jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah siswa Sekolah Global Sevilla berhasil membawa pulang 112 medali emas dan 88 medali perak dari ajang World Scholar's Cup (WSC).
Kompetisi yang diselenggarakan di Universitas Yale, Amerika Serikat, November 2018 lalu itu diikuti sekitar tiga ribu siswa dari 50 negara itu.
BACA JUGA: Lindswell Kwok Segera Menikah, Terima Tawaran jadi PNS?
Kepala Sekolah Global Sevilla Pulomas, Purborini Sulistiyo menjelaskan, sebelum maju ke babak final di Universitas Yale, Amerika Serikat, harus melakukan babak penyisihan tingkat regional di Jakarta, dan tingkat global di Melbourne, Australia.
Adapun kategori yang diperlombakan dalam kompetisi tersebut adalah debat tentang isu global, tes pengetahuan umum, hingga penulisan esay.
BACA JUGA: Jafro Megawanto Makin Terkenal, Bonus Terus Mengalir
"Ini angkatan kelima keikutsertaan kita di WSC, dan tahun 2018 kemarin telah membawa prestasi luar biasa," ujar Purborini Sulistiyo, di Jakarta, Rabu (16/1).
Dia mengatakan, keikutsertaan para siswa dalam berbagai macam kompetisi sejatinya bukan hanya semata untuk menguji kemampuan akademis siswa. Melainkan, ada nilai-nilai karakter yang akan terbangun, seperti rasa percaya diri serta saling menghormati antar sesama.
BACA JUGA: Hanifan Yudani Kusumah Tidak Memaksa Tunangannya
"Kompetisi itu bisa mengubah karakter, dari anak yang pemalu menjadi percaya diri untuk tampil dengan kemampuannya. Sehingga bukan hanya dilihat dari sisi akademisnya saja, tapi juga membangun karakter dan kepribadian mereka," ucapnya.
Dikatakan, melalui kompetisi tingkat internasional itu, secara tidak langsung juga mengajarkan kepada siswa untuk melihat dan menghargai perbedaan yang ada dari para peserta lainnya dari berbagai negara.
"Kita mempersiapkan mereka agar mereka nantinya tidak kaget untuk hidup di dunia global. Karena disana mereka juga berbaur dengan siswa dari berbagai negara," tuturnya.
Angelica, siswa Global Sevilla yang telah tiga kali mengikuti kompetisi tersebut menceritakan, dirinya dapat melihat dan menghargai perbedaan yang ada.
"Di sini kita bisa melihat Bhineka Tunggal Ika dalam skala global. Kita melihat dan bertemu dengan anak dari negara lain, tapi tidak ada unsur persaingan, justru kita punya rasa sportif," imbuh siswa kelas XI itu.
Direktur Sekolah Global Sevilla, Michael Thia mengatakan bahwa pola pendidikan yang harus diterapkan adalah menjadikan pendidikan itu sendiri bermakna bagi para siswa. Oleh karena itu, proses belajar mengajar harus dibuat menyenangkan. "Dari sisi akademis harus bermakna, bukan hanya seperti robot. Belajar itu harus menyenangkan," katanya.
Oleh karena itu, penguatan kualitas guru juga harus terus dilakukan. Dengan demikian, metode pembelajaran yang terjadi di sekolah nantinya dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keberterimaan para siswa.
"Pelatihan guru harus terus ditingkatkan, harus memiliki banyak metode pembelajaran. Karena cara belajar anak sekarang sudah berbeda, anak-anak sudah lebih pintar, dan guru harus menyesuaikan," tuturnya.
Yang terpenting, kata dia, budaya membaca harus kembali diperkuat. "Anak-anak harus banyak membaca, karena dengan membaca menjadi banyak memiliki pengetahuan," tambah Michael. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wewey Wita Kebanjiran Tawaran jadi Bintang Iklan
Redaktur & Reporter : Soetomo