Sudah 10 Mapala UII Diopname Akibat Kekerasan

Kamis, 26 Januari 2017 – 08:08 WIB
Anggota Crisis Center TGC Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Muzayin dalam jumpa pers di RS JIH, Rabu (25/1). Foto: Guntur/Jawa Pos radar Jogja

jpnn.com - jpnn.com - Jumlah mahasiswa peserta The Great Camping (TGC) Mapala Universitas Islam Indonesia (UII) atau Unisi yang menjalani rawat inap di RS JIH bertambah. Bukan lagi lima, tapi menjadi sepuluh yang terdiri dari sembilan mahasiswa dan satu mahasiswi.

Anggota Crisis Center TGC UII Muzayin menuturkan, sepuluh mahasiswa peserta pendidikan dasar (diksar) Unisi masih dalam penanganan intensif. Namun, dia tidak bisa memberikan detail luka peserta diksar.

BACA JUGA: Panitia Diksar Sodorkan Surat Pernyataan, Isinya...

”Keterangan kondisi medis merupakan wewenang RS JIH. Tapi, kami menjamin semua peserta telah menjalani pemeriksaan kesehatan. Sepuluh rawat inap, sisanya rawat jalan,” katanya di JIH, Rabu (25/1).

Muzayin menambahkan, untuk kegiatan Mapala UII telah dibekukan hingga waktu yang tidak ditentukan. Status itu meningkat setelah sebelumnya hanya kegiatannya saja yang dibekukan.

BACA JUGA: Kakak Korban Mapala UII: Nyawa Harus Dibayar Nyawa

”Rektorat UII melarang pengurus menjalankan sistem organisasi hingga masa pembekuan berakhir,” jelasnya.

Hasil investigasi internal, lanjutnya, memang mengarah adanya kekerasan kepada almarhum Syaits Asyam dan Ilham Nurfadmi Listia Adi. Buktinya adalah luka fisik pada tubuh maupun organ dalamnya.

BACA JUGA: Kondisi Jasad Ilham Nur Sungguh Menyedihkan

”Tapi, kami belum bisa menyampaikan detail kekerasan karena memang belum ada datanya. Masih dalam tahap investigasi,” tegasnya.

Muzayin juga belum bisa menyampaikan jumlah panitia acara TGC Mapala UII. Sebab, hal itu merupakan kewenangan tim investigasi.

Sedangkan Direktur Direktorat Humas UII Karina Utami Dewi memastikan hingga saat ini belum ada indikasi tersangka. Tentang adanya nama yang diduga pelaku penganiayaan terhadap Asyam juga masih dalam investigasi.

Seperti diberitakan sebelumnya Asyam sempat menulis nama pelaku penganiayaan di secarik kertas memo. Dalam catatan yang ditulis di kertas Memo Bethesda itu Asyam menyampaikan tiga poin.

Asyam sendiri yang menulis poin pertama. Selanjutnya untuk poin kedua dan ketiga ditulis oleh ibunya.

Asyam menyebut nama Yudi sebagai pelaku kekerasan. Pertama memukul punggung Asyam menggunakan rotan sebanyak sepuluh kali.

Selanjutnya, Asyam dipaksa mengangkat beban air terlalu berat. Setelah itu masih ada aksi kekerasan lanjutan oleh nama yang sama.

”Untuk nama inisial Y lebih cocok ditanyakan ke kepolisian karena kami belum dapat info. Perwakilan rektorat yang berkomunikasi dengan Polres Karanganyar adalah Wakil Rektor III Abdul Jamil. Beliau juga selaku ketua tim investigasi UII,” jelas Karina.

Selain itu Karina juga menepis anggapan tentang keterlibatan pihak luar. Sebab, sempat santer terdengar bahwa kegiatan diksar melibatkan instansi militer. Namun, Karina memastikan informasi tersebut tidak benar.(dwi/ila/ong)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Derita Keluarga Para Korban Diksar Mapala UII


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler