Siswa SMP Gantung Diri, Sempat Mengeluhkan Beban Tugas dari Sekolah

Rabu, 28 Oktober 2020 – 08:32 WIB
Gantung diri. Ilustrasi: Ardisa Barack/JPNN.COM

jpnn.com, TARAKAN - Seorang siswa SMP di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di kamar mandi tempat tinggalnya, Selasa (27/10) sekitar 17.00 Wita.

Bocah usia 15 tahun warga RT 32 Kelurahan Sebengkok, Tarakan, itu sempat mengeluh soal beban tugas dari sekolah.

BACA JUGA: Seperti ini Hasil Autopsi Cai Changpan, Benarkah Tewas Karena Gantung Diri?

Sontak, kejadian memilukan itu membuat gempar warga sekitar.

"Berdasarkan keterangan beberapa saksi, korban ini orangnya pendiam tapi pernah mengeluh karena banyak tugas dari sekolah," kata Kasat Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polresta Tarakan Iptu Muhammad Aldi saat dihubungi Antara di Tarakan, Selasa.

Petugas dari Polresta Tarakan membawa korban ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan untuk dilakukan visum.

BACA JUGA: Kapolresta Tarakan Meminta Maaf Kepada Wartawan, Ada Apa?

"Hasil visum tidak ditemukan tanda - tanda kekerasan. Posisi korban lidahnya tergigit dan mengeluarkan kotoran, dugaan awal kami memang merupakan murni gantung diri,” kata Aldi.

Penyidik juga sudah mendatangi memeriksa beberapa saksi yang pertama kali melihat jasad korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP).

BACA JUGA: Penyidik Bareskrim Mendapat Pengakuan Penting dari Gus Nur

"Saksi yang diperiksa baik itu dari keluarga atau dari kerabat yang diminta tolong, termasuk orang tua korban,” kata Aldi.

Sejumlah warga mengaku prihatin dan meminta agar pihak sekolah dan orangtua menjadikan kasus ini sebagai pembelajaran.

"Innalillahi wa innalillahi roji'un. Selain banyak tugas, tanpa orang tua sadari bentakan dan amarah mereka bisa menjadi beban mental, anak tertekan," ujar Icha salah seorang pelajar, tentang tekanan mental selama menjalani belajar daring di msa pandemi COVID-19.

Amy, salah seorang pelajar SMA Tarakan mengatakan bahwa bisa jadi hal itu dipicu orang tua yang kurang perhatian terhadap anak.

"Hal yang dikhawatirkan terjadi, bagaimana anak tidak stres, di sekolah mendapat beban bahkan ancaman dari pengajar terkait nilai, belum lagi masalah biaya pulsa dan jaringan internet banyak bermasalah," kata Kartini, salah seorang orang tua siswa di Tarakan. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rizki Sandi Saputra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler