jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI) Sudirman Said mengatakan, pandemi Covid-19 saat ini dan bencana di Aceh memiliki kesamaan dalam konteks krisis. Namun, ada tantangan berbeda yang harus bisa dilalui.
Menurutnya, menghadapi situasi krisis memerlukan kecepatan dan fleksibilitas dalam penanganannya. Pemerintah bahkan telah menyusun banyak langkah agar segera terbebas dari krisis pandemi.
BACA JUGA: Sudirman Said Ungkap Kunci Sukses Penanganan Krisis Pandemi
Sudirman bercerita bagaimana dirinya ikut menanggulangi krisis bencana di Aceh-Nias. Dia merupakan salah satu penyusun konsep Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias.
Lelaki yang juga tokoh kemanusiaan ini menilai masalah dan tantangan pada penanganan tsunami Aceh berbeda dengan wabah Covid-19 saat ini.
BACA JUGA: Mencari Solusi Komunikasi di tengah Krisis Pandemi Covid-19
Pada krisis bencana Aceh-Nias, relawan PMI serta para psikolog menangangi psikososial. Kala itu, sekolah banyak yang ambruk dan sebagian anak-anak tidak bisa belajar di kelas.
"Jadi, memberi semacam social healing. Membangkitkan dari trauma setelah menyaksikan gelombang tsunami dan gempa terus menerus," kata Sudirman kepada wartawan di Jakarta, Jumat (9/7).
BACA JUGA: Krisis di Tengah Pandemi, Pengamat: Jaringan Pengaman Sosial Malah Dipotong
Tidak mudah untuk meredakan rasa trauma yang dihadapi korban bencana. Sebab, setahun pertama hampir tiap pekan ada gempa susulan.
"Menjaga semangat dan kegembiraan anak anak yang di pengungsian menjadi PR tersendiri. Karena mereka berbulan bulan bahkan ada yanh bertahun tahun di pengungsian, menunggu giliran dapat rumah," ujar dia.
Di lain hal, adanya pandemi Covid-19 juga membuat anak-anak kesulitan belajar tatap muka. Belajar di kelas ditiadakan untuk mengurangi risiko penularan Covid-19.
"Sekarang mereka tinggal di keluarga, gak bisa sekolah juga, tidak bebas keluar rumah karena risiko tertular," terangnya.
Menurut Sudirman, secara psikologis lebih berat sekarang. Pandemi ini pemerintah mewajibkan seluruh masyarakat Indonesia menghindari penularan virus corona. Tameng utamanya, harus patuh protokol kesehatan juga berdiam di rumah atau mengurangi mobilisasi.
Setahun belakangan pemerintah juga sudah berupaya dalam menghadapi krisis pandemi. Namun demikian, semua jangan lengah dan bosan untuk meminimalisir penularan SARS Cov 2.
Sayangnya, membangun kepercayaan masyarakat agar segera pulih dari bencana juga tidak mudah. Sudirman mencontohkan, di tahun pertama kantor BRR sempat diserbu massa dan diduduki.
"Tetapi kami jelaskan jadwal pembangunan, sampaikan progress dan tantangan, apa adanya," tuturnya.
Butuh keterbukaan dalam menghadapi krisis. Masyarakat di Indonesia juga sedang menghadapi masalah yang sama saat ini.
"Kuncinya keterbukaan dan menyampaikan kondisi apa adanya. Mengajak masyarakat berbagi penderitaan demgan sesama," lanjutnya.
Begitu juga saat ini, dalam menghadapi krisis pandemi, masyarakat harus dibuat percaya pada langkah pemerintah dalam mengatasi krisis.
"Caranya ada empat, kebijakan pemerintah harus seragam, dilaksanakan serempak, konsisten dan jadi kan ini gerakan bukan kewajiban," kata dia. (cuy/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan