jpnn.com - BANJARMASIN – Tempat pembuangan akhir (TPA) Basirih terletak 14 km di sebelah selatan kota Banjarmasin. Sekitar 600 ton sampah setiap harinya diangkut ke tempat pembuangan akhir tersebut.
Jenisnya lengkap. Mulai dari plastik hingga bekas makanan. Ada juga peralatan rumah tanggal seperti benda-benda elektronik dan lainnya.
BACA JUGA: Sudah Enam Bulan Petugas Damkar tak Gajian
Namanya juga pembuangan akhir. Baunya tentu saja menyengat. Masyarakat umum mungkin tak mau berkunjung ke sana. Karena membayangkan saja sudah malas. Apalagi jika harus bergelut dalam puluhan ribuan ton sampah.
Tapi hal itu justru tak berlaku bagi para pemulung. Bermodalkan sebuah keranjang, mereka mengais setiap sampah
BACA JUGA: Duh, Salon Rambut Kok di Dalamnya Ada Kondom Bekas Pakai
Itulah pemandangan pagi hari di Tempat Pembuang Akhir (TPA) Basirih dengan ratusan pemulungnya.
“Kami biasanya dari subuh sampai siang mencari sampahnya. Kalau pria biasanya sore sampai malam bahkan tengah malam. Karena di sini sampahnya datang terus selama 24 jam,” kata Marsyitah (34) seperti dilansir Radar Banjarmasin, Minggu (16/10).
BACA JUGA: Bolos 66 Hari, Oknum Perwira Polisi Juga Hamili Gadis Cantik
Di balik sosoknya yang mungkin terlihat sangat kotor dan profesi yang agak ‘memalukan’ ini, penghasilan yang mereka kumpulkan bisa dibilang di atas gaji pokok PNS.
Bayangkan, paling sedikit dalam satu hari dari mengumpulkan sampah-sampah tersebut, mereka rata-rata bisa memperoleh Rp 75 ribu.
Jika mujur, angka Rp 150 ribu bukan mustahil didapat.
Jika dikalikan dalam satu bulan, selama bekerja kurang lebih 12 jam per hari, para pemulung rata-rata punya penghasilan Rp 2,5-3,5 juta.
Angka ini tentunya lebih besar dari Upah Minimum Provinsi Kalsel.
“Kami menjual hasil mulung ini ke pengepul. Nah, untuk harga sampah itu beda-beda tergantung kriterianya. Tapi bagi kita sebagai pemulung, pengepul atau yang di atas lagi, sampah jenis plastik seperti botol minuman adalah favorit,” kata Marsyitah.
Supriyadi (50), salah satu pengepul yang beroperasi di TPA Basirih yang ditemui penulis membeberkan bahwa kehidupan sebagai pemulung sangat menguntungkan.
“Saya sudah enam tahun jadi pengepul di sini bersama dengan dua pengepul lainnya. Sistem yang kami terapkan di sini adalah para pemulung menyetor dan menjual hasilnya kepada kami dengan cara ditimbang dan diupah langsung,” tuturnya. (rvn/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hati-hati Lewat 2 Jalur Ini, Berbahaya Banget
Redaktur : Tim Redaksi