Sosok Pengejar Kiai Hakam Mubarok di Mata Tetangga

Jumat, 23 Februari 2018 – 00:12 WIB
Nandang Triyana, pelaku pengejaran pengasuh ponpes Karangasem Paciran Lamongan KH Hakam Mubarok ditahan di RS Bhayangkara, Surabaya, Rabu (21/2). FOTO: Angger Bondan/Jawa Pos

jpnn.com - Nandang Triyana, 23, merupakan pelaku pengejaran terhadap KH Hakam Mubarok, pengasuh ponpes di Lamongan, Jatim.

Sudah dua hari terakhir rumah orang tuanya, pasangan Satibi dan Sriana, di RT 11 RW 03 Desa Lemahabangkulon, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jabar, tampak sepi.

BACA JUGA: Nih, Pesan KH Mutawakkil Alallah terkait Penyerangan Ulama

Pintu rumah pun masih tergembok dari luar. Tak ada aktivitas menonjol, selain warga sekitar yang bolak-balik melalui jalan sempit di depan rumah tersebut.

Rumah mereka mulai sering didatangi wartawan setelah sang anak, Nandang Triyana, diamankan polisi karena menyerang KH Hakam Mubarok di Ponpes Karangasem Lamongan, Jawa Timur.

BACA JUGA: Penyerang Kiai di Lamongan Bertemu Ibunya, Mengharukan

Satibi dan Sriana, Rabu (21/2), memang sedang berada di Surabaya. Mereka dipertemukan dengan Nandang yang “ditahan” di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur.

Nama Nandang sendiri semula jarang disebut dan tidak terdengar kabarnya selama empat tahun terakhir.

BACA JUGA: Ingat, Jangan Lantas Main Hakim Sendiri pada Orang Gila

Kini tiba-tiba menjadi buah bibir setelah foto wajah dan videonya beredar masif di media. Warga sekitar sempat menduga Nandang tidak akan muncul lagi.

Pasalnya ketika kabur dari rumah empat tahun lalu, ia dalam kondisi mengalami gangguan jiwa dan depresi berat.

“Kecilnya bener, pernah sekolah dan sampai SMP. Gangguan jiwa itu mungkin lebih karena tekanan, masalah faktor ekonomi sepertinya, Nandang berhenti sekolah karena masalah biaya,” ujar Muna, salah satu tetangga Nandang saat dijumpai Radar Cirebon (Jawa Pos Group), Rabu (21/2).

Warga sekitar, sambung Muna, tahu bahwa Nandang mengalami gangguan jiwa. Apalagi pada satu kesempatan, Nandang pernah berjalan dari musala sambil membawa buku Yasin dan lembaran Yasin disebar di jalan menuju rumahnya.

“Nah dari situ mulai ada perubahan, ya seperti mengalami gangguan jiwa. Dia mulai jarang keluar rumah, banyakan ngurung diri. Sampai akhirnya kabur dan tidak pernah kembali lagi,” imbuhnya.

Kuwu (Kepala Desa) Lemahabangkulon, Rudiana, saat dihubungi Radar Cirebon (Jawa Pos Group) mengatakan mayoritas warga Desa Lemahabangkulon yang kaget dengan peristiwa yang menimpa Nandang.

Terlebih kasus tersbeut terjadi di tengah maraknya isu penyerangan tokoh agama oleh orang yang diuga mengalami gangguan jiwa.

“Kalau gangguan jiwanya sudah lama, warga sini juga paham dan tahu kalau Nandang sakit jiwa. Cuma jujur kita juga kaget, tiba-tiba ada kabar seperti ini setelah bertahun-tahun hilang,” tuturnya.

Dijelaskan Rudi, awalnya ia dihubungi oleh perangkat desa yang mengabarkan telah dihubungi anggota Polsek Lemahabang menanyakan perihal Nandang.

“Awalnya kita juga agak sulit, kita cari-cari gak ketemu. Akhirnya baru ingat kalau itu Nandang yang hilang. Itu setelah dicari ketemu dengan keluarganya, terlebih setelah ditunjukan foto, sama persis,” jelasnya.

Namun demikian, Rudi belum mengetahui proses lanjutan dari kasus tersebut. Saat ini ia masih menunggu kabar dari pihak keluarga yang berangkat bersama anggota Polres Cirebon ke Surabaya.

“Apakah nanti dipulangkan atau dibawa ke rumah sakit jiwa kita belum tahu. Nanti kita tunggu kabar dulu dari keluarganya,” ungkapnya. (dri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyerangan Terhadap Ulama, Din: Keadilan Harus Dihadirkan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler