BACA JUGA: Nasib Industri Rokok Tradisional Cirebon
Juga karena meningkatnya permintaan semen nasionalOptimisme itu cukup beralasan
BACA JUGA: Antena UHF Laris Manis di Glodok
Hingga lima bulan pertama 2010 perseroan berhasil menjual 6,9 juta ton semen secara nasionalBACA JUGA: BTN Kucuri SMF Rp 500 Miliar
Dengan asumsi pertumbuhan laba mencapai sekitar 10 persen, maka laba bersih perseroan di semester pertama 2010 minimal sebesar Rp 1,66 triliun.Dwi memaparkan, dalam lima bulan pertama 2010 jumlah penjualan industri semen nasional mencapai 16 juta ton atau tumbuh sekitar 14 persen dibanding periode yang sama 2009Ini artinya Semen Gresik masih menguasai sekitar 43,13 persen pangsa pasar penjualan semen nasionalKarenanya, pada tahun ini, perseroan menargetkan jumlah produksi meningkat menjadi 19 juta ton dibanding 2009 yang tercatat 18,1 juta tonIni terbaca dari tingginya jumlah permintaan pada lima bulan pertama tersebut.
Pertumbuhan permintaan semen terbesar di wilayah Kalimantan sebanyak 26 persenSementara untuk Indonesia bagian timur sebanyak 14-19 persen, Sumatera sebesar 13 persen dan Jawa sebanyak 12 persenDisamping itu perseroan juga menargetkan akan melakuan efisiensi pada biaya operasional perseroan yang diperkirakan bisa mencapai 8 persenDengan demikian laba usaha dan EBITDA perseroan bisa meningkat 15 dan 17 persen.
Secara umum, dia menjelaskan jika pihaknya menargetkan penghematan sebesar 8 persenDengan demikian, dia berharap laba dan EBITDA-nya dapat mencapai 15-17 persen"Di biaya kita melakukan penghematan delapan persen, sehingga kinerja laba maupun EBITDA meningkat 15-17 persen," ujar Dwi.
Namun ada kemungkinan biaya produksi perseroan meningkat karena kebijakan pemerintah menaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 10 persen per 1 Juni 2010Kenaikan biaya produksi diperkirakan bisa mencapai sebesar 1,5 persen“Tapi kita akan lakukan bagaimana mencari celah efisiensi sebaik mungkin untuk antisipasi kenaikan biaya itu," tambah Dwi.
Pada kesempatan yang sama Cholil Hasan, Direktur Keuangan perseroan memaparkan, perseroan juga mengalokasikan belanja modal sekitar USD 192 juta atau senilai Rp 1,82 triliun untuk pembangunan pabrikDana itu merupakan 28 persen dari target dana yang dibutuhkan untuk perluasan pabrik senilai USD 700 juta atau senilai Rp 6,5 triliunSumber pendanaan untuk pembangunan pabrik itu bersumber dari kas internal dan kredit pinjaman dari sindikasi perbankan yang nilainya mencapai Rp 3,5 triliun“Major bank yang meberikan pinjaman itu adalah BRI dan Bank Mandiri ditambah empat bank lainnyaJangka waktu pinjaman 10 tahun,” ujar Cholil(far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gardu Duri Kosambi Rusak, Sebagian Jakarta Padam
Redaktur : Tim Redaksi