Siswa SMP Nyambi jadi Kuli Bangunan, di Kota Bogor Bro!

Minggu, 19 November 2017 – 08:35 WIB
Muhammad Ismail bersama ibu kepala sekolah. Foto: Mesya Muhammad/JPNN.com

jpnn.com - Penyaluran dana Program Indonesia Pintar (PIP) di Kota Bogor nyaris tanpa masalah. Kendalanya ada di siswa pemegang Kartu Indonesia Pintat (KIP) yang sebagian kecil belum mencairkannya.

Bagi sebagian siswa, dana bantuan tersebut dinilai kurang hingga membuat mereka nyambi bekerja bekerja.

BACA JUGA: 1.210 Siswa di Sumenep Dapat Kartu Indonesia Pintar

Mesya Muhammad – Bogor

ADALAH Muhammad Ismail, siswa penerima dana PIP. Siswa kelas 8 SMPN 6 Kota Bogor, ini salah satu dari sekian pelajar yang nyambi bekerja untuk mendapatkan tambahan uang.

BACA JUGA: Kemendikbud Salurkan PIP ke 13.847 Siswa di Sukabumi

Walaupun sudah mendapatkan bantuan Rp 750 ribu per tahun, bagi Ismail dana tersebut masih kurang.

Uang tersebut sudah dia ambil Rp 250 ribu untuk membeli alat perlengkapan sekolah.

BACA JUGA: 423.235 Siswa SD Sudah Cairkan Dana Program Indonesia Pintar

Ismail yang sudah piatu ini sengaja beli di pasar agar uangnya cukup meski kualitasnya di bawah rata-rata.

"Kalau beli di toko mah nggak cukup, makanya sepatunya saya pakai kalau sudah di sekolah," tuturnya kepada tim Press Tour Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), beberapa waktu lalu.

Jarak antara rumah Ismail dan sekolah lumayan jauh, sekitar 5-6 kilometer.

Agar sepatunya awet, bocah kelahiran Bogor 6 Agutus 2002 ini sengaja pakai sandal. Maklum saja, siswa berprestasi ini setiap harinya jalan kaki ke sekolah.

Karena itu, walaupun masih bocah, tangan dan kaki Ismail tidak sehalus anak-anak seusianya. Telapak tangannya sedikit kasar.

Demikian juga kakinya yang hitam dan pecah-pecah. Namun, wajah Ismail yang tampan dan tutur bahasanya santun bisa menutupi kondisi fisiknya.

Ismail lantas bercerita bila dia harus ikut mencari uang untuk membantu ayahnya yang berprofesi sebagai buruh bangunan. Karena Senin sampai Jumat sekolah, Ismail bekerja Sabtu dan Minggu.

Hari Sabtu, putra Tohir ini menjadi kenek kuli bangunan. Bekerja enam jam dia bisa mengantongi Rp 20 ribu. Di hari Minggu, dia ikut kerabatnya berjualan di pasar dengan bayaran Rp 30 ribu.

Aktivitasnya yang padat itu membuat siswa yang langganan rangking kelas ini tidak punya kesempatan bermain seperti anak-anak lain.

"Kalau nggak kerja nggak bisa dapat uang untuk kebutuhan hari-hari. Uang PIP kan saya tabung 500 ribu untuk kegiatan study tour," ucapnya.

Si jago renang dan mengaji ini mengungkapkan, andai dana PIP naik menjadi Rp 900 ribu dia tidak akan nyambi kerja sebagai kuli bangunan lagi. Kalau pun bekerja, Ismail pilih berjualan cilok di pasar.

Bocah pekerja juga ada di SDN Lawang Gintung 1, Salsabilah namanya. Salsa, sapaan akrabnya, juga menerima dana PIP Rp 450 ribu per tahun.

Bocah 11 tahun ini harus membantu ibunya jualan kue. Sebelum berangkat sekolah, Salsa mengantarkan kue untuk dititipkan ke warung. Kala libur sekolah, Salsa bantu ngedarin ke rumah-rumah.

Pekerjaan itu dilakoni Salsa untuk menambah penghasilan keluarga. Pendapatan ayahnya yang seorang juru masak salah satu restoran di Jakarta tidak mencukupi kebutuhan keluarga.

Beruntung Salsa dan ortunya tinggal di rumah sang nenek sehingga tidak perlu mengeluarkan uang kontrakan. Bocah berambut ikal ini hanya berharap agar dana PIP bisa dinaikkan menjadi Rp 1 juta.

"Kalau Rp 450 ribu kurang. Uang angkotnya kan Rp 5 ribu pulang pergi," ucapnya dengan nada polos. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dana PIP 2,5 Juta Siswa SMP Sudah Disalurkan


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler