jpnn.com - jpnn.com - Amirulloh Adityas Putra (18) siswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Cilincing, Jakarta Utara, harus merenggang nyawa di tangan para seniornya.
Pengamat pendidikan Diennaryati Tjokrosuprihatono menegaskan kejadian itu tidak boleh terulang lagi di kemudian hari.
BACA JUGA: Kasus STIP, DPR: Jangan Hanya Selesai dengan Minta Maaf
Para dosen maupun kepala sekolah harus melakukan dialog atau diskusi dengan para siswanya.
"Karena terkadang kita enggak tahu apa sih tujuan mereka melakukan itu (perpeloncoan)," ujar Dien kepada JawaPos.com, Jumat (13/1).
BACA JUGA: Menhub Minta Taruna Tinggalkan Budaya Kekerasan
Mantan Konsultan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini menambahakan, lewat diskusi tersebut juga sekaligus mencari alternatif lain perpeloncoan agar diganti dengan kegiatan lain yang lebih aman.
"Karena lewat diskusi mereka akan lebih menghargai ketimbang harus mendengarkan perintah," katanya.
BACA JUGA: Saksi Kekerasan STIP Harus Dilindungi
Setelah diskusi tersebut berjalan dan ditemukan solusi pengganti kegiatan perpeloncoan, barulah dibuat komitmen antara pihak sekolah dengan para siswa. Sehingga di kemudian hari tidak terulang kembali seprti kejadian STIP.
"Setelah itu konsekuensinya dijaga benar-benar oleh kedua belah pihak, karena ini masa perubahan transisi," pungkasnya.(cr2/JPG)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Motif 5 Senior di STIP Aniaya Junior Hingga Tewas
Redaktur & Reporter : Yessy