privat atau swasta, perusahaan bisa menerima pegawai dengan menyeleksinya dari yang terbaik. Tapi untuk sektor publik tidak demikian.

BACA JUGA: Polri: Kondisi Keamanan Papua Membaik

Menurutnya masih banyak  anak bangsa yang perlu diakomodir. Untuk daerah dan suku-suku tertentu menurutnya banyak yang belum memiliki kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai, dan belum memiliki kemampuan yang setara dengan anak bangsa yang lain. Misalnya orang Indonesia timur, atau masyarakat adat yang masuk dalam komunitas adat terpencil (KAT).

"Jika kepada mereka diberlakukan CAT dalam rekrutmen pegawai, maka mereka tak akan pernah menjadi PNS. Mereka akan terus dalam keadaan semula dan ini kurang memenuhi unsur demokratis dan keadilan sosial," ujar Wirman.

Menerutnya saat ini ada paradigma new public service (NPS).  Paradigma ini seharusnya mulai dianut oleh negara, termasuk dalam perekrutan CPNS. Salah satu nilai penting dalam NPS itu adalah nilai demokratis dan berkeadilan sosial, tidak semata produktifitas SDM CPNS yang bersangkutan.

"Ke depan pemerintah harus memperhatikan ini. Misalnya untuk bidang tertentu, suku-suku tertentu tak harus mengikuti tes CPNS yang ketat itu," ujarnya.

Dia berharap, ke depan nanti, sistem NPS ini dapat diterapkan di pemerintahan. Bahkan tak hanya pemerintahan, menurutnya sektor swasta juga harus menerapkan konsep ini. (muh)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tanpa Skor, Pelamar CPNS Boleh Protes


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler