Strategi Kementan Menghadapi El Nino

Jumat, 21 Juli 2023 – 20:15 WIB
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi (kiri) dalam acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 25 secara virtual, Jumat (21/7). Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Dalam upaya peningkatan produksi pangan, khususnya pangan asal ternak untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan tujuan ekspor, Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng para pelaku usaha untuk saling berkolaborasi dan berinvestasi dalam bidang peternakan.

Pemenuhan pangan, termasuk pangan asal ternak mendorong Kementan untuk membangun program prioritas pertanian berbasis korporasi dan presisi, sehingga diharapkan Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri.

BACA JUGA: Program CSA Garis Terdepan Menghadapi El Nino

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan peternakan dunia saat ini dalam kondisi yang terpuruk akibat pakan ternak yang sulit karena tersapu banjir dan cuaca ekstrem.

Hal ini terjadi di seluruh dunia yang berdampak langsung pada alur distribusi.

BACA JUGA: Kementan Terapkan Aplikasi Teknologi Hemat Air di Lahan Berpasir untuk Hadapi El Nino

"Produksi peternakan besok mungkin saja bisa terganggu akibat cuaca ekstrem yang berdampak pada pakans sehingga dunia mengalami inflasi tinggi. Di Indonesia ada 273 juta orang yang makan daging, ini harus kita pikirkan dan menjadi tanggung jawab kita," ujar Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa sudah terbukti suatu negara akan runtuh jika pangan bermasalah. Yang namanya paceklik sudah terjadi sejak lama, yang namanya fenomena alam sering terjadi.

BACA JUGA: Masyarakat Bali Dihebohkan dengan Kelompok Bajing Kids

“Terkait El Nino, ternyata para ahli menemukan titik kontrol ada di Samudra Pasifik sehingga ini dijadikan ukuran melihat iklim global termasuk iklim Indonesia,” ujar Kabadan Dedi dalam acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 25 secara virtual, Jumat (21/7).

Kabadan menambahkan bahwa puncak El Nino ada di bulan Agustus hingga September, musim kemarau ini harus hati-hati dan langkah-langkah yang harus dihadapai ialah adaptasi dan mitigasi karena El Nino sudah terjadi.

Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Makmun mengatakan dampak El Nino di bidang peternakan antara lain berkurangnya sumber air, penurunan kuantitas dan kualitas pakan ternak serta munculnya penyakit hewan.

“Pada bidang peternakan kami mengantisipasi strategi dengan mitigasi daerah terdampak utama diantaranya dengan penyediaan air dan sumber air, penyediaan atau penyimpanan pakan dan sumber pakan serta manajemen kesehatan hewan,” ujarnya.

Makmun menjelaskan jika langkah strategi menghadapi El Nino adalah penyediaan dan revitalisasi sumber air, pemanfaatan tanaman toleran kekeringan, pemanfaatan biomassa pakan, bank pakan, dan bimtek bagi peternak.

“Untuk antisipasi kekeringan diperlukan penyediaan air dan sumber air dengan menggunakan embung dan sumber air untuk menampung cadangan air untuk kebutuhan musim kemarau pertanian dan peternakan,” katanya. (rhs/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Donor Ginjal Dijanjikan Rp 135 Juta, Pelaku Untung Rp 65 Juta


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler