Sisto Malaspina, 74 tahun, tewas dalam serangan mematikan di jantung kota Melbourne, kawasan padat Bourke St, Jumat sore (9/11/2018).

Seperti banyak dilaporkan saksi mata, Sisto awalnya sedang berjalan ke arah mobil yang terbakar dengan maksud memberikan pertolongan.

BACA JUGA: Politisi di Melbourne Janji Batasi Ruang Gerak Orang Dicurigai Teroris

Tetapi ia kemudian malah ditikam oleh Hassan Khalif Shire, 30 tahun, pelaku serangan dikenal dan diawasi oleh otoritas intelijen Australia sebelumnya.

Kematian Sisto telah membuat rasa duka yang mendalam bagi warga Melbourne, karena ia adalah salah satu pemilik kedai 'Pellegrini's Espresso Bar', yang menjadi salah satu ikon di kota tersebut.

BACA JUGA: Di Perpustakaan Brisbane Ini Anggota Boleh Pinjam Perkakas Pertukangan

Sejumlah warga Indonesia yang pernah datang ke kedai kopi ini mengaku pernah bertemu dan bahkan berbincang dengan Sisto.

"Oh my God! Saya pernah bertemu dengannya beberapa kali, sangat ramah dan baik sekali," ujar Frilla Geubrina kepada Erwin Renaldi dari ABC Melbourne saat mengetahui Sisto sebagai korban serangan.

BACA JUGA: Merokok Sebabkan 12 Persen Kematian di Dunia

"Ia meluangkan waktunya untuk mengobrol dengan kita, melayani pelanggannya sepenuh hati. Sangat sedih."Perbincangan terakhir dengan Sisto Photo: Sisto Malaspina (kiri) dan Nino Pangrazio (kanan) saat berbincang bersama jurnalis Indonesia. (Foto: Detik News, Nograhany WK)

ABC Indonesia pernah bertemu dan berbincang dengan Sisto saat membawa sejumlah jurnalis dari Indonesia untuk program Jelajah Australia di bulan September 2015.

Saat berkunjung ke kedai tersebut Sisto menceritakan bentuk kedainya masih sama saat ia pertama kali memberlinya di tahun 1974 bersama rekannya, Nino Pangrazio.

Kedai kopi yang berada di jalan Bourke St dekat gedung parlemen Victoria ini diperkirakan telah berdiri di tahun 1950-an.

Suasana antik begitu terasa saat Anda masuk ke dalamnya. Dengan lantai hitam putih layaknya papan catur, dinding yang dipenuhi kaca.

Tak seperti kedai kopi modern, para pengunjung duduk di atas kursi-kursi tinggi berjajar yang menghadap meja kayu yang panjang memenuhi kedua sisi ruangan

"Kami tidak mengubah cita rasa kopinya," ujar Sisto saat itu. "Saya berubah, Anda berubah, tapi apakah kafe ini juga harus berubah?" Photo: Suasana di dalam salah satu kedai kopi tertua di Melbourne, Pellegrini's (Foto: Detik News, Nograhany WK)

Dinding dan rak dipenuhi oleh sejumlah poster-poster dan barang-barang yang lengkap dengan tanda tangan pesohor dunia.

"Semuanya datang kesini, presiden, orang terkenal, orang yang tidak begitu terkenal, dan nyaris semua Perdana Menteri Australia," tambah Sisto.

Sisto juga menceritakan rahasia cita rasa kopi yang sama selama puluhan tahun adalah mesin kopinya.

"Mesin pembuat kopi ini sudah lama, sudah sekitar 20 tahun," jelasnya.

"Bisa bertahan lama karena kami memperlakukannya dengan respek yang besar."

"Pasangan saya cemburu dengan mesin ini, karena saya menghabiskan lebih banyak waktu disini," ujarnya sambil tertawa. Dirindukan banyak pelanggan Photo: Suasana di Pellegrini's Bar yang dipenuhi dengan karangan bunga dan sempat tutup beberapa hari. (AAP: James Ross)

Josh Raygor, warga Melbourne yang berada di tempat kejadian mengatakan melihat Sisto berada di pinggir jalan dan bersama warga lainnya berusaha menyelamatkannya.

"Saya mulai berbicara kepadanya dan seseorang memegang kepalanya dan kita mencoba berikan nafas bantuan," ujar Josh.

"Kita menunggu, menunggu lama dan berharap ia bisa selamat, tetapi kita sudah siapkan diri untuk yang terburuk."

Sejak Sabtu pagi (17/11) warga Melbourne terus berdatangan ke Pellegrini yang tutup sementara. Mereka menyampaikan belangsungkawa dan karangan bunga terlihat meluap hingga ke trotoar.

Untuk pertama kali sejak kematian pemiliknya, Pellegrini baru dibuka hari Selasa (13/11). Kedai kopi tertua di Melbourne tersebut juga menghidangkan kopi jenis 'long black' secara gratis kepada pelanggannya. Minuman ini adalah kesukaan Sisto semasa hidupnya.

Sejumlah politisi juga datang, termasuk Perdana Menteri Australia, Scott Morrison yang menyempatkan datang ke Melbourne sebelum menghadiri pertemuan tinggi ASEAN di Singapura yang dimulai hari Rabu (14/11).

"Sangat merindukannya disini, hanya lewat mendengarkan kisah-kisah Sisto. Ada begitu banyak orang di sini, merayakan kehidupannya yang dijalani dengan baik, terlepas pada akhirnya diambil dengan kejam," ujar PM Morrison yang memesan kopi jenis 'flat white'.

Menanggapi aksi serangan di Bourke St, PM Morrison menyalahkan radikalisasi Islam sebagai penyebabnya.

Tetapi ia menepis tudingan jika pernyataannya adalah usaha politik untuk bisa membantu perolehan suara partainya di pemilihan umum negara bagian Victoria.

BACA ARTIKEL LAINNYA... China Tuding Australia Tiupkan Mentalitas Perang Dingin Untuk Perkuat Pengaruh Di Pasifik

Berita Terkait