Sosialisasi 4 Pilar MPR, Ali Taher Singgung Puisi Sukmawati

Senin, 09 April 2018 – 17:20 WIB
M Ali Taher Parasong ketika berbicara di kampus UIN Bandung, Senin (9/4). Foto: Humas MPR for JPNN

jpnn.com, BANDUNG - Anggota MPR RI Ali Taher Parasong menyampaikan materi Sosialisasi Empat Pilar MPR dalam Seminar Kebangsaan Dies Natalis ke-50 Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung, Senin (9/4).

Dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bertajuk Mengokohkan 4 Pilar Berbangsa dan Bernegara Sebagai Komitmen Kebangsaan ini, Ali menekankan pentingnya pengamalan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BACA JUGA: Berita Terbaru soal Kasus Sukmawati Soekarnoputri

Pada forum yang dihadiri Rektor UIN Bandung Prof Mahmud dan ratusan mahasiswa, Ali yang hadir menggantikan Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan bahwa 4 Pilar MPR penting karena ada dua tantangan kebangsaan berdasarkan TAP MPR tentang etika kehidupan berbangsa dan bernegara. Yakni tantangan internal dan eksternal.

Bicara tantangan internal, Ali mengatakan masih lemahnya pemahaman dan pemgamalan agama, serta munculnya fanatisme beragama yang keliru dan sempit. Dia pun mencontohkan pada kasus puisi Sukmawati Sukarnoputri yang menjadi polemik karena membandingkan antara konde dengan cadar, kidung dengan suara azan.

BACA JUGA: BIN Ingatkan Kemungkinan Ada Pihak Goreng Kasus Sukmawati

"Baru-baru ini masa ada tokoh nasional menyamakan konde dengan cadar. Budaya kok disamakan dengan syariat agama. Ya gak nyambung, ketahuan agak bodoh sedikit. Antara kidung dengan azan. Kok kidung, kidung itu kan lagu-lagu. Azan lantunan mulia, sakral," ucap Ali.

Karenanya dia meminta siapa pun jangan pernah menyamakan persepsi budaya dengan agama. Sama juga menyambungkan etika dengan akhlak. Untuk itu pihaknya mengajak mahasiswa UIN Bandung memahami perbedaan antara budaya dengan agama.

BACA JUGA: Polri Harus Jamin Kasus Puisi Sukmawati Diproses

Tantangan kedua adalah pengabaian terhadap kepemimpinan daerah, dan timbulnya fanatisme daerah. Ketiga, kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebinekaan dan kemajemukan.

Yang keempat adalah kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa, serta penegakan hukum yang belum adil.

"Secara eksternal globisasi dan kapitalisme mempengaruhi kebijakan publik. Maka menjadi penting empat pilar bagi bangsa kita. Kita harus menjadi orang Indonesia yang paham akan keindonesiaan kita," pungkasnya.(fat/jpnn)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bang Neta Dorong Polri Segera Jerat Sukma ketimbang Berisiko


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler