Strategi Merebut Hati dan Mengisi Perut di Golden Triangle (1)

Ladang Opium Doi Tung Hilang, Sejuta Wisatawan Datang

Rabu, 14 Januari 2009 – 01:02 WIB
ENTAS PETANI OPIUM : Delegasi Indonesia (bagian kiri) menerima penjelasan kiat pembangunan sistem alternatif untuk rakyat di pegunungan Doi Tung, perbatasan Thailand-Myanmar.
SELAMA tiga hari, Dahlan Iskan ikut dalam misi mempelajari perubahan drastis yang terjadi di wilayah Golden Triangle yang pernah dikenal sebagai pusat opium dunia di pegunungan sekitar perbatasan Thailand-Burma-Laos ituSeorang Ibu Suri yang jadi inspirasinya

BACA JUGA: Komunitas Tionghoa Gedung Gajah Berbenah Menjelang Imlek (2-Habis)

Berikut tulisan bersambungnya:

”Di sini ini! ...
Di sini, dulu, pasar senjata gelap dan opium itu,” ujar Khun Chai sambil menggelendeng tangan saya ke bawah sebuah pohon besar di pinggir jalan beraspal di pegunungan Doi Tung,  perbatasan segitiga Thailand, Burma (Myanmar), dan Laos Kamis lalu

BACA JUGA: Komunitas Tionghoa Gedung Gajah Berbenah Menjelang Imlek (1)

”Pohon besar ini sangat bersejarah,” ujar Khun Chai
Pohon inilah yang pernah jadi  ”ibu kota” wilayah istimewa yang dulu amat terkenal dengan sebutan Golden Triangle

BACA JUGA: Petra Odebrecht, Caleg DPR RI asal Jerman yang Bertarung di Dapil Bali

Yakni, satu wilayah ”pertigaan” yang mampu memasok 70 persen opium dunia.

Saya mendongakkan kepalaPohon itu sangat tinggi, gagah, rimbun, dan umurnya sudah ratusan tahunSaya menatap pucuknya,  ingin mendapatkan pembenaran dari kesaksian bisunyaTapi, pohon itu terlalu tinggi untuk ditanya.  Hanya, kegagahan batangnya dan kerimbunan daunnya memang seperti backing yang kuat untuk sebuah kejahatan legendaris yang menghancurkan kehidupan manusia

 ”Ini pohon fiq,” ujar Khun Chai, keluarga kerajaan Thailand yang seumur hidupnya menjadi sekretaris Ibu Suri, yakni ibu dari raja Thailand sekarang”Dulu, orang datang ke bawah pohon ini untuk menjual opium dan membeli senjataJuga peluru,” ujarnya”M-16 harganya 3.000 bathSatu peluru 2 bath (sekitar Rp 700),” tambahnya.  Pasar di sini cukup ramai –untuk ukuran pasar opium dan senjataJumlah pengunjungnya sekitar 3.000 orang per tahun.
Pasar gelap itu kini sudah tidak ada lagiIni karena di wilayah itu sudah tidak ada lagi satu pun batang opium. 
Semua pabrik candu juga sudah tutupBerbagai kejahatan dan kekerasan sudah hilang sama sekaliJalan kecil berlumpur di dekat pohon itu sudah berubah menjadi jalan beraspal selebar 8 meterBahkan, pegunungan Doi Tung kini sudah jadi salah satu pusat wisata Thailand”Tahun lalu sudah satu juta orang berwisata ke sini,” ujar Khun Chai.
Semua petani yang dulu menanam opium berubah total: tidak terbelit kemiskinan lagiLadang-ladang opium sudah berubah jadi perkebunan teh, ladang kopi, hutan macadamia, atau kebun bungaTapi, perubahan itu tidak dilakukan dengan mudahIni karena dalam proses perubahan itu Khun Chai menghindari jauh-jauh model paksaan, kekerasan, serbuan, atau perang bersenjata

Pendekatan pokoknya adalah ”merebut hati rakyat dan mengisi perut mereka”Kiat ini, setelah berhasil diterapkan di Doi Tung, panen pujian dari dunia, termasuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)Apalagi, ketika berhasil diterapkan sekali lagi di wilayah Myanmar

Bahkan, Khun Chai kini diminta lagi menerapkan kiatnya itu untuk mengatasi persoalan di negara yang lebih berat: AfghanistanLalu diminta pula turun tangan di Aceh BesarDan permintaan berikutnya sudah antre: Vietnam”Semua persoalan itu bermula dari kemiskinan,” ujar Khun Chai menyimpulkan penyebab ruwetnya urusan di Golden Triangle”Apakah itu persoalan opium, kriminalitas, pelacuran, kerusakan lingkungan, bahkan terorisme sekalipun,” tambahnya

Khun Chai sudah membuktikan bisa mengatasi semua itu dengan kiat soft power-nya: tidak pernah mencela kehidupan lama, tidak pernah memojokkan orang, tidak pernah merusak opium mereka, tidak pernah memusuhi pedagang senjata –apalagi memerangi mereka secara bersenjata pulaYang dia lakukan adalah ”merebut hati dan perut” mereka. 
Khun Chai orang yang sangat menarikUmurnya hampir 70 tahun, tapi energiknya luar biasaPenampilannya sangat sederhanaJiwa melayaninya lahir batinHanya dengan mengenakan kaus dan jaket, dia menjemput sendiri rombongan dari Indonesia di tangga pesawat yang mendarat di Bandara Chiang Rai

Rombongan ini cukup besarDari Badan Narkotika Nasional (BNN) ada Irjen Gories Mere, Brigjen Surya Darma, Komjen (pur) Ahwil Luthan, dan beberapa orang lagiDari tim ESDM (Energi Sumber Daya Mineral) ada Brigjen Pol Bambang Banu Saputro yang amat gelisah atas rusaknya lingkungan di kawasan pertambangan (batu bara dan tambang apa saja) yang ada di bawah ESDM

Dari Artha Graha Peduli lengkap diikuti seluruh direksi dan direktur anak-anak perusahaannya, bahkan dipimpin Tomy Winata sendiriBNN dan Artha Graha Peduli memang punya proyek kerja sama membangun pusat rehabilitasi korban narkotik di Pulau Seribu.

Khun Chai lalu mengantar rombongan ke Doi Tung, sekitar satu jam perjalanan ke arah utaraDi sini, di pegunungan dekat perbatasan Myanmar yang udaranya dingin ini, rombongan menginapBesoknya Khun Chai mengantar peninjauan ke wilayah-wilayah ladang opium di masa lalu yang jaraknya masih tiga jam lagiHari kedua dan ketiga masih mengantar ke gunung-gunung yang lebih tinggi

Malam hari rombongan mendiskusikan sistem ”merebut hati dan mengisi perut rakyat” yang dilakukan Khun ChaiTermasuk membahas mengapa proyek ini bisa berjalan dan berhasilDengan antusias Khun Chai menjawab pertanyaan  bertubi-tubiTermasuk menunjukkan di mana sebenarnya pusat perdagangan opium itu dulu: di bawah pohon fiq itu.

Pemandangan sepanjang perjalanan dari gunung ke lembah dan dari lembah ke gunung ini sudah berbeda sama sekali dari masa ketika wilayah golden triangle masih jadi sumber opium duniaYakni, ketika angkatan bersenjata dan kepolisian tidak berdaya atas kekuasaan pasukan bersenjata sindikat narkotika internasionalMelihat medannya yang sulit memang tidak gampang mengontrol wilayah seperti ini –apalagi kalau kekuatan resmi itu sendiri berhasil dibina sindikat.
Ternyata Khun Chai punya cara lain untuk mengontrolnyaTanpa kekuatan bersenjata sama sekali: hanya dengan kekuatan hati.

Melihat keadaan Doi Tung sekarang, memang tak terbayangkan bahwa wilayah ini dulu begitu seram, misterius, dan berbahayaBegitu tidak berdayanya negara saat itu sampai-sampai kalah dengan mafia, gangster, dan jaringan narkotika internasionalUpaya melawannya pun sudah dilakukan dengan banyak caraMenyerang dan membasmiTerbuka dan tertutupSecara intelijen sudah tidak kurang hebatnya: ”orang-orang CIA, FBI, dan apa saja sudah lama menyusup ke sini,” ujar Khun ChaiToh mereka gagal totalKontak-kontak senjata yang pernah terjadi juga hanya menimbulkan banyak korban.

Sebuah kecurigaan ternyata hanya menimbulkan kebencianPersenjataan ternyata hanya menimbulkan perlawananHati ternyata harus diper-hati-kan dengan hatiMulut harus disambung dengan perutDan Khun Chai, atas nama Ibu Suri Kerajaan Muangthai, dengan Yayasan Mae Fah Luangnya  membuktikan semua itu di Doi Tung ini.  (Bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mimi M. Lusli, Tunanetra ”Jembatan Komunikasi” dengan Orang Normal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler