Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Alami Kontraksi Terburuk dalam 150 Tahun Terakhir

Selasa, 06 April 2021 – 16:57 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui saat ini perekonomia global mengalami kontraksi terburuk dalam 150 tahun terakhir. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui saat ini perekonomia global mengalami kontraksi terburuk dalam 150 tahun terakhir.

Dia mengatakan, kesimpulan itu berdasarkan studi yang dilakukan oleh Bank Dunia.

BACA JUGA: Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi Kuartal I 2021 Masih Terkontraksi, Kok Bisa?

Menukil hasil riset Bank Dunia, Sri Mulyani menyebutkan, pandemi Covid-19 memaksa semua negara melakukan formulasi kebijakan kesehatan dan sosial. Tidak hanya ekonomi.

"Mestinya kita melihat statistik ini dan dampaknya sangat luar biasa," ujar dia di Jakarta, Selasa (6/4).

BACA JUGA: Sri Mulyani Akui Beban Akibat Pandemi Covid-19 Sangat Berat

Menurut eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, di Indonesia dampak pandemi baru terasa pada kuartal II 2020.

Saat itu, lanjut dia, kontraksi ekonomi hingga 5,32 persen. Angka itu bahkan, terburuk sejak krisis keuangan pada 1997-1998.

BACA JUGA: Sri Mulyani Beberkan Penerimaan Negara Tumbuh 0,7 Persen, Ini Perinciannya...

"Jika Indonesia termasuk dalam 170 negara kontrasi sepanjan 2020, maka kita terkontraksi 2,07 persen," beber Sri Mulyani.

Perempuan kelahiran Badarlampung itu menjelaskan, kontraksi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara dalam G20.

Sri Mulyani memerinci, Prancis minus sembilan persen, India delapan persen, Meksiko 8,5 persen, Inggris 10 persen, Brasil 4,5 persen dan Arab Saudi minus 3,9 persen.

Selain itu, dia mengatakan, kontraksi ekonomi ndonesia masih lebih baik ketimbang negara di ASEAN, kecuali dibandingkan Vietnam dan China.

"Singapura minus enam persen, Filipina 9,6 persen dan Malaysia minus 5,8 persen," kata dia.

Sementara itu, jika dibandingkan negara-negara Organization Islamic Coorporate (OIC) atau Organisasi Kerja sama Islam seperti Iran minus 1,5 persen, Kuwait minus 8 persen, Nigeria minus 3,2 persen, dan Qatar minus 4,5 persen.

"Indonesia juga masih dalam kondisi relatif lebih baik," ungkap Sri Mulyani.

Oleh karena itu, kata Sri Mulyani pemerintah sedang melakukan countercyclical melalui dua instrumen yaitu fiskal dan moneter sebagai langkah untuk melawan siklus kontraksi yang luar biasa akibat pandemi ini.

Hal itu juga dilakukan oleh semua negara.

Saat ini, lanjut dia, berdasarkan data IMF, total stimulus seluruh dunia untuk penanganan pandemi Covid-19 mencapai USD 11,7 triliun atau 12 persen dari PDB dunia.

"Untuk Indonesia pada 2020 dalam program PEN dialokasikan sekitar USD 40 miliar," kata dia.

Menurutnya, stimulus Indonesia sudah luar biasa besar jika dibandingkan total size stimulus global.

Sri Mulyani menyebutkan, selama ini defisit nasional tidak boleh lebih dari tiga persen dan utang tidak boleh melebihi 60 persen dari PDB.

“Jadi ini adalah langkah luar biasa karena anggaran PEN sekitar USD 40 miliar itu ditingkatkan pada 2021 karena Covid-19 belum selesai,” tegas Sri Mulyani. (mcr10/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler