Sri Sultan HB X Usul 1 Maret Jadi Hari Besar Nasional, Begini Alasannya

Selasa, 12 Oktober 2021 – 22:56 WIB
Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, YOGYAKARTA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X bicara tentang peristiwa sejarah serangan umum 1 Maret 1949 di Kota Yogyakarta.

Dia mengusulkan agar peristiwa itu diperingati sebagai hari besar nasional, yakni setiap 1 Maret.

BACA JUGA: Babak Baru Dugaan Ayah Mencabuli 3 Anak Kandung, Ada Keganjilan Hasil Visum

Usulan dikemukakan pada rapat daring yang diikuti antara lain jajaran Kementerian Dalam Negeri, KemenPAN-RB, Kemensetneg, Kemenkum HAM, serta Kemenko Polhukam, Selasa (12/10).

Sultan menyebut 1 Maret 1949 merupakan tonggak awal dimulainya kembali perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.

BACA JUGA: Komcad Sama dengan Wajib Militer? Kemenhan Beri Penjelasan Begini

Usulan itu untuk mengenang Serangan Umum 1 Maret 1949 yang merupakan respons terhadap Agresi Militer Belanda II atas pendudukan Ibu kota RI di Yogyakarta yang tak lepas dari peran Sri Sultan HB IX dan Panglima Besar Jenderal Soedirman.

"Bukan untuk menokohkan seseorang, tetapi sebuah ikhtiar untuk mengingat kembali perpaduan perjuangan TNI bersama rakyat," ucap Sultan dari Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

BACA JUGA: Wali Kota Tidore Kepulauan Dukung Uji Materiel Terhadap UU Terkait Malut

Menurut Sultan, peristiwa tersebut bukan hanya berarti bagi rakyat dan Pemerintah DIY saja, akan tetapi juga amat penting bagi seluruh Bangsa Indonesia.

"Mereka yang terlibat pada peristiwa bersejarah itu bukan oleh pejuang kemerdekaan dari Yogyakarta sendiri, tetapi mereka berasal dari seluruh negeri ini," ucap dia.

Sri Sultan HB X juga mengatakan berdirinya NKRI telah melalui proses sejarah yang panjang sejak tumbuhnya akar kolonialisme di Indonesia di awal abad 17 hingga akhir masa perang kemerdekaan 1949.

Rangkaian peristiwa itu telah melahirkan tokoh-tokoh pahlawan bangsa dan sebagian dari peristiwa itu telah diperingati sebagai Hari Besar Nasional.

Sultan menilai banyak peristiwa penting yang belum mendapatkan pengakuan resmi oleh negara, seperti pengusulan itu yang dalam historiografi Indonesia dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949.

"Sejatinya peristiwa tersebut respon balik terhadap Agresi Belanda II atas pendudukan Belanda di Yogyakarta Ibu kota Republik Indonesia," tutur dia.

Raja Keraton Yogyakarta ini menegaskan Serangan Umum 1 Maret 1949 membuat Republik Indonesia ditegakkan kembali kedaulatannya.

Serangan itu dirancang sebagai peristiwa politik militer agar Republik Indonesia dianggap tetap eksis, meski kepemimpinan negara ditawan dan terbukti berdampak secara internasional.

Sultan kemudian memandang perlu ada tindak lanjut dari pengusulan 1 Maret sebagai Hari Besar Nasional.

Antara lain, melakukan sosialisasi nasional secara berkala sejak pengusulan tahun ke III pada 2021 ini sebagai mana arahan Kemendagri.

Dalam lingkup lokal di Yogyakarta, peringatan Serangan Umum 1 Maret secara rutin dirayakan dengan berbagai ragam kegiatan.

Antara lain, diskusi refleksi sejarah, hingga gelar seni pameran.

Sultan mengatakan dalam konteks masa kini nilai-nilai perjuangan perlu secara terus menerus dipelihara sebagai sumber semangat kebangsaan.

"Jiwa dan semangat kejuangan itu tetap diperlukan sepanjang zaman, karena pembangunan bangsa memerlukan sikap kepahlawanan dan kegigihan pejuangnya," katanya.

Sultan mengapresiasi seluruh jajaran yang berkontribusi pada awal proses penetapan Serangan Umum 1 Maret 1949 agar menjadi Hari Besar Nasional sebagai bagian sejarah nasional Indonesia.

"Dengan ditetapkannya Serangan Oemum 1 Maret 1949 menjadi Hari Besar Nasional menjadi memori kolektif yang tak terlupakan dalam sejarah menegakkan Proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus 1945," katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi menambahkan Sri Sutan HB IX merupakan tokoh penting di balik peristiwa besar itu.

Sri Sultan HB IX, kata dia, kala itu mengirim surat kepada Panglima Soedirman dan menganjurkan agar mengadakan serangan guna merebut kembali Yogyakarta dari tangan Belanda.

"Serangan Umum dilakukan pada 1 Maret 1949 pada pukul 06.00 pagi, bersamaan dengan bunyi sirine tanda jam malam berakhir, dan berita kemenangan ini kemudian menyebar hingga akhirnya sampai ke Washington DC, Amerika Serikat yang mana saat itu PBB sedang bersidang dan diikuti oleh perwakilan Indonesia," pungkas Dian.(Antara/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler