jpnn.com, KARANGANYAR - Deretan obor dalam tampilan tradisional, berbahan bambu dan minyak tanah, dipajang di sepanjang jalan masuk lapangan Desa Suruh, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Jateng, Sabtu malam (5/5).
Cahaya obor dengan asap hitam mengepul pelan juga mengelilingi lapangan yang cukup luas itu. Di sana, sejak usai waktu maghrib, sudah banyak pedagang nasi angkringan, wedang ronde, jagung bakar, mainan anak-anak, dan beragam sajian ala desa. Cukup semarak. Suasana desa banget.
BACA JUGA: PKS: Cawapres Pak Prabowo Siapa? Mau Diulur Sampai Kapan?
Ratusan kursi di bawah tenda perlahan terisi hingga akhirnya penuh, banyak yang lesehan di lapangan, sebagian berdiri.
Suasana makin meriah tatkala Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid tiba di lokasi. Gemelan ditabuh untuk mengiringi dua penari laki-laki menyambut kedatangan pria kelahiran Klaten, Jateng itu. Bersama Hidayat antara lain anggota MPR Martri Agoeng, Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah, perwakilan Plt Bupati Karanganyar, dan Ketua Yayasan Insan Mandiri Anwar Abdulgani.
BACA JUGA: Jaga Keutuhan NKRI, Warga Wajib Mematuhi Hukum Negara
Ya, rombongan dari Jakarta itu datang untuk membuka acara Sosialisasi Empat Pilar MPR, yang dikemas dengan pagelaran wayang kulit kerjasama MPR dengan Yayasan Insan Mandiri.
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menyerahkan salah satu tokoh wayang kulit kepada dalang Ki Danang Suseno sebagai tanda dimulainya acara.
BACA JUGA: Zulhasan Diangkat Sebagai Anggota Dewan Kehormatan PDUI
Dalang Ki Danang Suseno adalah putera dari dalang Ki Manteb Sudarsono, dalang kondang dari Karanganyar. Danang Suseno membawakan cerita wayang kulit dengan lakon "Wahyu Cakraningrat".
Menurut Hidayat Nur Wahid, pagelaran seni budaya ini merupakan kelanjutan dari sosialisasi Empat Pilar MPR yang dilakukan dengan berbagai metode. "Cara seperti ini sama seperti apa yang telah dilakukan Wali Songo pada masa lalu. Untuk mensosialisasikan ajaran Islam, para Wali menggunakan sarana wayang kulit," ujarnya.
Hidayat mengatakan MPR juga menggunakan sarana yang memudahkan masyarakat untuk berkumpul yaitu dengan wayang kulit. "Ki dalang akan menyisipkan prinsip-prinsip tentang Pancasila, UUD NRI Tahun1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian kita akan semakin mengenal dan semakin mencintai negara Indonesia," jelasnya.
Dalam UUD juga disebutkan tugas negara untuk memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia. Wayang kulit merupakan salah satu kebudayaan yang telah diakui internasional (UNESCO) sebagai warisan dunia.
"Jadi wajar jika MPR dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar juga menggunakan wayang kulit untuk mendapat penjelasan dari dalang tentang prinsip bernegara," ucap Hidayat.
Sementara itu pantia pelaksana Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah dalam laporannya menjelaskan bahwa pagelaran wayang kulit merupakan salah satu bentuk Sosialisasi Empat Pilar yang dilakukan MPR yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. "Selain sosialisasi, pagelaran seni budaya ini adalah cara MPR untuk melestarikan budaya daerah," ujarnya.
Menurut Siti Fauziah, pelestarian budaya di Karanganyar sudah berjalan baik. Ini dibuktikan dengan penampilan dalang cilik pada pegelaran wayang kulit ini. "(Pelestarian budaya) ini juga menjadi harapan MPR agar seni budaya tidak punah," ujarnya.
Selain dilestarikan, lanjut Siti Fauziah, seni budaya juga menjadi wahana sosialisasi menanamkan nilai-nilai luhur ke-Indonesiaan. "Pagelaran seni budaya bukan hanya tontonan tapi juga menjadi tuntunan seperti yang pernah dilakukan dulu," ucapnya.
Ya, sosialisasi Empat Pilar MPR seperti itu cukup menarik. Menghibur rakyat, sekaligus menanamkan nilai-nilai kebangsaan. “Tontotan sekaligus tuntutan,” ujar Siti Fauziah. Lebih dari itu, juga menghidupkan perekonomian rakyat perdesaan. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Doctor Strange Terpukau Lihat Wayang Kulit The Avengers
Redaktur & Reporter : Soetomo