jpnn.com, JAKARTA - Ekonom INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Bima Yudhistira Adinegara menilai ada anomali yang harus dilusurkan soal penyerapan tenaga kerja di era pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla selama tiga tahun terakhir.
Bima mengakui bahwa rata-rata penambahan tenaga kerja setiap tahun selama Jokowi memimpin memang 2,1 juta per tahun.
BACA JUGA: Pintaria Bantu Tenaga Kerja Tingkatkan Kualitas dan Keahlian
Hanya saja bila dilihat upaya suami Iriana itu meningkatkan tenaga kerja melalui sektor infrastuktur yang dibangun, penyerapannya masih kalah jauh dibandingkan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Itu ternyata rata-rata penyerapan tenaga kerja sektor konstruksi dalam tiga tahun hanya 134 ribu orang. Jauh di bawah era SBY-Boediono 483 ribu orang per tahun," ujar Bima dalam diskusi bertajuk "May Day, TKA dan Investasia" di Cikini, Jakarta, Sabtu (28/4).
BACA JUGA: SBY Tak Mengada-ada, Pemimpin Baru Sangat Mungkin Muncul
Dengan kata lain, ekonom kelahiran Pamekasan, Madura, 27 tahun silam ini menilai upaya-upaya yang Jokowi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, produktifitas, maupun penyerapan tenaga kerja, ternyata agak meleset.
Di sisi lain, sektor manufaktur dan pertanian yang diproyeksikan pemerintah bisa menyelamatkan tenaga kerja, ternyata tidak optimal. Di pertanian, misalnya, justru terjadi penurunan 700 ribu orang rata-rata dalam tiga tahun.
BACA JUGA: Mungkinkah Mahfud MD Calon yang Dimaksud Pak SBY?
Nah, yang bisa menyelamatkan penyerapan tenaga kerja itu saat ini adalah sektor transportasi. Penambahannya mencapai 169 ribu orang rata-rata per tahun. Itu terjadi karena sekarang ada transportasi online.
"Tapi itu kan bukan dibuat oleh pemerintah. Program penciptaan tenaga kerjanya awalnya bukan ke sana. Tapi justru ke sektor manufaktur, kemudian sektor pertanian. Tapi penyerapan di pertanian malah negatif," tambahnya. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Tegur Roy Suryo, Nurhayati: Bukan Hal Luar Biasa
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam