Para peneliti Australia menemukan, pria yang tertekan bisa mewariskan kecemasan dan depresi kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka melalui sperma mereka.

Studi terhadap tikus telah mengungkap bahwa kehadiran hormon stres yang berlebihan dalam induk jantan sebelum konsepsi, bisa menyebabkan dua generasi sesudahnya menjadi murung dan tertekan.

BACA JUGA: Turis China Semakin Banyak Belanja di Australia

Menurut tim dari Institut Neurosains dan Kesehatan Mental Florey, para pria yang berharap untuk menjadi ayah dari keturunan yang bahagia dan berperilaku baik, disarankan untuk tetap tenang dan melupakan stres.

Profesor Anthony Hannan, yang memimpin tim peneliti, mengatakan, mereka memberi tikus jantan hormon stress dengan tingkat tinggi dalam air minum mereka dan kemudian membandingkannya dengan tikus jantan terkontrol, yang belum menerima hormon stres.

BACA JUGA: Indonesia Naikkan Kuota Impor Daging Sapi

"Dan kemudian kami mengawinkan mereka dengan tikus betina dan kemudian kami mempelajari keturunan dari tikus itu dan apa yang kami temukan adalah perubahan perilaku yang terkait dengan gangguan kecemasan depresi pada anak dari tikus jantan dengan peningkatan hormon stres," sebutnya.

Profesor Anthony mengatakan, dengan menyuntikkan hormon stress pada tikus, ia memiliki molekul hormon stres tunggal yang beredar dalam sistem darah mereka, memberi para peneliti cara tertentu untuk memahami mekanismenya.

BACA JUGA: Mencetak Film Sukses Ala Sineas Australia

"Hormon stress yang meningkat itu mengubah isi sperma," jelas Prof Anthony Hannan.

"Jadi itu merubah apa yang kami sebut epigenetik, sehingga epigenetik berarti di atas genom,” terangnya.

Ia lantas menyambung, "Jadi, jika Anda membayangkan genom menjadi sebuah orkestra dan instrumen adalah gen-nya, dan musisi adalah epigenetik dan bersama-sama mereka menciptakan sebuah simfoni.

"Jadi epigenetik menentukan di mana gen diaktifkan dan dinonaktifkan, itulah sebenarnya.”

"Dan kami menemukan perubahan dalam sperma yang mengubah perilaku pada keturunannya dengan cara yang relevan dengan depresi dan gangguan kecemasan dan ini memiliki implikasi besar bagi kesehatan masyarakat," Prof Anthony Hannan.

Generasi kedua juga terkena dampaknya

Profesor Anthony mengatakan, mengukur tingkat kecemasan pada tikus dilakukan dengan menempatkan mereka ke dalam labirin di mana tikus harus memilih antara berada di sisi gelap atau di sisi terang.

"Mereka nokturnal sehingga mereka benar-benar lebih memilih sisi gelap, dan tikus yang lebih cemas akan menghabiskan sebagian besar waktunya di ruang gelap,” terangnya.

"Atau Anda bisa menempatkan mereka di ruang lain di mana mereka bisa pergi keluar pada birai terbuka atau mereka bisa tinggal di bagian yang lebih terlindung dari labirin, dan sekali lagi itu hanya tes lain dari kecemasan dan dalam kedua tes ini, keturunannya menunjukkan disposisi untuk menjadi lebih cemas dalam tes tersebut," ungkap sang ilmuwan.

Profesor Anthony mengatakan, mereka fokus pada sang ayah karena peneliti telah mengetahui untuk sementara waktu bahwa pengalaman ibu dan gaya hidup memiliki dampak besar pada anak-anak mereka.

"Tapi di sisi lain, telah diasumsikan bahwa laki-laki memberikan kontribusi setengah pada genom mereka, Anda memiliki dua salinan dari setiap gen tapi setelah itu, peran laki-laki jauh lebih sedikit," sebutnya.

Ia berujar, "Jadi studi baru ini menunjukkan bahwa pengalaman ayah sebelum mereka menjadi seorang ayah, bisa membawa informasi ini melalui sperma untuk mempengaruhi keturunannya."

Profesor Anthony mengatakan, sebagai bagian dari studi, mereka mengamati generasi kedua, yang mereka sebut generasi F2 pada tikus.

"Dan kami menemukan perubahan pada generasi itu dan hal tersebut benar-benar memiliki implikasi kesehatan masyarakat yang lebih besar jika Anda sedang berbicara tentang efek yang mungkin dibawa tak hanya oleh satu generasi tapi beberapa generasi," kemukanya.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal "Translational Psychiatry".

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterbitkan dan diperbarui: 19:30 17/06/16 oleh Nurina Savitri.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Video: Sapi Australia Disiksa di Vietnam

Berita Terkait