Soal Terminal, Duet Bogor Masih Adu Gengsi

Minggu, 22 Juni 2014 – 01:00 WIB

jpnn.com - BOGOR- Pembangunan dua terminal di batas kota yakni Terminal Bubulak dan Laladon sudah 12 tahun berlalu. Namun, nuansa persaingan antara pemkot dan pemkab terkait terminal masih terasa hingga saat ini.

Angin segar soal persaingan Kota dan Kabupaten Bogor soal terminal batas kota di Kecamatan Bogor Barat mulai ada titik terang. Itu setelah Walikota Bogor Bima Arya bertemu dengan Wakil Bupati Bogor Nurhayanti beberapa waktu lalu. Pertemuan itu, menindaklanjuti kerja sama Bogor Summit, di mana salah satunya terkait pembangunan terminal batas kota.

BACA JUGA: Permisi Beli Rokok, Tahanan Rutan di Aceh Kabur

Ia menyebut ada lima hal atau program yang membutuhkan koordinasi. Di antaranya mengatasi kemacetan, penataan pedagang kaki lima, penataan pengelolaan sampah, serta pembenahan tata ruang dan reformasi birokrasi.

Nah, perihal terminal Laladon dan Bubulak, Bima mengatakan bahwa Pemkab Bogor sepakat akan menghapus Terminal Laladon. Artinya, di Kecamatan Bogor Barat itu hanya ada satu terminal. “Salah satu hasil dalam pertemuan itu ada kesepakatan penghapusan Terminal Laladon,” kata Bima saat dialog dengan awak redaksi Radar Bogor (Grup JPNN), beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Serapan APBD Rendah, Gubernur Sumbar Berdalih Sesuai Target

Setali tiga uang, Wakil Bupati Bogor Nurhayanti pun mengiyakan wacana tersebut. Ia mengatakan, untuk mencapai visi Kabupaten Bogor yakni menjadi kabupaten termaju se-Indonesia, pihaknya membutuhkan kepentingan besar dengan Kota Bogor. Terutama terkait permasalahan di batas wilayah, dan salah satu kesepakatannya adalah bersama membangun terminal batas kota.

"Tanpa ada koordinasi dengan pemkot, kita akan kesulitan. Karena, bila di Bogor macet, imbasnya pun bisa ke kabupaten, demikian sebaliknya. Makanya, untuk mencapai visi menuju kabupaten termaju se-Indonesia membutuhkan kerja sama dan sinergi dengan daerah sekitar, khususnya Kota Bogor,” bebernya.

BACA JUGA: Terima Gaji Ganda, Oknum Anggota DPRD dari PKS Dilaporkan ke Polisi

Selain itu, ia juga akan terus bekerja sama dengan Kota Bogor di berbagai bidang. “Terkait masalah pendidikan, social, pariwisata dan ekonomi, kami juga butuh kerja sama dengan Kota Bogor,” katanya.

Namun, upaya kerja sama kedua daerah terutama masalah penghapusan Terminal Laladon, tampaknya tak akan berjalan mulus. Pasalnya, kalangan legislatif mengisyaratkan penolakan.

"Sebaiknya pemkab mengkaji ulang rencana itu,” kata anggota DPRD Kabupaten Bogor Teuku Hanibal.

Ia menilai, tujuan kerja sama yang diajukan Walikota Bima Arya terlalu dini. Terminal Laladon itu, lanjutnya, merupakan salah satu proyek kebanggaan warga Kabupaten Bogor. “Silakan saja Bubulak dihapus, tapi apa DPRD-nya setuju?” katanya.

Ia mengatakan, sebaiknya kerja sama antara pemkot dan pemkab dibatalkan. Sebab, menurutnya kedua belah pihak masih menunjukkan egonya masing-masing. Kata dia, lebih baik kedua pemerintah menata daerahnya masing-masing terlebih dahulu. “Sebaiknya rencana pemerintah untuk bekerja sama diurungkan saja, lebih baik mengurusi wilayah masing-masing,” kata Teuku Hanibal.

Selain itu, Teuku menjelaskan, masih banyak masalah yang harus dihadapi jika kerja sama antara kedua daerah tersebut tetap dilanjutkan. Salah satunya, keterkaitan pihak ketiga yang akan mengambil keuntungan dari proses realisasi kerja sama kedua belah pihak.

Sekadar mengingatkan bahwa perseteruan antara Pemkot Bogor dengan Pemkab Bogor terkait dua terminal itu terjadi sejak 2002 silam.  
Ketegangan dimulai saat rencana pengoperasian Terminal Penumpang Tipe C di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Saat itu, pemkot yang dipimpin Walikota HR Iswara Natanegara sudah mendapat restu dari Gubernur Jawa Barat R Nuriana (saat itu) berkaitan Terminal Bubulak, termasuk masalah perubahan rute dan trayek angkot AKDP.

Namun, dua tahun kemudian, Pemkab Bogor yang saat itu dipimpin Bupati Agus Utara Efendi (alm) juga membangun Terminal Laladon. Terminal Laladon dibangun di lahan seluas 1 hektare di lokasi eks Kantor Perikanan, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi terminal itu hanya berjarak sekitar 500 meter dari Terminal Bubulak, Kota Bogor.  

Padahal, seharusnya, dengan adanya terminal batas kota itu bertujuan mengurai kemacetan. Karena, dengan hadirnya terminal itu bisa memangkas  angkot menuju Kota Bogor.

Namun, dengan adanya dua terminal di lokasi yang berdekatan malah membuat penumpang bingung. Kehadirannya malah berbuah polemik. Meski begitu, kehadiran Terminal Laladon lebih mendapat tempat di mata masyarakat. Sedangkan, Terminal Bubulak kurang mendapat respons baik dari masyarakat maupun pengendara angkutan umum yang enggan masuk terminal ini.(rp6/c)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mobil Ditabrak KA, Pasutri Lolos dari Maut


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler