jpnn.com, SAMARINDA - Kondisi Stadion Palaran di Kalimantan Timur sangat mengenaskan. Padahal biaya pembangunannya hampir Rp 1 triliun.
Kapasitasnya terbesar kedua setelah Stadion Utama Gelora Bung Karno. Juga, jadi venue utama saat Kalimantan Timur menjadi tuan rumah PON 2008.
BACA JUGA: BPJS TK Serahkan Klaim Jaminan Kematian Petani Indramayu
Demikian megah. Demikian mahal. Demikian membanggakan. Tapi, itu dulu.
Jangan bicara yang bagian dalam dulu. Jalan masuk ke stadion di Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, itu saja rusak.Tergenang air kecokelatan.
BACA JUGA: Bakamla Tangkap Kapal Bermuatan Kabel Optik Ilegal
Kaltim Post (Jawa Pos Group) yang terakhir mengunjunginya pekan lalu (23/5) melansir, akses menuju stadion yang tersusun dari paving block tertutup rumput liar.
Karena itu, riskan untuk dilewati pengendara motor atau mobil. Masuk ke stadion berkapasitas 67 ribu penonton itu, lebih mengenaskan lagi.
BACA JUGA: Pendamping PKH Tidak Sekadar Mengurus Bansos
Rumput tumbuh di sela-sela tempat duduk stadion yang catnya telah memudar.
Sudut bangunan stadion milik Pemprov Kaltim tersebut juga dipenuhi tanaman liar.
Ajang terakhir yang dihelat di sana adalah turnamen sepak bola Piala Gubernur Kaltim pada Februari lalu.
Menurut Kepala Pengelola Stadion Utama Palaran Hasbar, sejak dua tahun terakhir, anggaran hanya dialokasikan untuk perawatan lanskap stadion.
Termasuk perawatan rumput dan taman stadion. "Kami terkendala anggaran. Apalagi, pekerja hanya sepuluh orang. Sementara kompleks stadion seluas 88 hektare," kata dia kepada Kaltim Post.
Jarak Stadion Palaran di Kecamatan Palaran dari pusat Kota Samarinda, menurut Google Maps, sekitar 17 kilometer.
Mungkin karena itulah Borneo FC, klub Liga 1 yang berbasis di Samarinda, memilih berkandang di Stadion Segiri.
Meski kapasitasnya jauh lebih kecil, Segiri lebih gampang dijangkau suporter.
Bontang FC yang bermain di Liga 3 lebih tidak berminat lagi. Selain jauh dari Bontang, kondisi klub saat ini juga tidak memungkinkan. "Sepak bola di Bontang ini kan buat hiburan. Buat apa jauh-jauh harus main di Samarinda,:" kata Ketua Asosiasi Kota (Askot) PSSI Bontang Andi Faizal Hasdam kepada Kaltim Post kemarin (28/5).
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Stadion Palaran Ednandar S. Samad menambahkan, perawatan terakhir pada 2016.
Namun, sampai sekarang, tidak ada anggaran pemeliharaan khusus untuk stadion.
"Terakhir perbaikan gedung serbaguna serta gedung lain hanya Rp 900 juta. Jelas kurang untuk mencakup seluruh area stadion," ucapnya.
Karena itu, bukan hanya tribun yang mengenaskan. Fasilitas gedung senam di sana juga memprihatinkan.
Karena gedung kerap disewakan untuk acara umum, alhasil, karpet senam yang dibeli dengan harga miliaran rupiah rusak parah. Penyebabnya, aktivitas `bongkar pasang.
Ketua Persani (Persatuan Senam Indonesia) Kaltim Mursidi mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah berulang-ulang meminta penyerahan alat senam dari pemerintah ke cabor.
"Ketika peralatan itu jatuh ke tangan cabor, tanggung jawab sepenuhnya di tangan kami. Tapi, kenyataannya sulit sekali," kata Mursidi.
Padahal, stadion ini juga jadi saksi keberhasilan Kaltim merebut emas sepak bola di PON 2008.
Tapi, kisah sedih Palaran itu adalah kisah sedih yang juga ditemui di banyak daerah.
Fasilitas olahraga dibangun pemerintah, bahkan dikategorikan megah, tapi kesulitan untuk merawat.
Tak jarang pula, akses menuju stadion atau gedung olahraga itu jauh dan sulit.
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengakui, merawat aset yang dibangun dengan dana sekitar Rp 800 miliar itu sangat berat.
Anggaran yang dikucurkan untuk perawatan juga tidak sedikit. Sementara itu, saat ini kondisi keuangan daerah sedang sulit.
"Anggaran perawatan ada, tapi sangat minim, sementara yang harus diurusi itu banyak," ujar Faroek.
Demi menjaga aset tetap terawat, mantan bupati Kutai Timur itu menuturkan, pemprov mengupayakan kerja sama dengan pihak swasta.
Teranyar, hotel atlet dan convention hall di kompleks Stadion Sempaja, Jalan Wahid Hasyim, Samarinda, sudah dikerjasamakan dengan PT Timur Borneo Indah (TBI).
"Kolam renang di Palaran sudah saya tawarkan ke swasta. Tapi, sampai sekarang belum ada yang mau," katanya.
Adapun Stadion Palaran, tegas dia, sangat terbuka bagi klub sepak bola mana pun yang hendak menjadikannya sebagai kandang.
Sebelumnya, Faroek bahkan menyerahkan pemanfaatannya kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), tapi tidak digubris. Justru, Pemprov Kaltim yang hendak dibebani biaya.
"Klub di Samarinda, apalagi yang sudah besar seperti Borneo FC, Mitra Kukar, bahkan Bontang FC, silakan saja ambil alih. Tapi catatan, tetap harus keluar dana untuk biaya perawatan, jangan mengharapkan pemerintah," pungkasnya. (*/adn/dq/dom/rom/k8/k9/c10/ttg/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Detik-detik Penumpang Lion Berhamburan Lewat Pintu Darurat
Redaktur & Reporter : Natalia