jpnn.com - Merasa stres berbulan-bulan bisa membuat Anda berisiko obesitas, hal ini menurut para ilmuwan dari University College London.
Para peneliti menggunakan rambut untuk mengukur kadar hormon stres kortisol dalam tubuh manusia.
BACA JUGA: Coba Dengar Ini, Lagu Penurun Stres
Sampel rambut menyediakan data hormonal yang lebih akurat daripada jenis lain dari sampel, yang membuat peneliti yakin stres dan berat badan saling berhubungan erat.
Untuk penelitian yang diterbitkan di Obesitas, para peneliti mengumpulkan rambut lebih dari 2.500 pria dan wanita selama empat tahun.
BACA JUGA: Cobalah Tips Mengatasi Stres Dalam 5 Menit
Mereka kemudian menganalisis rambut untuk mengetahui akumulasi kadar kortisol. Sampel dipotong sedekat mungkin dengan kulit kepala dan mewakili pertumbuhan rambut selama sekitar dua bulan.
Para peneliti juga mencatat berat badan peserta, indeks massa tubuh (BMI dan lingkar pinggang dari waktu ke waktu.
BACA JUGA: Jagalah Berat Badan Anda jika Memiliki Psoriasis
Dan mereka melihat hubungan yang jelas. Orang yang memiliki kadar kortisol di rambut mereka cenderung memiliki peringkat yang lebih tinggi pada tindakan fisik juga.
Bahkan, orang-orang yang diklasifikasikan sebagai obesitas berdasarkan BMI mereka (30 atau lebih) memiliki tingkat yang sangat tinggi dari kortisol di rambut.
Temuan ini mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tingkat stres yang tinggi bisa memicu kebiasaan tidak sehat seperti berkurangnya waktu tidur dan mengonsumsi makanan yang tinggi gula dan lemak.
Penelitian lain menunjukkan tingkat kortisol yang tinggi bisa memengaruhi metabolisme dan penyimpanan lemak dalam tubuh.
Tapi kebanyakan studi telah mengandalkan pengukuran kortisol dalam darah, air liur atau urin yang bisa bervariasi tergantung pada faktor-faktor situasional dan waktu.
"Hubungan antara tingkat kortisol dan lingkar pinggang sangat penting karena lemak di sekitar bagian tengah tubuh merupakan faktor risiko yang diketahui bisa menyebabkan penyakit jantung, diabetes dan kematian dini," kata psikolog, Sarah Jackson, PhD, seperti dilansir laman Health, Minggu (16/4).
Susan K. Fried, PhD, seorang profesor kedokteran, endokrinologi, diabetes dan penyakit tulang di Mount Sinai School of Medicine juga mengatakan bahwa obesitas mungkin bisa memicu tingkat stres yang lebih tinggi.(fny/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tips agar Anda Senantiasa Fit Sepanjang Hari
Redaktur : Fany
Reporter : Fany, Yessy