JAKARTA -- Guru pendamping dari SMKN 6 Jayapura, Papua, Ricky Poana, mengakui pihaknya sangat kesulitan untuk mengetahui perkembangan dunia atau industri otomotif di tanah airMenurutnya, hal tersebut disebabkan keterbatasan jumlah bengkel-bengkel resmi otomotif di Jayapura.
“Mobil yang beredar di Papua umumnya adalah mobil-mobil dengan tipe lama
BACA JUGA: Selisih Kesejahteraan Guru Swasta dan Negeri Sangat Tipis
Selain itu, bengkel-bengkel resmi seperti Toyota Astra juga terbatasTingkat kesulitan itu, lanjut Ricky, terutama terletak pada materi-materi yang harus dikuasai oleh para anak didiknya
BACA JUGA: Industri Kreatif, Peluang Utama Lulusan SMK
Disebutkan, di ajang lomba ini sedikitnya ada enam kompetensi yang harus dikuasaiBACA JUGA: Karya Siswa SMK Layak Dibanggakan
Yakni, pengetahuan mengenai sistem perawatan berkala atau pemeriksaan rutinSelanjutnya, mengenai steering and suspension, yaitu pemeriksaan sistem kemudi dan penggerak roda.Menyadari kekurangan yang ada, Ricky mengatakan, pihak SMKN 6 Jayapura sebelumnya terpaksa mengirim Muhammad Asrul—anak didiknya ke Malang untuk belajar selama dua minggu mengenai perkembangan otomotif sebelum melanjutkan perjalanannya langsung ke Jakarta untuk mengikuti LKS.
”Muhammad Asrul dikirim seorang diri saja ke Pusat Pengembangan Penataran Guru Tekhnologi MalangTidak ada guru pendamping karena keterbatasan dana,” ungkap Ricky.
Di samping itu, Ricky juga menerangkan bahwa masalah pendidikan kejuruan di Papua bukan hanya soal dana, tetapi juga merembet ke soal sarana dan prasarana serta tenaga gurunya sendiriDijelaskan, hingga saat ini belum ada perguruan tinggi yang menghasilkan guru produktif, khususnya di bidang otomotif, listrik, dan elektro.
“Kami sudah mengadukan hal ini berkali-kali ke tingkat provinsiNamun belum ada hasilnyaKalaupun saat ini dibangun, mungkin kami baru bis merasakan hasilnya sekitar lima tahun ke depan,” tandasnya(cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prestasi SMK Tak Jamin Siswa Masuk PTN
Redaktur : Tim Redaksi