jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso turut berbelasungkawa dan menyatakan keprihatinan atas tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Adapun tragedi memilukan itu menewaskan 125 orang dan korban luka-luka sebanyak 323 orang.
BACA JUGA: Para Santri LDII Diminta Bijak Memanfaatkan Media Sosial
“Tragedi ini tak bisa diputar kembali, kami mendoakan agar para korban diterima di sisi Allah dan diberi kedudukan yang tinggi," ujar KH Chriswanto dalam keterangannya, Selasa (4/10).
Dia menambahkan di balik peristiwa tersebut, insan sepak bola nasional perlu evaluasi diri, agar tidak terjadi hal yang serupa.
BACA JUGA: Tragedi Kanjuruhan, Irjen Nico Afinta Minta Maaf Terkait Pengamanan di Stadion
"Sepak bola sesungguhnya adalah alat pemersatu, akan tetapi musibah di Stadion Kanjuruhan kemarin, benar-benar memukul semua pihak," kata dia.
KH Chriswanto tidak menafikan fanatisme dalam dunia sepak bola. Akan tetapi, dia mengingatkan agar fanatisme tidak mematikan hati.
BACA JUGA: Imbas Tragedi Kanjuruhan, Arema FC Mendapat 2 Sanksi dari Komdis PSSI
"Satu nyawa sudah terlalu banyak, satu nyawa sangat berharga. Dengan banyak korban luka dan jiwa ini tentu sangat memprihatinkan,” ungkapnya.
Dia mengimbau semua pihak yang bergerak untuk mengevaluasi diri dan mempersiapkan diri, seperti pengamanan dan keamanan.
"Tim yang kalah mengevaluasi diri mengapa bisa kalah, yang menang enggak perlu euphoria sehingga membuat kerusakan,” imbuhnya.
Menurutnya penonton yang ada di stadion adalah pendukung atau suporter yang bila dikelola bisa menjadi pemersatu, bukan menjadi permusuhan yang berkelanjutan.
"Mari evaluasi diri, aparat juga evaluasi mengenai kelalaian apa yang terjadi, tentu ada konsekuensi. Ini jadi protap yang akan dilaksanakan oleh seluruh pelaku sepak bola," tuturnya.
Senada dengan KH Chriswanto Santoso, Pengurus Persatuan Sepak Bola Bogor (PSB) Heriana Kurniawan turut berbelasungkawa terhadap insiden tersebut.
Dia mengatakan pemicu kejadian itu ada beberapa hal, seperti ketidakpuasan penonton terhadap kekalahan Arema FC dan terpancingnya aparat oleh aksi suporter yang masuk ke tengah lapangan.
“Saya melihat ketidaksiapannya panitia pelaksana (panpel) untuk mengantisipasi membludaknya penonton,” ujarnya.
Heriana yang juga pengurus Departemen Pemuda, Kepanduan, Olahraga dan Seni Budaya (PKOSB) DPP LDII, berpendapat federasi perlu berbenah agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
"Penonton juga harus sportif, ketika timnya kalah, ya, harus bisa legowo menerima, selama ini masih banyak suporter yang tidak terima timnya kalah,” ungkapnya. (zil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh