Sopir Hadang Puluhan Truk BBM

Marah karena Tak Kunjung Dapat Solar setelah Enam Hari Antre

Selasa, 23 April 2013 – 09:31 WIB
PADANG - Ratusan sopir yang enam hari terakhir antre di SPBU Matoaia, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), akhirnya mengamuk kemarin (22/4). Mereka menutup ruas jalan di depan SPBU Kecamatan Padang Selatan tersebut. Bahkan, mereka menghentikan puluhan truk pengangkut bahan bakar minyak (BBM) untuk beberapa kabupaten dan kota di Sumbar. Akibatnya, pasokan BBM terlambat, bahkan tidak sampai ke kabupaten dan kota tujuan.


jpnn.com - 
Menurut laporan Padang Ekspres (Jawa Pos Group), ratusan sopir truk itu mengamuk karena tetap tidak mendapatkan solar setelah enam hari antre di SPBU yang diketahui milik koperasi Pertamina tersebut. Merasa dipermainkan, ratusan sopir truk itu mendatangi kantor SPBU.



Mereka disambut lelaki yang mengaku bernama Anton. Dia mengatakan, pasokan solar dari Pertamina belum masuk. ""Informasinya siang ini (kemarin, Red) masuk satu truk pengangkut solar ke SPBU ini. Tapi, solar yang akan masuk itu solar nonsubsidi. Harganya Rp 10.700 per liter," kata kepala SPBU Coco, Matoaia, itu.


BACA JUGA: Mampir ke Rumah Janda, Dicoret dari DCS Gerindra


Diduga, informasi bahwa yang solar akan masuk adalah solar nonsubsisdi itulah yang memicu emosi para sopir. Tanpa dikomando, mereka menghidupkan truk mereka yang terparkir di pinggir jalan depan SPBU, lalu memindahkan kendaraan tersebut ke tengah jalan. ""Kami merasa dipermainkan. Setelah enam hari menunggu, kami tetap tidak bisa mendapatkan solar. Padahal, kami harus mengirim barang. Kami juga harus mengeluarkan Rp 100 ribu per hari selama menunggu," tutur Juli, 30, salah seorang sopir.



Informasi bahwa yang akan masuk adalah solar nonsubsidi, lanjut Juli, memancing kemarahan para sopir. Mereka spontan memindahkan truk ke tengah jalan. Akibatnya, kendaraan yang akan melintas terpaksa berputar. 


BACA JUGA: Kejari Tingkatkan Status Kasus Koperasi Dinkes


Penutupan jalan itu berlangsung sejak pukul 09.30, sesaat setelah para sopir mendengar informasi bahwa solar bersubsidi tidak akan masuk hari itu. Makin siang, jumlah truk yang menutup jalan makin banyak. 



Menurut Eri, 29, sopir truk yang sehari-hari mengangkut peti kemas dari dan ke Teluk Bayur, para sopir truk yang mendengar ada demo di SPBU Coco ikut bergabung. "Kami ikut bergabung karena juga sering tidak mendapatkan solar. Akibatnya, kami tidak bisa beroperasi dan tidak mendapatkan penghasilan," jelasnya.


BACA JUGA: PDIP Serahkan Dua Versi DCS


Melihat aksi ratusan sopir truk itu, Anton menyatakan tidak bisa berbuat banyak. Sebab, pihak SPBU hanya menerima pasokan BBM dari Pertamina. Dia tidak bisa meminta lebih karena ada kuota solar yang masuk ke SPBU-nya. ""Karena demo ini, SPBU kami tidak bisa menjual premium dan pertamax. Akses masuk ke SPBU kami tidak bisa dilalui kendaraan," katanya.



Sementara itu, karena tidak mendapatkan kejelasan, puluhan sopir truk akhirnya meninggalkan kendaraan mereka begitu saja dan melanjutkan aksi ke DPRD Padang sekitar pukul 16.00. Sejumlah sopir menghadang truk-truk pengangkut BBM yang melintasi Batang Kajai, Kelurahan Nan XX, Kecamatan Lubuak Bagaluang.



Puluhan truk yang membawa BBM bersubsidi dan nonsubsidi untuk sejumlah SPBU di kabupaten dan kota di Sumbar dihentikan. Ratusan sopir truk yang dihentikan para pendemo tidak bisa berbuat banyak. Mereka terpaksa berhenti karena para pendemo meletakkan balok kayu dan drum bekas di tengah jalan. Sejumlah sopir kendaraan pribadi dari Kabupaten Pesisir Selatan pun berhenti karena tidak bisa lewat. 



Kondisi tersebut membuat tiga Kapolsek panik. Yakni, Kapolsek Lubeg Kompol Yuli Kurnianto, Kapolsek KP3 Telukbayur AKP Sigit Saputra, dan Kapolsek Bungus Teluk Kabung Kompol Zulkafde. Mereka telah mengerahkan seluruh jajaran lantas. Namun, upaya meloloskan puluhan truk pengangkut BBM yang terhenti karena dihadang pendemo itu tak kunjung berhasil.



Kebuntuan baru mulai terurai sekitar pukul 17.00, setelah salah seorang Kapolsek menghubungi beberapa pengusaha angkutan barang untuk memindahkan drum bekas yang menghalangi jalan. Sekitar sejam kemudian, truk pengangkut BBM itu bisa melintas. ""Para sopir truk itu baru mau membuka jalan setelah kami berjanji menemani mereka mengadu ke DPRD Sumbar besok (hari ini 23/4, Red)," tutur Safrisal Ujang, pengusaha angkutan yang diminta Kapolsek memindahkan drum penghalang jalan.



Dia menilai aksi tersebut merupakan titik puncak kesabaran para sopir yang tak kunjung mendapatkan solar. Apalagi, Organda dan Pemprov Sumbar terkesan tutup mata. ""Seharusnya ketua Organda dan gubernur Sumbar mengambil sikap sebelum hal ini terjadi. Karena mereka diam, sementara kondisi di lapangan makin parah, aksi ini pecah. Saya kira aksi serupa terjadi di sejumlah provinsi lain dalam waktu dekat," ungkapnya.



Menurut Burhanuddin, pengusaha angkutan barang lain, pihaknya sebetulnya telah menghubungi Ketua Organda Sumbar Sengaja Budi Sukur. Namun, tidak ada tanggapan. ""Sepertinya kelangkaan solar ini kasus nasional. Karena itu, gubernur harus turun tangan," kata mantan anggota DPRD Padang tersebut.



Untuk mendesak pemerintah, lanjut Burhanuddin, tidak ada jalan selain demo ke DPRD Sumbar. ""Kalau pemerintah tidak mengambil tindakan cepat, demo lebih besar akan terjadi," tandasnya. (kid/jpnn/c7/soe)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2 Istri Terikat Perkawinan Setujui Pernikahan Kiai Subchan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler