jpnn.com, PALEMBANG - Dua speedboat yang mengangkut puluhan penumpang tabrakan di perairan di sekitar BKB, tak jauh dari Bekang Dam II/Sriwijaya, Rabu (30/5), pukul 09.30 WIB.
Insiden tabrakan speedboat bernama Rahendri Putra dengan Lima Saudara, ini menyebabkan dua orang tewas dan dua orang lagi dinyatakan hilang. Dua korban tewas, jasadnya langsung ditemukan di lokasi.
BACA JUGA: Pamen Polri Ditemukan Tanpa Busana di Kamar Hotel
Mereka Sumali (47) dan Sukatmi (46) warga Desa Rejo Sari SP 11 Jalur 14 Muara Sugihan, Banyuasin. Jenazah penumpang speedboat Rahendri Putra ini dievakuasi tim SAR gabungan ke RS AK Gani.
“Tiba di rumahnya di desa sore tadi (kemarin sore), sekitar pukul 16.15 WIB,” ungkap Lamini, rekan kerja almarhumah Sukatmi. Cerita dia, Sukatmi mengajar di SDN 14 Muara Sugihan. Sedang dirinya di SDN 5 Muara Sugihan.
BACA JUGA: Opening Ceremony Asian Games di Palembang Lebih Santai
Jarak sekolah mereka mengajar cukup jauh. “Tapi kalau rumah kami hanya bersebelahan desa, sekitar 2 km,” bebernya. Pada Senin lalu, almarhumah Sukatmi mengantar putri bungsunya yang baru masuk kuliah ke Palembang.
“Kalau tidak salah baru semester dua,” tambah Lamini. Nah, Selasanya, dia kembali ke desa. Rabu pagi, almarhumah mengajak sang suami ke Palembang. “Informasinya, Pak Sumali sakit, jadi mau berobat ke rumah sakit di Palembang,” tuturnya.
BACA JUGA: BPOM Palembang Kubur Belasan Ribu Potong Tahu Berformalin
Tak disangka, keberangkatannya kali ini naik speedboat berbuah nahas. Dia ikut jadi korban tabrakan speedboat Rahendri Putra yang dia tumpangi dengan speedboat Lima Saudara.
“Kami dapat kabar saat foto Pak Sumali beredar di facebook dan grup para guru, sekitar jam setengah sebelas siang,” ungkap Lamini.
Tiba di desa, jenazah almarhum Sumali dan istrinya, Sukatmi langsung dikebumikan di pemakaman desa setempat, sore kemarin. Ramai sekali pelayat yang hadir, termasuk para guru rekan kerja almarhuman Sukatmi.
“Maghrib tadi masih di pemakaman,” imbuhnya.
Pasutri ini meninggalkan tiga orang anak yang belum berkeluarga. Anak tertua laki-laki. Sedang anak kedua dan ketiga perempuan, sedang kuliah di Palembang. “Kami semua turut berduka,” tandas Lamini.
Ditambahkan Misnan, dia pernah jadi tetangga almarhum Sumali dan istrinya, saat masih tinggal di wilayah Jalur. Penumpang speedboat Rahendri Putra yang selamat, Titin (35), warga SP 10 Jalur 14, Muara Sugihan mengaku terapung di lokasi sekitar 30 menit. Putranya, Faris (7) juga begitu.
"Saya langsung pegang anak saya. Kami berpegangan dengan papan kursi penumpang," bebernya. Lantai speedboat dijebol sejumlah warga yang akhirnya tiba untuk memberi pertolongan kepada keduanya. "Kami langsung diangkat. Alhamdulillah, saya dan anak saya selamat," lanjutnya. Peristiwa itu membuat Titis dan putranya trauma.
Saat kejadian, dia memang hendak ke Palembang untuk berkunjung ke rumah saudaranya. “Anak saya takut, tidak mau lagi naik speedboat. Jadi pulang nanti mungkin naik angkutan darat saja,” bebernya.
Penumpang lain yang selamat, Nila, 20, warga Jalur 14 saat ditemui di RS AK Gani, mengaku saat tertutup speedboat yang terbalik, dia langsung keluar dari jendela. "Arus air sangat kuat. Kami sempat terbawa arus hingga ke Jembatan Ampera," ujarnya.
Cerita Suparno, 50, warga SP 11 Jalur 14 yang selamat dalam kecelakaan itu, dia juga berhasil keluar dari jendela speedboat Rahendri Putra. "Kami semua warga Jalur 14,” ungkapnya.
Pengakuan Irfan, kernet speedboat Rahendri Putra, dia saat itu duduk di atas speedboat, kejadiannya sangat cepat. "Saya langsung terpental, kaki terkilir," jelasnya. Diakuinya, semua penumpang tidak menggunakan baju pelampung. "Hanya ada dua baju pelampung di speedboat,” ucapnya.
Korban lain yang selamat, Edi(33) masih tampak syok usai kejadian. Pakaian di tubuhnya basah kuyup. Katanya, tabrakan itu terjadi cepat sekali. Lokasinya hanya puluhan meter dari dermaga belakang Bekang Dam II/Sriwijaya.
"Kejadiannya cepat sekali. Speed kami baru mau bersandar, tiba-tiba disalip speed kecil," ungkapnya di RS AK Gani. Begitu tercebur ke sungai, para penumpang berusaha saling menyelamatkan.
Edi berupaya menyelamatkan istrinya, Ponima (30) dan kedua anaknya, Reni, 15, dan Reki, 6. Dia langsung memecahkan kaca jendela agar bisa keluar bersama keluarganya.
"Semua orang berusaha keluar, pokoknya situasinya sangat mencekam. Alhamdulilah anak dan istri saya juga selamat," jelasnya. Mereka berangkat dari Jalur 14 sekitar pukul 06.00 WIB bersama puluhan korban lain.
“Kami semua satu kampung, tapi beda desa. Tidak ada yang pakai pelampung karena sudah biasa begini,” imbuhnya. (vis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lima Siswi SMK di Palembang Jadi Korban Gendam
Redaktur & Reporter : Budi