Siswi SMK Viral di Medsos Itu Ingin jadi Penyidik KPK

Minggu, 05 Maret 2017 – 00:53 WIB
Dewi bersama orangtua dan adiknya di depan rumah di Jalan Kecipir Blok C, Palangka Raya, Kamis (2/3). Foto: AGUS PRAMONO/KALTENG POS

jpnn.com - jpnn.com - Foto Dewi Mulyani membaca buku saat dibonceng ayahnya, Mardani, menjadi perbincangan hangat di media sosial (medsos) facebook dan instagram.

Ya, siswi SMKN 1 Palangka Raya, Kalimantan Tengah itu tergolong rajin belajar karena dia punya mimpi yang harus diwujudkan.

BACA JUGA: Hanya 40 Persen Siswa SMP Cairkan Bantuan PIP

AGUS PRAMONO, Palangka Raya

DI depan teras perpustakaan menunggu. Setelah sejam berlalu, Kamis (2/3) sekitar pukul 15.10 WIB, Mardani datang menjemput Dewi yang asyik membaca di lantai dua perpustakaan.

BACA JUGA: Pusat Hanya Sediakan 25 Persen Butir Soal USBN

Setelah menaruh sepeda angin di deretan sepeda motor, bergegas naik tangga memberitahukan kalau sudah siap untuk pulang.

NamunDewi tak kunjung turun. Si ayah lantas menuju masjid untuk salat. Saat kembali, Dewi tak kunjung turun.

BACA JUGA: Ayo Buruan Daftar, Ada Program Beasiswa S1 dan S2 Nih

Dia lantas naik lagi ke lantai dua perpustakaan menjemput Dewi untuk pulang.

“Betah banget kalau sudah baca,” ucap Mardani sambil tersenyum tipis. Setelah itu, bertolak untuk pulang.

Sambil menenteng buku, Dewi duduk di boncengan sepeda yang dilapisi plastik agak tebal agar terasa empuk.

Di keranjang sepeda merek Phoenix itu, terdapat satu botol air mineral yang dibawa dari rumah dan makanan ringan yang dibungkus plastik warna hitam.

Di bawah awan mendung yang menyelimuti langit Palangka Raya, Mardani mengayuh sepeda dengan kecepatan sedang.

Wartawan Kalteng Pos (Jawa Pos Group) mengikutinya dengan sepeda motor. Sesekali Dewi membuka buku. Membacanya.

Sesekali mengobrol singkat dengan abahnya sambil mencicipi kue kering.

Jalanan mulus, semulus kayuhan kakinya. Tak ada raut kecapekan. Mungkin sudah biasa.

Ujian mungkin tiba saat masuk ke Jalan Kecipir. Belum beraspal. Hanya timbunan tanah dengan kerikil-kerikil kecil mewarnai jalan menuju rumah.

Masuk lagi ke dalam terlihat lebih parah. Bergelombang. Sangat tersiksa bagi pengguna sepeda angin.

Sekitar 1,5 kilometer masuk dari Jalan Adonis Samad untuk sampai ke rumahnya. Sedangkan jarak dari perpustakaan menuju rumah Jalan Kecipir Blok C sekitar 6,5 kilometer. Melelahkan.

Tapi mau bagimana lagi. Itu harus dilakukan sebagai orangtua dalam mendukung anaknya agar tetap terus bersekolah.

Kebiasaan jemput anak tidak dilakukan sebentar. Mulai Dewi sekolah di MTS Fathul Jannah, Jalan RTA Milono, sudah biasa antar jemput.

Dengan sepeda yang sama. Saat itu mereka mengontrak rumah di daerah Kelurahan Panarung.

“Sejak SMP dulu saya antar Dewi,” ucap Mardani saat berbincang dengan Kalteng Pos di ruang tamu rumahnya.

“Dewi bisa saja berangkat dan pulang sendiri, tapi kita tidak tega. Takut terjadi apa-apa,” sahut ibunya, Ramnah.

Sepeda itu dibeli dengan harga Rp 750 ribu, empat tahun silam. Sepeda yang penuh kenangan.

Keluarga kecil itu tinggal di perumahan subsidi ukuran 6x6 meter. Sangat kecil untuk ditinggali enam orang.

Cat warna biru itu juga sudah tampak pudar. Barang-barang bekas menumpuk di ruang tamu menempel tembok. Satu sepeda angin teronggok dalam kondisi rusak.

Dua kakak dewi sudah bekerja. Satu laki-laki bekerja di toko bangunan dan satu perempuan di bengkel.

Mereka berdualah yang mencicil angsuran rumah setiap bulan. Sedangkan adik Dewi masih sekolah kelas V SD.

Penghasilan Mardani sebagai pemungut barang-barang bekas hanya bisa buat makan sehari-hari. Nilainya tidak menentu.

“Rata-rata 20 ribu. Oleh terkadang dapat banyak, terkadang nggak dapat sama sekali,” sebut Mardani.

Bagi sang ibu, kebiasaan anaknya yang kutu buku tak ia permasalahkan. Hanya dia meminta untuk menjaga kesehatannya. Sering lupa waktu. Sering sakit karena jarang makan.

“Kalau baca buku bisa sampai jam 23.00 WIB. Terkadang saya pergoki baca buku sampai teguring (tertidur, Red) di balik kelambu kamar,” ujar Ramnah.

Di balik itu semua, prestasi Dewi sangat membanggakan keluarga. Selalu mendapat ranking di sekolah. Sejak Sekolah Dasar (SD) 2 Panarung sampai di MTS.

Pelajaran Bahasa Inggris dan sejarah kebudayaan Islam mendapat nilai tertinggi dari mata pelajaran lainnya waktu di MTS.

“Alhamdulillah kalau nggak ranking satu, ya ranking dua,” imbuhnya.

Disinggung soal kebutuhan dan biaya sekolah, keluarga asli dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang merantau lebih 15 tahun di Palangka Raya itu, sedikit menutup diri.

Antara malu dan sungkan untuk membeberkan. Tapi, setelah sedikit diminta untuk bercerita, akhirnya terlontarlah unek-unek itu.

“Jujur saja. Dewi masih belum lunas bayar sekolah. Seingat saya, dari 2,5 juta saat masuk sekolah, masih terbayar 500 ribu. Kalau ada rezeki ya nanti dibayar. Pihak sekolah juga memberi keringanan untuk mencicil,” bebernya.

Dewi, yang duduk di samping sang ibu banyak mempunyai penulis favorit.

Di antaranya Agatha Christie dan Sir Arthur Ignatius Conan Doyle. Nama terakhir merupakan pengarang cerita fiksi terkenal berkebangsaan Inggris.

Salah satu karangannya yang paling terkenal adalah serial petualangan Sherlock Holmes, seorang detektif fiksi yang eksentrik.

Pemilik zodiak cancer itu suka film action. Film yang berbau penyelidikan. Hal itu sesuai cita-citanya yang ingin menjadi seorang penyidik.

“Kalau cita-cita ingin jadi penyidik KPK,” kata remaja yang fasih berbahasa Inggris itu.

BACA: Foto Mengharukan Ini Viral di Medsos, Siapa Dia?

“Jadi penjahit saja,” celetuk adiknya Ilham sembari diikuti gelak tawa seisi rumah.

Di akhir perbincangan, remaja kelahiran 19 Juli 2001 itu bertekad membahagiakan orangtuanya kelak.

Dia juga akan selalu ingat pesan kedua orangtuanya agar selalu menjalankan salat lima waktu dan rendah hati.(top/c3)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Foto Mengharukan Ini Viral di Medsos, Siapa Dia?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler