jpnn.com, SEMARANG - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengatakan, radikalisme dan terorisme sudah menjadi ancaman global.
Karena itu, dia meminta generasi muda, mahasiswa, dan taruna Akademi Kepolisian (Akpol) memiliki nasionalisme dan keteladanan yang tinggi.
BACA JUGA: Moeldoko Beber Rumus Kepemimpinan untuk Generasi Muda
Suhardi menyampaikan hal itu saat memberikan kuliah umum dengan tema Bahaya Radikalisme dan Terorisme di Kalangan Remaja dan Kampus di Gedung Graha Cendekia, Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, Rabu (14/2).
“Kemarin saya mengisi kuliah umum di depan 4.500 mahasiswa ITB di Bandung, sekarang 1.200 taruna Akpol. Mereka adalah calon penerus bangsa dan aparat yang akan melayani dan mengayomi masyarakat. Karena itu, perspektif pencegahan radikalisme dan terorisme harus kita samakan sebagai eksistensi. Mereka yang nanti berada di garda terdepan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat,” kata Suhardi.
BACA JUGA: Mahasiswa Harus Pahami Wawasan Kebangsaan Â
Mantan kabareskrim Polri itu juga memberikan kiat mengidentifikasi radikalisme dari tahap awal.
Salah satunya adalah contoh returnees alias warga negara Indonesia (WNI) yang kembali dari Suriah setelah bergabung dengan ISIS.
BACA JUGA: Kepala Daerah Diajak Tanggulangi Terorisme
“Mereka (returnees) ini yang kami hadapi. Ingat, mindset mereka sudah sangat berubah. Meski masih anak-anak tapi mereka sangat keras sehingga cara menghadapinya tidak bisa main-main,” terang Suhardi.
Suhardi juga membagikan pengalamannya sebagai anggota Polri. Tidak hanya pengalaman akademik, tapi juga lapangan.
Menurut dia, apa yang didapat para taruna Akpol di akademi hanya sekian persen.
Dia menambahkan, taruna akan menghadapi belantara kehidupan yang sangat luas setelah lulus.
Hal itulah yang mesti disikapi karena teori dan kenyataan sangat berbeda.
“Kami harapkan dengan penambahan wawasan kebangsaan ini, para taruna nantinya bisa menjadi aparat yang baik dan amanah,” tutur mantan Sestama Lemhanas ini.
Suhardi menambahkan, tugas polisi adalah menangani ‘limbah’ di masyarakat. Ada orang berideologi radikal dan bikin aneh-aneh menjadi urusan polisi.
Begitu juga politik, ekonomi, dan penyimpangan lain yang harus ditangani polisi.
Karena itu, para taruna Akpol harus benar-benar diberi pemahaman.
Suhardi khawatir taruna akan larut dalam “limbah” jika tidak dibekali pemahaman dan penanggulangan terorisme, keteladanan, dan nasionalisme.
Dia mencontohkan mantan teroris Sofyan Tsauri yang merupakan mantan anak buahnya saat Suhardi menjadi kapolres Depok.
“Idealisme, nasionalisme, dan keteladanan itu harus terus dipegang teguh. Idealisme seperti yang didapat di pendidikan karena tantangan kita depan akan sangat berat,” tutur Suhardi. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BNPT Segera Gelar Rekonsiliasi Teroris dan Korban Teror
Redaktur & Reporter : Ragil